Anda di halaman 1dari 3

SOP

HIV / AIDS TANPA


KOMPLIKASI
No Dokumen
No revisi
SOP Tanggal
Halaman
Klinik Pratama Dr. Scholastica
Melania Bruderan

Pengertian HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS.
AIDS adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh disebabkan oleh virus HIV.
Tujuan Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan dalam
pelayanan pada penyakit HIV / AIDS tanpa komplikasi.
Ruang Seluruh pasien.
Lingkup
Kebijakan
Referensi 1. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
tahun 2014.
2. Modul Konseling dan Tes HIV, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2014.
Perlengkapan 1. Termometer
2. Laboratorium
3. Rekam medis pasien
Prosedur 1. Anamnesa
Keluhan
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau keluhan tertentu.
Pasien datang dapat dengan keluhan:
a. Demam (suhu >37,50C) terus menerus atau intermitten lebih dari satu
bulan.
b. Diare yang terus menerus atau intermitten lebih dari satu bulan.
c. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat badan dasar.
Faktor resiko:
a. Penjaja seks laki-laki atau perempuan
b. Pengguna NAPZA suntik
c. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan transgender
d. Hubungan seks yang beresiko atau tidak aman
e. Pernah atau sedang mengidap penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
f. Pembuatan tato dan atau alat medis / alat tajam yang tercemar HIV
g. Bayi dari ibu kandung dengan HIV / AIDS
h. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik:
a. Keadaan Umum:
i. Berat badan turun
ii. Demam
b. Kulit
i. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering dan
dermatitis seboroik
ii. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas
herpes zoster
c. Pembesaran kelenjar getah bening
d. Mulut : kandidiasis oral
e. Dada : ronki basah akibat penyakit paru
f. Abdomen : hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
g. Anogenital : herpes simpleks, duh vagina atau uretra
h. Neurologi : tanda neuropati dan kelemahan neurologis

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
i. Hitung jenis leukosit:
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari jumlah total
limfosit)
ii. Tes HIV menggunakan strategi III yaitu menggunakan 3 macam tes
dengan titik tangkap yang berbeda, umumnya dengan ELISA dan
dikonfirmasi Western Blot
iii. Pemeriksaan DPL
b. Radiologi : X-ray torak
Sebelum melakukan tes HIV perlu dilakukan konseling sebelumnya. Terdapat
dua macam pendekatan untuk tes HIV:
a. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling and
Testing)
b. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (TIPK-PITC =
Provider-Initiated Testing and Counseling)

4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan hasil
tes HIV. Stadium klinis harus dinilai pada saat kunjungan awal dan setiap kali
kunjungan.

5. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki Pelayanan
Dukungan Pengobatan untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi
penilaian stadium klinis, penilaian imunologis, penilaian virologi, dan terapi
AntiRetro Viral (ARV)

5. Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad malam.
Unit terkait Poliklinik umum, laboratorium
Dokumen Kartu berobat pasien
terkait

Anda mungkin juga menyukai