Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN HIV/AIDS

TANPA KOMPLIKASI

No. Kode : Disahkan oleh Kepala


Terbitan : Puskesmas Kediri
UPTD No. Revisi :
SOP
PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku :
KEDIRI Halaman : H. Sahruji, SE., SKM., MM
NIP. 196409092002121001

1. Pengertian HIV /AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain)

2. Tujuan Sebagai acuan dan pedoman penatalaksanaan HIV/AIDS tanpa


komplikasi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Rawalo Nomor….. Tanggal…..
tentang Hak dan Kewajiban Pasien.
4. Referensi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral pada Orang Dewasa.Jakarta: Kemenkes. 2011.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

5. Prosedur Layanan VCT


6. Langkah- a. Petugas menerima pasien.
langkah b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan
penyakit, riwayat faktor resiko, riwayat imunisasi, dan keluhan-
keluhan lain .
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran tekanan darah,
nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung rambut sampai
kaki, petugas mencari tanda-tanda yang menunjukkan penurunan
kekbalan tubuh.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
g. Petugas melakukan penegakan diagnosis.
h. Tidak tersedia pemeriksaan CD4
Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian klinis
i. Tersedia pemeriksaan CD4
1. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4
<350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya.
2. Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif,
ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang jumlah
CD4
j. Rencana Tindak Lanjut
1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV
Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6
bulan sekali.
1. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a) Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak
memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien
telah mencapai keadaan stabil.
b) Pemantauan laboratorium
 Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau lebih
sering bila ada indikasi klinis.
 Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu
dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum
memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak
mulai terapi atau ada indikasi tanda dan gejala anemia
 Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan CD4
antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8 dan
12 sejak memulai terapi ARV (bila memungkinkan),
dilanjutkan dengan pemantauan berdasarkan gejala klinis.
 Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang
mendapatkan TDF.
k. Konseling dan Edukasi
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular
seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta
pasangan seksualnya, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk
bergabung dengan kelompok penanggulangan
HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi
pengobatan penyakitnya.

l. Kriteria Rujukan
1. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu
dirujuk ke Pelayanan Dukungan Pengobatan untuk
menjalankan serangkaian layanan yang meliputi
penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan
penilaian virologi.
2. Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi.

7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang (bila diperlukan)


perlu
diperhatikan
9. Unit terkait KLINIK VCT
10. Dokumen
terkait
11. Rekaman
Historis
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
Perubahan
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai