Anda di halaman 1dari 14

Pemeriksaan fisik dan diagnostik pada

klien dengan HIV/AIDS


PEMERIKSAAN FISIK
1. Kondisi Umum: Inspeksi penampilan umum pasien tampak
sakit dimulai dari ringan hingga berat dan cek VS.
2. Suhu: meningkat
3. Berat badan: kehilangan ≥ 10% sindrome wasting 
4. Mata: Cytomegalovirus ( CD4 < 100 sel/mikroliter), floater
penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan, retinitis 
5. Mulut: infeksi atau luka
6. Pembesaran kelenjar getah bening
7. Perut: hepatomegali/ splenomegali, tanda cirosis, distensi
abdomen, nyeri
8. Kulit : rash, ikterik, jaundice, dermatitis seboroik, sarkoma
kaposi
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan HIV : antibodi, kultur, virus, dan antigen
• Gunakan tes cepat HIV (rapid test) sebagai sarana
penegakan diagnosis
• Pemeriksaan dilakukan secara serial dengan
menggunakan 3 jenis reagen yang berbeda sesuai
dengan pedoman nasional
• Ditemukannya anti bodi HIV dengan pemeriksaan ELISA
perlu di konfirmasikan dengan western immunoblot.
Rapid Test (dipstik) WHO
Gejala dan Tanda Mayor
Kehilangan berat badan (BB) > 10 %
Diare kronik > 1 bulan
Demam > 1 bulan

Gejala dan Tanda Minor


Batuk menetap > 1 bulan
Dermatitis pruritis (gatal)
Herpes zoster berulang Kandidiasis orofaring
Herpes simpleks yang meluas dan berat
Limfadenopati yang meluas
Tanda lainnya adalah sarkoma kaposi yang meluas dan
meningitis triptokokal
Pendekatan Tes HIV :

1. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling


& Testing)
2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (KTIP–
PITC = Provider-Initiated Testing and Counseling)
Intepretasi hasil pemeriksaan anti-HIV

Hasil positif: Bila hasil A1 reaktif. A2 reaktif dan


A3 reaktif
Hasil Negatif :
Bila hasil A1 non reaktif
Bila hasil A1 reaktif tapi pada pengulangan A1
dan A2 non reaktif
Bila salah satu reaktif tapi tidak berisiko
Hasil indeterminate :
Bila dua hasil reaktif
Bila hanya 1 tes reaktif tapi berisiko atau
pasangan berisiko
Tindaklanjut:

Hasil positif: Rujuk ke pengobatan HIV


Bila hasil negatif dan berisiko dianjurkan pemeriksaan ulang
minimum 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan pertama
Bila hasil negatif dan tidak berisiko dianjurkan perilaku sehat
Hasil indeterminate: Tes perlu diulang dengan spesimen baru
minimum setelah dua minggu dari pemeriksaan yang pertama
Bila hasil tetap indeterminate, dilanjutkan dengan pemeriksaan
PCR (polymerase chain reaction)
 Bila tidak ada akses ke pemeriksaan PCR, rapid test diulang 3
bulan, 6 bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan pertama.
Bila sampai satu tahun tetap “indeterminate“ dan faktor risiko
rendah, hasil dinyatakan sebagai negatif.
Visi Terapi HIV/ AIDS 2030

1. Zero new Infection


2. Zero AIDS related death
3. Zero stigma and discrimination
Pengobatan HIV dan AIDS
1. Terapeutik: pengobatan ARV, IMS, dan IO.
2. Profilaksis: pemberian ARV pasca pajanan dan
kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis
3. Penunjang: pengobatan suportif, adjuvant dan
perbaikan gizi.
Hari Aids Sedunia (HAS) tahun 2017: Strategi Fast Track 90-90-90
 mempercepat pencapaian 90% dari orang yang hidup dengan HIV (ODHA) mengetahui status
HIV mereka melalui tes atau deteksi dini;
 90% dari ODHA yang mengetahui status HIV untuk memulai terapi pengobatan ARV
 90% ODHA yang dalam pengobatan ARV telah berhasil menekan jumlah virusnya sehingga
mengurangi kemungkinan penularan HIV; serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi ODHA.

Kementerian Kesehatan menggaungkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan


Pertahankan (STOP) untuk mencapai target tahun 2030 tersebut.
Strategi Test and Treat, yaitu ODHA dapat segera memulai terapi ARV begitu terdiagnosis
mengidap HIV.
Pencegahan infeksi dan penularan HIV di masyarakat

• Bagi yang belum pernah melakukan perilaku berisiko, pertahankan perilaku aman
(dengan tidak melakukan perilaku seks berisiko atau menggunakan narkoba suntik);
• Bila sudah pernah melakukan perilaku berisiko, lakukan tes HIV segera. Bila tes HIV
negatif, tetap berperilaku aman dari hal-hal yang berisiko menularkan HIV;
• Bila tes HIV positif, selalu gunakan kondom saat berhubungam seksual, serta patuhi
petunjuk dokter dan minum obat ARV, agar hidup tetap produktif walaupun positif HIV;
• Jika bertemu ODHA, bersikap wajar dan jangan mendiskriminasi atau memberikan cap
negatif, dan berikan dukungan;
• Jika berinteraksi dengan ODHA, jangan takut tertular, karena virus HIV tidak menular
baik itu melalui sentuhan, keringat, maupun berbagi makanan. HIV hanya menular
melalui cairan kelamin dan darah.
Kewaspadaan Universal Precaution
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 27 tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Elemen kewaspadaan universal:pengelolaan alat kesehatan,
cuci tangan, pemakaian alat pelindung, pengelolaan jarum
dan alat tajam, pengelolaan limbah, dan pengelolaan linen
yang tercemar
Tujuan UP:
• Mengendalikan infeksi secara konsisten
• Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis
atau berisiko
• Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
• Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya

Anda mungkin juga menyukai