Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PENATALAKSANAAN
PASIEN DENGAN ARV
LATAR BELAKANG

Kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat. Di Indonesia sejak tahun


1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada
sub populasi tertentu di beberapa provinsi yang memang mempunyai prevalensi
HIV cukup tinggi.

Kumulatif kasus AIDS diperkirakan sampai pada jumlah 93.968-130.000 pada


tahun 2002. Pada tahun 2010, diperkirakan ada 1 juta-5 juta kasus infeksi HIV
di Indonesia dari jumlah tersebut diperkirakan sebanyak 10.000 ODHA yang
membutuhkan ART (Antiretroviral Therapy-Terapi Antiretroviral) segera.
DEFINISI HIV AIDS
Merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu
ibu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi.
LANJUTAN…
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga
pasien rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral
(ARV) bisa diberikan pada pasien untuk menghentikana aktivitas virus,
memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik,
memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak
menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup
dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS.
ETIOLOGI

Penyebab penyakit AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu


virus yang menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. HIV termasuk
genus retrovirus dan tergolong ke dalam family lentivirus. Infeksi dari
family lentivirus ini khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa
inkubasi yang lama, replikasi virus yang persisten dan keterlibatan dari
susunan saraf pusat (SSP). Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus
yaitu: dikelilingi oleh membran lipid, mempunyai kemampuan variasi
genetik yang tinggi, mempunyai cara yang unik untuk replikasi serta dapat
menginfeksi seluruh jenis vertebra.
TRANSMISI HIV

Cara penularan yang lazim adalah melalui hubungan seks yang tidak
aman (tidak menggunakan kondom) dengan mitra seksual terinfeksi
HIV, kontak dengan darah yang terinfeksi (tusukan jarum suntik,
pemakaian jarum suntik secara bersama, dan produk darah yang
terkontaminasi) dan penularan dari ibu ke bayi (selama kehamilan,
persalinan dan sewaktu menyusui). Cara lain yang lebih jarang seperti,
tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan, tindakan
medis semi invasif.
TERAPI ARV UNTUK ORANG DENGAN
HIV/AIDS

ARV atau antiretroviral sampai saat ini merupakan satu-satu obat yang
memberikan manfaat besar dalam pengobatan ODHA. Namun penggunaan
ARV menuntut adherence dan kesinambungan berobat yang melibatkan
peran pasien, dokter atau petugas kesehatan, pendamping dan ketersediaan
obat. Terapi ARV harus diberikan kepada semua ODHA tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4 dan terapi ARV harus dimulai pada semua
ODHA yang hamil dan menyusui, tanpa memandang stadium klinis WHO
dan nilai CD4 serta dilanjutkan seumur hidup.
PERSYARATAN SEBELUM MEMULAI TERAPI ARV

Sebelum mendapat terapi ARV pasien harus dipersiapkan secara matang


dengan konseling kepatuhan karena terapi ARV akan berlangsung
seumur hidupnya. Hal ini dimaksudkan untuk:

1. Mengkaji kepatuhan pasien untuk minum obat

2. Menyingkirkan kemungkinan efek samping tumpang tindih antara


kotrimoksasol dan obat ARV
PERSIAPAN PEMBERIAN ARV
1. Prinsip pemberian ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang ketiganya harus
terserap dan berada dalam dosis terapeutik dalam darah, dikenal dengan highly
active antiretroviral therapy (HAART).

2. Pengobatan ARV dengan berdasarkan pada 5 aspek yaitu efektivitas, efek


samping/toksisitas, interaksi obat, kepatuhan, dan harga obat.

3. Membantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan mendekatkan akses
pelayanan ARV.

4. Menjaga kesinambungan ketersediaan obat ARV dengan menerapkan manajemen


logistik yang baik.
TUJUAN PENGOBATAN ARV
1. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
2. Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis (stabilisasi dan
peningkatan sel CD4)
3. Menurunkan komplikasi akibat HIV
4. Memperbaiki kualitas hidup ODHA
5. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus
6. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan
dengan HIV
MANFAAT ARV
1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas
2. Pasien dengan ARV tetap produktif
3. Memulihkan sistem kekebalan tubuh sehingga kebutuhan profilaksis
infeksi
4. Oportunistik berkurang atau tidak perlu lagi
5. Mengurangi penularan karena viral load menjadi rendah atau tidak
terdeteksi, ODHA dengan viral load tidak terdeteksi, namun harus
dipandang tetap menular
PENGGOLONGAN ARV
1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), obat ini dikenal sebagai analog
nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini
dikenal oleh virus HIV agar bisa bereplikasi).
2. Non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), golongan ini juga bekerja
dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat
reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
LANJUTAN…
3. Protease inhibitor, menghalangi kerja enzim protesa yang berfungsi memotong DNA
yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi virus baru,
contoh obat golongan ini adalah indinavir (APV), dan nelvinavir (NFV), squinavir
(SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV) dan loponavir/ritonavir (LPV/r).

4. Fusion inhibitor, yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide.


INDIKASI ARV
ODHA dewasa seharusnya segera mulai ARV manakala infeksi HIV telah
ditegakkan secara laboratoris disertai salah satu kondisi berikut :

1. Secara klinis sebagai penyakit tahap lanjut dari infeksi HIV

2. Infeksi HIV stadium IV, tanpa memandang jumlah CD4

3. Infeksi HIV stadium III dengan jumlah CD4<350/mm3

4. Infeksi stadium I atau II dengan jumlah CD4<200 mm3


EFEK SAMPING ARV
Pasien yang sedang mendapatkan HAART umumnya menderita efek
samping. Sebagai akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas
yang kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan
risiko toksisitas obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis yang
dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV
GOLONGAN EFEK SAMPING
1. NRTI :Laktat asidosis dan hepatotoksik

2. NNRTI :Hepatotoksisitas dan rash

3. PI :Gangguan metabolik ganda seperti: insulin resistensi,


hiperlipidemia, lipodistropi, hepatotoksisitas, gangguan tulang, serta
peningkatan perdarahan pada penderita hemofilia
Prinsip penanganan efek samping akibat ARV

a. Tentukan beratnya toksisitas

b. Evaluasi obat yang diminum bersamaan, dan tentukan apakah


toksisitas terjadi karena (satu atau lebih) ARV atau karena obat
lainnya

c. Pertimbangkan proses penyakit lain (seperti hepatitis virus atau


sumbatan bilier jika timbul ikterus)

d. Tata laksana efek samping bergantung pada beratnya reaksi.


RESISTENSI OBAT
Jika ARV tidak dilaksanakan dengan baik, HIV dapat mengalami mutasi
gen atau mengubah struktur kimia serta struktur genetiknya sehingga
resisten atau tidak lagi mempan oleh obat ARV. Secara umum resistensi
obat ARV meningkat bila ARV diberikan sebagai obat tunggal. Namun
hal ini tidak berarti bahwa ODHA tidak dapat minum obat ARV itu lagi.
Resistensi akan timbul lebih lambat bila viral load rendah dan CD4
masih tinggi. Sebaliknya, HIV akan lebih cepat resisten bila viral load
tinggi
DAFTAR PUSTAKA

https://farmalkes.go.id/2011/pedoman-pelayanan-kefarmasian-untuk-orang-dengan-hiv-aids/
diakses pada tanggal 14 April 2020
https://angsamerah.com/2011/pedoman-nasional-tatalaksana-klinis-infeksi-hiv-dan-terapi-
artiretroviral/ diakses pada tanggal 14 April 2020
https://siha.kemkes.go.id/2019/keputusan-menkes-RI-tentang-pedoman-nasional-pelayanan-
kedokteran-tatalaksana-hiv/ diakses pada tanggal 14 April 2020
We Found Love In a Hopeless Place

 Thank You 

Anda mungkin juga menyukai