Anda di halaman 1dari 34

Pedoman Antiretroviral

(ARV)
z
• Pedoman Nasional pelayanan kedokteran
• Sebagai acuan bagi perawat dalam menunjang
pelaksanaan pengobatan ARV
• Perawat perlu mendapatkan pelatihan sebelum bertugas
sebagai Konselor
z
HIV/AIDS
 Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah
kelompok retrovirus yang RNA-nya saling berhubungan dan
dibagi menjadi 9 genes.

 AIDS merupakan konsekuensi dari infeksi kronik retroviral yang


ditandai dengan adanya disfungsi dari CD4 limfosit T helper,
adanya infeksi oportunistik, dan keganasan.
z
Obat Antiretroviral (ARV)
Obat ARV merupakan obat untuk HIV dan AIDS yang
bertujuan untuk:
1. mengurangi risiko penularan HIV

2. menghambat perburukan infeksi oportunistik

3. meningkatkan kualitas hidup penderita HIV

4. menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah


sampai tidak terdeteksi
z
SASARAN

1. penderita HIV dewasa dan anak usia 5 (lima) tahun ke atas yang telah
menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit T CD4 kurang dari
atau sama dengan 350 sel/mm3;
2. ibu hamil dengan HIV;
3. bayi lahir dari ibu dengan HIV;
4. penderita HIV bayi atau anak usia kurang dari 5 (lima) tahun;
5. penderita HIV dengan tuberkulosis;
6. penderita HIV dengan hepatitis B dan hepatitis C;
7. penderita HIV pada populasi kunci;
8. penderita HIV yang pasangannya negatif; dan/atau
9. penderita HIV pada populasi umum yang tinggal di daerah epidemi HIV meluas.
z
Syarat pemberian ARV

 Pemberian ARV dapat diberikan:

1. Setelah mendapatkan konseling dan (Tes HIV)

2. Memiliki orang terdekat sebagai pengingat atau Pemantau


Meminum Obat (PMO)

3. Patuh meminum obat seumur hidup.


z
Kolaborasi dengan
pengobatan lain?
 Pengobatan antiretroviral dapat diberikan
secara komprehensif dengan pengobatan
infeksi oportunistik dan komorbiditas serta
pengobatan penunjang lain yang
diperlukan.
z
Kewenangan Fasyankes

 Secara Umum: Rumah Sakit – Puskesmas

 Pada daerah dengan tingkat epidemi HIV


meluas dan terkonsentrasi: Puskesmas
atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang memiliki kemampuan pengobatan
antiretroviral (kecuali pengobatan
antiretroviral yang diberikan kepada bayi
dan anak usia kurang dari 5 (lima) tahun).
z
Persiapan pemberian ARV

 Prinsip:
 Harus menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan dalam dosis yang tepat.

 Sering diistilahkan dengan Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART)


atau yang lebih dikenal saat ini Terapi Antiretroviral (ART).
 5 aspek penting dalam pemberian ARV:
 Efektivitas

 Efek samping/toksisitas

 Interaksi obat

 Kepatuhan

 Harga obat
z
Persiapan pemberian ARV

 Hal penting dalam persiapan pemberian ARV adalah Informasi


karena menyangkut keberhasilan pengobatan seumur hidup.
 Konseling diperlukan dalam rangka pemberian informasi yang
dibutuhkan oleh klien.
 Merupakan tugas penting perawat.
z
Persiapan pemberian ARV
 Konseling:
 Cara dan ketepatan minum obat serta
kepatuhan minum obat
 Efek samping yang mungkin terjadi
 Interaksi dengan obat lain
 Monitoring keadaan klinis
 Monitoring pemeriksaan laboratorium secara
berkala termasuk pemeriksaan CD4
 Komplikasi
z
Persiapan pemberian ARV

 Konseling pada anak dengan HIV diberikan kepada pendamping


(orang tua atau wali).
 Perlu diperhatikan kesiapan ARV pada anak yang meliputi:
1. Kaji situasi keluarga termasuk jumlah orang yang terkena atau
berisiko terinfeksi HIV dan situasi kesehatannya.
2. Identifikasi orang yang mengasuh anak dan kesediaannya untuk
mematuhi pengobatan ARV dan pemantauannya.
3. Kaji pemahaman keluarga mengenai infeksi HIV dan pengobatannya
serta informasi mengenai status infeksi HIV dalam keluarga.
4. Kaji status ekonomi, termasuk kemampuan untuk membiayai
perjalanan ke klinik, kemampuan membeli atau menyediakan
tambahan makanan untuk anak yang sakit dan kemampuan
membayar bila ada penyakit yang lain.
z
Persiapan pemberian ARV

 Rekomendasi tes laboratorium untuk persiapan inisiasi ART


z
Indikasi Memulai ART

Rekomendasi Inisiasi ART pada Dewasa dan Anak


ART Lini Pertama
Berlaku untuk ODHA yang BELUM PERNAH mengkonsumsi ARV (Naïve ARV)

ART lini pertama untuk anak usia 5 tahun ke atas dan dewasa,termasuk ibu
hamil dan menyusui, ODHA koinfeksi hepatitisB, dan ODHA dengan TB
ART Lini Pertama

ART lini pertama pada anak <5 tahun


PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN
ARV
1. Jadwal Pemantauan Setelah Pemberian ARV
2. Pemantauan terhadap efek samping ARV dan substitusi ARV
3. Pemantauan Sindroma Pulih Imun
4. Diagnosis kegagalan terapi ARV
z
Jadwal pemantauan ARV

 Penilaian klinis dan tes laboratorium


bertujuan untuk melihat kondisi ODHA
sebelum inisiasi ART dan berguna untuk
memonitor respons pengobatan dan
kemungkinan toksisitas obat ARV.

 Pengawasan dilakukan oleh Dokter.

 Dilakukan rutin minimal sebulan sekali


dalam 6 bulan pertama setelah inisiasi ART
dan untuk selanjutnya dapat dilakukan 3
bulan sekali.
z Jadwal pemantauan ARV

Rekomendasi tes laboratorium setelah pemberian terapi ARV


z
Pemantauan terhadap efek
samping ARV dan substitusi
ARV
 Efek samping ARV lini pertama adalah
minimal (jarang terjadi), kurang toksik, dan
sederhana (sekali sehari).

 Dapat terjadi pada beberapa minggu pertama


setelah inisiasi.

 Walaupun mempunyai efek samping ringan


namun konseling tetap diberikan karena
berisiko tidak patuh.
z
Pemantauan terhadap efek samping
ARV dan substitusi ARV
Prinsip penanganan efek samping ARV :
 Tentukan beratnya toksisitas
 Evaluasi obat yang diminum bersamaan, dan tentukan apakah toksisitas
terjadi karena (satu atau lebih) ARV atau karena obat lainnya
 Pertimbangkan proses penyakit lain (seperti hepatitis virus atau sumbatan
bilier jika timbul ikterus)
 Tata laksana efek samping bergantung pada beratnya reaksi.
 Tekankan pentingnya tetap meminum obat meskipun ada toksisitas pada
reaksi ringan dan sedang
 Jika diperlukan, hentikan pemberian terapi ARV apabila ada toksisitas yang
mengancam jiwa. Perlu diperhatikan waktu paruh masing-masing obat
untuk menghindari kejadian resistansi.
z
Pemantauan terhadap efek samping
ARV dan substitusi ARV
Penanganan secara umum adalah:
 Derajat 4, reaksi yang mengancam jiwa: segera hentikan semua obat ARV,
beri terapi suportif dan simtomatis; berikan lagi ARV dengan paduan yang
sudah dimodifikasi (contoh: substitusi 1 ARV untuk obat yang
menyebabkan toksisitas) setelah ODHA stabil
 Derajat 3, reaksi berat: ganti obat yang dicurigai tanpa menghentikan
pemberian ARV secara keseluruhan
 Derajat 2, reaksi sedang: beberapa reaksi (lipodistrofi dan neuropati perifer)
memerlukan penggantian obat. Untuk reaksi lain, pertimbangkan untuk
tetap melanjutkan pengobatan; jika tidak ada perubahan dengan terapi
simtomatis, pertimbangkan untuk mengganti 1 jenis obat ARV
 Derajat 1, reaksi ringan: tidak memerlukan penggantian terapi.
Pemantauan terhadap efek samping ARV dan substitusi ARV
z

Waktu terjadinya toksisitas ARV


z
Pemantauan Sindroma Pulih Imun/IRIS

 Perbaikan klinis dan imunologis diharapkan muncul dalam masa


pemantauan ini.

 Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome is A paradoxical


clinical worsening of a known condition or the appearance of a
new condition after initiating antiretroviral therapy in HIV-infected
patients.
z
Diagnosis kegagalan terapi ARV

 Kegagalan dapat dilihat dari beberapa kriteria:


 Virologis
 Imunologis
 Klinis

 ODHA dapat dikatakan mengalami kegagalan terapi apabila


sudah menggunakan ARV selama 6 bulan.

 Namun jika berhenti minum obat maka harus dilakukan


pengulangan selama 3-6 bulan untuk menentukan apakah gagal
terapi atau tidak.
Definisi Kegagalan Terapi dan Keputusan
untuk Ubah Paduan
z (Switch) ARV
ART LINI KEDUA

 Kegagalan terapi mendukung terjadinya resistansi sehingga memerlukan ART lini


kedua.
 Prinsip pada ART lini kedua adalah pilih kelas obat ARV sebanyak mungkin, dan
bila kelas obat yang sama akan dipilih maka pilihlah obat yang sama sekali belum
dipakai sebelumnya.
ART LINI KEDUA

Paduan ARV Lini Kedua pada remaja dan dewasa


ART LINI KEDUA

Paduan ART lini kedua pada anak


ART LINI KETIGA

 ART lini ketiga diberikan apabila mengalami kegagalan pada linin kedua.
 Kriteria yang digunakan untuk penentuan kegagalan terapi lini kedua harus menggunakan kriteria virologis
(pemeriksaan HIV RNA).
 Penentuan kegagalan terapi lini kedua harus dilakukan saat ODHA menggunakan ART lini kedua minimal 6 bulan
dalam keadaan kepatuhan yang baik.
 Tes resistansi genotyping diwajibkan sebelum pindah ke lini ketiga
 Pada penentuan indikasi dan memulai lini ketiga, diperlukan konsultasi dengan rumah sakit rujukan yang sudah
mempunyai pengalaman.
ART LINI KETIGA

Paduan ARV lini ketiga pada dewasa dan anak


z
Pencegahan penularan HIV melalui
terapi ARV
 Pencegahan Penularan HIV pada pasangan serodiskordan

 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)

 Pencegahan Pasca Pajanan HIV (PPP)


z
Referensi

 Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Buku 3. Jakarta :
Salemba Medika

 Bosamiya, S.S. (2011). The Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome. Indian J


Dermatol. 2011 Sep-Oct; 56(5): 476–479. doi: 10.4103/0019-5154.87114.
PMCID: PMC3221202

 Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor 87 Tahun


2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta.

 UNAIDS. (2017). UNAIDS Data 2017. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS,
1–248. https://doi.org/978-92-9173-945-5

 WHO. (2015a). Hiv and Young Men Who Have Sex With Men. Retrieved from
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2015_young_men_sex_with_
men_en.pdf

Anda mungkin juga menyukai