NPM : 205140043
KELAS : K3
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gangguan fungsi-fungsi mekanis, fisik dan biokimia, baik disebabkan oleh suatu
penyakit, gejala atau kondisi abnormal yang tidak layak disebut sebagai suatu penyakit. Definisi lainnya adalah ilmu yang mempelajari
tentang manifestasi penyakit baik secara biologis maupun fisik kaitannya dengan kelainan-kelainan dan gangguan psikologis mendasar.
Buku ini menawarkan pokok ringkasan bagi mahasiswa dengan cara memperluas pengetahuan mahasiswa mengenai bagaimana perubahan
dalam bentuk struktur (anatomi) dan fungsi yang mengganggu/mengacaukan tubuh manusia secara keseluruhan.
Tes HIV sebaiknya dilakukan oleh setiap individu, terutama yang berusia antara 13–64 tahun, perlu melakukan tes HIV sebagai bagian dari
pemeriksaan kesehatan secara rutin. Selain sebagai pemeriksaan rutin, dokter juga dapat menganjurkan tes HIV pada seseorang dengan
kondisi sebagai berikut:
Memiliki tanda atau gejala yang mengarah kepada infeksi HIV, seperti infeksi oportunistik
Terdiagnosis dengan gangguan kesehatan tertentu, seperti penyakit menular seksual, hepatitis B atau C, tuberkulosis,
atau limfoma
Sering berganti pasangan, melakukan seks bebas, dan melakukan hubungan seksual tanpa kondom
Berhubungan seksual dengan sesama jenis
Menggunakan NAPZA melalui suntik atau infus, dan berbagi alat suntik
Sedang hamil
Bayi yang dilahirkan oleh wanita penderita HIV
Menerima transfusi darah secara rutin, misalnya akibat menderita thalasemia
Dokter juga menganjurkan tes HIV dilakukan lebih rutin setiap 3 atau 6 bulan sekali pada orang yang berisiko tinggi terpapar virus HIV,
seperti pasangan penderita HIV, homoseksual yang aktif secara seksual, dan pekerja seks komersial.
Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi hasil tes HIV, yaitu:
Menjalani tes ketika masih berada di masa jendela (window period), yaitu ketika antibodi terhadap HIV belum terbentuk
Menderita gangguan kesehatan, seperti penyakit autoimun, leukemia, atau sifilis
Menjalani vaksinasi baru-baru ini
Mengonsumsi obat kortikosteroid
Mengonsumsi terlalu banyak alkohol
Kondisi di atas dapat membuat hasil tes HIV positif walaupun pasien tidak terinfeksi HIV (positif palsu), atau sebaliknya, hasil tes negatif
padahal pasien terinfeksi HIV (negatif palsu).
Umumnya, pasien tidak memerlukan persiapan khusus untuk menjalani tes HIV. Akan tetapi, dokter dapat melakukan sesi konseling
sebelum dan setelah tes untuk membahas beberapa hal di bawah ini:
Prosedur tes HIV yang akan dilakukan, interpretasi hasil tes, dan tes jenis lain yang mungkin dilakukan
Diagnosis infeksi HIV yang dapat memengaruhi pandangan sosial, emosional, profesional, dan finansial pasien
Berbagai manfaat diagnosis dan pengobatan sejak dini
Penting untuk memberi tahu dokter bagaimana dan di mana dokter dapat menghubungi pasien ketika hasil tes keluar.
Selain itu, ada beberapa kondisi yang perlu pasien informasikan ke dokter sebelum menjalani tes HIV jika memilikinya. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping setelah tes. Kondisi-kondisi tersebut adalah:
Mudah memar
Gangguan perdarahan, seperti hemofilia
Di luar dua kondisi di atas, pasien juga harus memberi tahu dokter sebelum menjalani tes HIV jika sedang mengonsumsi obat pengencer
darah atau antikoagulan, seperti aspirin dan warfarin.
Terdapat beragam jenis tes HIV. Meski begitu, tidak ada tes HIV yang sempurna. Oleh karena itu, terkadang perlu dilakukan beberapa tes
atau pengulangan tes untuk memastikan diagnosis.
Tes antibodi
Tes HIV jenis ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV, biasanya 1–3 bulan setelah terinfeksi. Umumnya, tes ini digunakan untuk skrining
awal.
Umumnya, tes HIV yang mendeteksi antibodi HIV memerlukan tes lanjutan untuk memperkuat hasil tes. Tes lanjutan tersebut
dinamakan confirmatory assay.
Confirmatory assay dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang diekstrak dari sel darah. Selain untuk
mengonfirmasi hasil tes, confirmatory assay juga dilakukan untuk membedakan jenis virus HIV, apakah HIV-1 atau HIV-2.
Tes PCR digunakan untuk mendeteksi materi genetik (RNA atau DNA) HIV dalam darah. Sama seperti tes antibodi, tes ini dilakukan
dengan mengambil sampel darah untuk kemudian diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Tes PCR adalah tes HIV yang paling akurat. Tes ini bahkan dapat mendeteksi infeksi HIV walaupun sistem kekebalan tubuh belum
memproduksi antibodi terhadap virus tersebut. Namun sayangnya, tes ini jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang cukup besar
dan waktu serta tenaga yang banyak.
Ab-Ag test dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan/atau antibodi HIV-1 atau HIV-2. Antigen bisa didapatkan
dalam darah lebih cepat daripada antibodi. Oleh karena itu, tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi HIV sekitar 2–6 minggu setelah waktu
perkiraan infeksi.
Prosedur Tes HIV
Tes HIV umumnya dilakukan melalui prosedur pengambilan sampel darah, yang hanya memakan waktu kurang dari 5 menit. Pengambilan
sampel darah ini biasanya dilakukan di lipatan siku. Berikut ini adalah langkah-langkah pengambilan sampel darah:
Dokter akan mengikat lengan atas pasien dengan tali elastis untuk membendung aliran darah, sehingga pembuluh darah di sekitar
ikatan lebih terlihat dan mudah untuk ditusuk.
Dokter akan membersihkan area kulit yang akan ditusuk jarum dengan alkohol.
Usai kulit dibersihkan, dokter akan menusukkan jarum yang terhubung dengan tabung penampung darah ke pembuluh darah
vena pasien.
Setelah jumlah darah yang diambil cukup, dokter akan melepaskan tali elastis dari lengan pasien.
Ketika jarum dilepas, pasien perlu menekan area suntikan dengan kapas atau kain kasa beralkohol agar perdarahan berhenti.
Kemudian, dokter akan menutup area suntikan dengan perban atau plester luka.
Sampel darah yang telah diambil akan dianalisis di laboratorium. Tergantung pada jenis tes yang dilakukan, hasil tes HIV bisa keluar dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu.
Hasil tes HIV bisa berupa negatif, positif, atau tidak dapat ditentukan. Berikut penjelasannya:
Negatif
Hasil tes HIV dapat dikatakan negatif jika tidak ditemukan antibodi, antigen, atau materi genetik HIV di dalam darah pasien.
Positif
Sebaliknya dari hasil negatif, hasil tes HIV dapat dikatakan positif jika ditemukan antibodi, antigen, atau materi genetik HIV di
dalam darah pasien.
Jika hasil tes HIV negatif, bukan berarti pasien tidak terinfeksi HIV. Pasien mungkin masih dalam masa inkubasi virus atau di dalam masa
jendela (window period). Dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani tes ulang 3 bulan setelah tes pertama, terutama jika pasien
termasuk yang berisiko terinfeksi HIV.
Jika tes HIV ulang tetap menunjukkan hasil negatif, pasien dinyatakan tidak terinfeksi HIV. Namun, dokter mungkin akan
merekomendasikan pemeriksaan HIV secara berkala untuk mendeteksi dini jika terdapat infeksi HIV.
Jika pasien dinyatakan positif terinfeksi HIV, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
Pemeriksaan CD4, yaitu pemeriksaan untuk menghitung jumlah sel kekebalan tubuh bernama CD4 yang dapat menurun akibat
infeksi HIV
Viral load, yaitu pemeriksaan untuk menghitung jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh
Dengan kedua pemeriksaan lanjutan tersebut, dokter dapat menentukan dan merencanakan langkah serta jenis pengobatan yang tepat bagi
pasien.
Selain itu, ada beberapa langkah awal yang akan dianjurkan oleh dokter setelah pasien terdiagnosis HIV, yaitu:
Berdiskusi dengan sesama penderita HIV untuk membantu beradaptasi dengan kondisi
Mengonsumsi obat antiretroviral (ART) untuk menghambat perkembangan HIV, melindungi sistem imun tubuh, dan menekan
risiko penularan kepada orang lain
Menjalani pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi dan mencegah kemungkinan adanya infeksi menular seksual lain
Meminta pasangan untuk menjalani tes HIV
Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan
Efek Samping Tes HIV
Prosedur pengambilan darah untuk tes HIV umumnya aman dan jarang menimbulkan efek samping. Apabila ada, pasien mungkin hanya
mengalami efek samping ringan, seperti: