Anda di halaman 1dari 6

Program Skrining Dini Pendeteksian Secara Global

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV masih menjadi masalah cukup serius di dunia kesehatan global. Menurut data dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa sampai dengan Juni 2018, HIV
telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 Kabupaten/Kota atau 84,2 persen dari seluruh
kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Adapun jumlah kumulatif penderita infeksi HIV yang
dilaporkan sampai dengan Juni 2018 mencapai 301.959 jiwa. Jumlah penderita HIV cepat
meningkat karena banyak orang yang enggan periksa HIV sehingga sudah terlambat ditangani.
Padahal, bila cepat ditangani, HIV bisa diobati secara efektif. HIV perlu segera diperiksakan bila
sudah terasa gejalanya. gejala infeksi HIV yang kerap muncul ialah demam, kelelahan,
pembengkakan kelenjar getah bening, berkeringat di malam hari., Mual dan muntah., Herpes
zoster., Sakit kepala, tubuh terasa lemah.diare, dan penurunan berat badan drastis. Namun,
alangkah baiknya bila HIV diperiksakan secara dini meski belum merasakan gejalanya.
Melakukan tes HIV sejak dini berarti memungkinkan diri untuk mengendalikan kesehatan diri
sendiri. Selain itu, tak perlu takut memeriksakan diri karena pemeriksaan HIV begitu cepat dan
praktis.

Memeriksa diri secara dini untuk mendeteksi HIV merupakan langkah yang penting. Hal
ini berperan penting dalam mendukung keberhasilan pengobatan, pencegahannya serta
mendapatkan informasi dan konseling yang baik. Tes deteksi HIV dianjurkan untuk
dilakukan oleh tiap orang yang mencurigai dirinya tertular HIV tanpa
menunggu kemunculan gejala-gejala tertentu. Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi
HIV, antara lain orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama
jenis maupun heteroseksual,orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik, orang yang
terkena infeksi penyakit seksual lain, pengguna narkotika suntik., orang yang berhubungan intim
dengan pengguna narkotika suntik. Agar dapat mendeteksi HIV dengan tepat, tes deteksi HIV
perlu dilakukan pada waktu yang tepat. Tidak ada tes yang bisa mendeteksi infeksi HIV segera
setelah kita terinfeksi. Kemungkinan diperlukan waktu hingga 12 minggu agar antibodi HIV
terdeteksi dalam darah kita.
Banyak orang masih merasa enggan atau takut untuk melakukan tes HIV karena stigma
atau pemikiran yang ada terhadap penyakit ini. Padahal, makin cepat terdeteksi dan ditangani,
maka makin efektif hasil pengobatan HIV. Selain itu, dengan mengetahui status HIV,
penderitanya dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus ini. Tes yang bia
dilakukan sejak dini ialah tes skrining. tes skrining adalah penerapan serangkaian tes atau
prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan atau penyakit tertentu
pada seseorang.

Tujuan dari tes skrining adalah deteksi dini untuk mengurangi risiko penyakit atau memutuskan
metode pengobatan yang paling efektif. Tes ini tidak masuk dalam kategori diagnostik, tetapi
digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang diharuskan untuk menjalani tes tambahan untuk
menentukan ada atau tidaknya penyakit. Tes skrining tidak dapat dilakukan pada wanita hamil
karena berisiko membahayakan janin. Namun, tes pada trimester pertama dan melakukan terapi
antiretroviral disarankan karena hal ini dapat mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

Siapa yang Sebaiknya Memeriksakan Diri?

HIV dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui darah, air mani, cairan pra-ejakulasi,
cairan dari vagina dan rektum, serta air susu ibu. Anda berisiko tertular HIV bila cairan tubuh
seseorang yang terinfeksi virus masuk dan bercampur dalam tubuh Anda. Berikut ini adalah
kelompok orang yang dikategorikan berisiko terinfeksi HIV.

 Menderita penyakit menular seksual seperti herpes, sifilis, chlamydia, atau gonore.


 Memiliki lebih dari satu pasangan seksual.
 Melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, seperti kondom, dengan orang yang latar
belakang seksualnya tidak diketahui dengan pasti.
 Berhubungan seksual dengan pengguna narkoba atau pekerja seks komersial.
 Berbagi jarum suntik yang sama dengan orang lain, entah untuk pengobatan,
menyuntikkan obat-obatan terlarang, tato, atau tindik.
 Memiliki ibu yang terinfeksi HIV atau menunjukkan gejala hiv pada anak.
 Pernah menerima transfusi darah.
 Salinan gen pelawan HIV dalam tubuhnya sedikit.
 Pria yang tidak disunat.
 Pria yang berhubungan seksual dengan pria lain.
 Mempunyai pasangan yang suka bergonta-ganti pasangan seksual, atau menggunakan
obat-obatan suntik.

Perlu dicatat, jika HIV tidak menular jika kita bersentuhan atau berpelukan dengan penderita,
berenang di kolam yang sama dengan penderita, berbagi makanan, minuman, dan toilet dengan
penderita, atau terkena air liur, keringat, atau air mata penderita. Orang yang menunjukkan
perilaku berisiko tinggi harus melakukan tes skrining secara teratur, yakni 6 bulan sekali.
Namun, mereka yang melakukan perilaku yang berisiko tinggi ini harus melakukan tes skrining
pada 1 bulan dan 3 bulan setelah paparan risiko tinggi terakhir untuk mengesampingkan
kemungkinan hasil negatif awal yang ternyata palsu.

Kapan waktu yang tepat untuk tes HIV pertama kali?

Jika Anda tahu atau ingat betul bahwa paparan virus pertama terjadi kurang dari tiga bulan, tes
HIV biasanya dianjurkan pada tiga bulan setelah paparan. Bila seseorang pernah melakukan
aktivitas yang berisiko HIV sebaiknya segera lakukan pemeriksaan kesehatan. Lebih cepat lebih
baik daripada Anda harus menunggu dan terus merasa khawatir.

Kesimpulannya, bila Anda habis melakukan hal yang berisiko HIV jangan tunggu muncul gejala
atau keluhan. Sebisa mungkin dalam waktu tiga bulan setelah Anda melakukan hal yang
berisiko, pergi ke rumah sakit lagi untuk dites kembali untuk menguji keakuratan diagnosis awal.

Soal tes apa yang terbaik, tentunya dokter akan memberikan saran sesuai kondisi Anda. Dokter
juga dapat memberikan mengenai tindakan pencegahan HIV yang harus Anda lakukan
setelahnya.

Bagaimana Cara Mengakses Tes Deteksi HIV?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa pemeriksaan HIV harus bersifat sadar diri,
rahasia, terarah, akurat, dan terhubung dengan pengobatan yang tepat. Jika berisiko terinfeksi
HIV, seseorang dianjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan HIV. Untuk melakukan
pemeriksaan HIV, Anda dapat berkonsultasi dan mendapatkan konseling terlebih dahulu dengan
tenaga kesehatan yang ahli. Tes HIV adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi infeksi HIV pada tubuh pasien. Dengan terdeteksinya HIV, selain bermanfaat bagi
dirinya sendiri, individu tersebut juga bisa lebih berhati-hati agar tidak menyebarkan HIV kepada
orang lain.

Ada dua metode dalam tes HIV, yaitu tes HIV yang memeriksa antibodi yang diproduksi oleh
sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap infeksi HIV, dan tes HIV yang memeriksa
keberadaan virus tersebut dalam tubuh. Tes HIV memiliki beberapa fungsi penting antara lain
untuk mencegah penyebaran HIV, mendeteksi infeksi HIV sejak dini, serta mendeteksi darah,
produk darah, atau organ dari pendonor sebelum diberikan kepada pasien lain. Dengan deteksi
sejak dini, maka pengobatan menjadi lebih cepat, serta risiko penularan virus dapat diturunkan.

Sebelum Tes HIV

Umumnya, pasien tidak memerlukan persiapan khusus sebelum menjalani tes HIV. Namun,
dokter akan menawarkan konseling sebelum dan setelah tes untuk membahas berbagai hal,
antara lain:

 Bagaimana tes HIV dilakukan, interpretasi hasil tes, dan tes lain yang mungkin
dilakukan.
 Bagaimana diagnosis infeksi HIV dapat memengaruhi pandangan sosial, emosional,
profesional, dan finansial pasien.
 Berbagai manfaat diagnosis dan pengobatan sejak dini.

Penting untuk memberi tahu dokter bagaimana dan di mana dokter dapat menghubungi Anda
ketika hasil tes keluar.

Terdapat beberapa jenis tes untuk mendeteksi HIV, antara lain:

Tes HIV terdiri atas beragam jenis dan tidak ada tes HIV yang sempurna. Karena itu, terkadang
perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan terhadap tes untuk memastikan diagnosis.

Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain:


 Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah.
Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi
HIV. Tes antibodi terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
o ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes HIV yang
umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibodi HIV.
Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan dimasukkan
ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV. Selanjutnya, enzim akan
dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi kimia antara
darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan
mengikat antigen tersebut di dalam wadah.
o IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan
menggunakan pewarna fluoresens untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi
HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop beresolusi tinggi. Tes ini
biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA.
o Western Blot.  Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan
protein antibodi yang diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan
untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namun saat ini Western Blot sudah jarang
digunakan sebagai tes HIV.
 Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA atau
DNA HIV dalam darah. Tes PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA melalui
reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan virus HIV ketika
hasil tes antibodi masih diragukan.
 Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang dilakukan untuk mendeteksi
antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2. Dengan
mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak dini
sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya membutuhkan waktu 2-
6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi sebagai  respons terhadap infeksi.

Peringatan Tes HIV

Ada beberapa hal yang dapat mempengruhi hasil tes HIV, antara lain:
 Memiliki gangguan kesehatan, seperti penyakit leukemia, sifilis
 Konsumsi minuman beralkohol
 Window period, yaitu periode dimana antibody terhadap HIV belum terbentuk,
sehingga hail tes negatif

Orang yang terinfeksi HIV sebaiknya memulai terapi ARV sejak dini tanpa memandang jumlah
CD4. Hal ini terbukti memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan dan ketahanan hidup pasien.
Selain itu, melakukan test HIV sejak dini juga mampu mencegah penularan terhadap orang
terdekat. Pasien yang berisiko tinggi terhadap HIV dianjurkan untuk menjalani tes HIV tiap
setahun sekali secara rutin. Untuk pasien yang diduga terpapar viruds HIV, tes sebaiknya
dilakukan 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan sejak pertama kali terpapar.

Anda mungkin juga menyukai