Anda di halaman 1dari 18

Patofisiologi gangguan sistem

muskulo akibat infeksi, degenaratif,


trauma dan metabolik

Agustina Lestari
Latar Belakang
Patofisiologi gangguan sistem muskulo akibat infeksi,
degenaratif, trauma dan metabolik
Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama
antar tulang dan otot.
Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk
menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang disebut
sebagai alat gerak pasif.
Sedangkan otot mempunyai kemampuan untuk
berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat
menggerakkan tulang, oleh karena itu otot disebut
sebagai alat gerak pasif.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang
terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang
membentuk rangka (skelet).
Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang – tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.
Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.
Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting,
misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,
jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum
thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Akibat Infeksi (Osteomielitis)

Osteomielitis adalah infeksi tulang


Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati) (Kholid Rosyidi: 2013).
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang.
Lanjutan...
Osteomielitis dapat terjadi karena infeksi yaitu
masuknya kuman patogen kedalam tulang bisa juga
masuk melalui penyebaran oleh darah.
Penyebarannya disepanjang cavum medularis dan
melalui korteks untuk menimbulkan suatu abses
subperiosorum.
Infeksi tersebut dapat menimbulkan inflamasi
jaringan dan peningkatan vaskularisasi sehingga
terbentuk edema menyebabkan kematian jaringan
tulang dan menimbulkan abses pada tulang.
Patofisiologi meliputi sebagai berikut :
Osteomilitis hematogen akut
 Kuman masuk ke dalam melium menyebar ke
seluruh tulang.
 Kuman menuju korteks menembus lapisan korteks
timbul abses supreteal keluar melalui ulkus
menoris lalu meluas keseluruh bagian dan bisa
menjadi petrel permukaan kulit.
 Kuman masuk ke arah sendi sehingga terjadi
arthtritis septik (Kholid Rosyidi: 2013).
Osteomilitis Kronik
 tergantung pada askemi yang terjadi pada masa
akut, bila peredaran darah berkurang masa
osteobala akan meletakkan osteod sehingga
peredaran darah tidak terjadi dan tulang mati
mengandung kuman sekuesterum yang akan
dibungkus oleh involokrom yang ditembus oleh
saluran untuk keluarnya pus, daerah terselubung
ini dapat menjadi tenang tetapi sewaktu dapat aktif
lagi (Kholid Rosyidi: 2013).
Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Akibat Degenaratif (Osteoarttritis)
Penyakit sendi degeneratif merupakan
suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan
merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi
disertai dengan pertumbuhan tulang
baru pada bagian tepi sendi.
Lanjutan...
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang
harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut
dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Lanjutan...
Osteoartritis pada beberapa kejadian
akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya
sendi tersebut. 
 Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Akibat Metabolik (Osteomalasia)
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang
(menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia
berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah
lengkap (komplit).
Lanjutan...
Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi
kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gasterktomi,
gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan
berkepentingan dan kekurangan vitamin D.
Tipe malnutrisi ( kekurangan vitamin D) sering
berhubungan dengan kalsium yang jelek terutama
akibat kemiskinan, tetapi memakan makanan dan
kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga
merupakan salah satu faktor.
Lanjutan...
Paling sering terjadi dibagian dimana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi
kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan
absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang
berlebihan dari tubuh.
Kelainan GI dimana absorpsi lemak tidak memadai
sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan
vitamin D dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui
feces dalam kombinasi dengan asam lemak.
Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal
Akibat Trauma ( Fraktur)
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, retak
atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik yang ditentukan
jenid dan luasnya trauma. (Lukman,
Nurma Ningsih. 2012).
Lanjutan...

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai


kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat di serap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.
Lanjutan...
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang di tandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya.
Lanjutan...
Proses penyembuhan tulang
 Stadium satu – pembentukan hematoma (Stadium
ini berlangsung 24-48 jam)
 Stadium dua – proliferasi seluler (berlangsung
selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai)
 Stadium tiga – pembentukan kalus (fraktur
berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu)
 Stadium empat – konsolidasi (perlu beberapa
bulan)
 Stadium lima – Remodelling ( beberapa bulan atau
tahun)
The End
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai