Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN

PENUNJANG PADA
PASIEN DENGAN HIV
DAN AIDS

OLEH KELOMPOK 3 Abraham Randa


Rey Laras Sarti Debi Sepni Aulia
Elwish Anggelina
Dewi Sartika Eggy Marta Saputra
Sefty Rahmi Putri Wirda Wati
Alfatri Agusera Fauzalina
YuliaTri Purnama Dewi Thalhah Gazhali
PEMERIKSAAN FISIK ODHA
 Tidak ada gejala fisik spesifik pada infeksi HIV,
gejala ringan mungkin muncul pada masa
serokonversi berupa flu-like syndrome, dan pada
kondisi yang lebih dapat ditemukan tanda-tanda
infeksi oportunistik
 Keadaan umum tampak sakit berat
 Ruam-ruam pada kulit
 Oral thrush
 Gangguan pernapasan
 Herpes berulang
 Gizi buruk (wasting syndrome)
 Tuberkulosis ekstra paru
DARAH RUTIN
 Hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein
yang berada didalam darah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru-paru. Kadar normal
hemoglobin, yaitu bayi baru lahir 17 – 22 g/dl,
umur 1 minggu 15 – 20 g/dl, umur 1 bulan 11 – 15
g/dl, anak-anak 11 – 13 g/dl, laki – laki dewasa 14 –
18 g/dl, perempuan dewasa 12 – 16 g/dl, laki – laki
tua 12,4 – 14,9 g/dl, perempuan tua 11,7 – 13,8
g/dl. Penurunan kadar Hemoglobin pada penderita
HIV positif terjadi pada stadium III karena
kurangnya suplai oksigen ke sel.
 Hematokrit (Ht). Nilai normal hematokrit
untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan
untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Hematokrit pada penderita HIV positif
mengalami penurunan disebabkan sistem
imun yang semakin melemah.
 Leukosit (WBC/White Blood Cell). Nilai
normal jumlah leukosit berkisar 4.000–
10.000 sel/mm3. Penurunan jumlah leukosit
pada penderita HIV positif terjadi pada
stadium III dan IV karena sel limfosit T
ditekan oleh virus HIV.
 Trombosit (Platelet). Nilai normal trombosit
berkisar antara 150.000 – 400.000
sel/mm3darah. Trombosit yang tinggi disebut
trombositosis, dan trombosit yang rendah
disebut trombosipenia.Penurunan jumlah
trombosit pada penderita HIV positif terjadi
pada stadium III karena megakariosit ditekan
oleh virus HIV sehingga trombosit yang
dihasilkan mengalami penurunan.
DETEKSI ANTIBODI HIV
 ELISA
 Tes skrining yang digunakan untuk mendiagnosis HIV
adalah ELISA. Untuk mengidentifikasi antibodi
terhadap HIV tes ELISA sangat sesitif, tapi tidak
selalu spesifik, karena penyakit lain bisa juga
menunjukkan hasil positif. Beberapa penyakit yang
bisa menyebabkan felse positif, antara lain adalah
penyakit autoimun, infeksi virus, atau keganasan
hematologi. Kehamilan juga bisa menyebabkan false
positif. Tes yang lain biasanya digunakan untuk
mengonfirmasi hasil ELISA. antara lain Western Blot
(WB), indirect inmunofluoresence assay (1IFA)
ataupun radio-immuno- precipitation assay (RIPA).
RAPID TEST
 Merupakan tes serologik yang cepat untuk
mendeteksi IgG antibodi terhadap HIV-1.
Prinsip pengujian berdasarkan aglutinasi
partikel, imunodot (dipstik), imunofiltrasi
atau imunokromatografi. ELISA tidak dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi hasil rapid
tes dan semua hasil rapid tes reaktif harus
dikonfirmasi dengan Western blot atau IFA
(Mariam, 2010)
WESTERN BLOT
 Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif
ELISA atau hasil serologi rapid tessebagai
hasil yang benar-benar positif. Uji Western
blot menemukan keberadaan antibodi yang
melawan protein HIV-1 spesifik (struktural
dan enzimatik). Western blot dilakukan hanya
sebagai konfirmasi pada hasil skrining
berulang (ELISA atau rapid tes). Hasil
negative Western blot menunjukkan bahwa
hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan
sebagai hasil positif palsu dan pasien tidak
mempunyai antibodi HIV-1.
 Western Blot merupakan elektroforesis gel
poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi
rantai protein yang spesifik rerhadap DNA. Jika
tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti
hasil tes negatif. Sedangkan bila hampir atau semua
rantai protein ditemukan, berarti Western Blot
positif. Tes Western Blot mungkin juga tidak bisa
menyimpulkan seseorang menderita HIV atau tidak.
Oleh karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua
minggu dengan sampel yang sama. Jika tes Western
Blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes Western
Blot harus diulang lagi setelah 6 bulan. Jika tes
tetap negatif maka pasien dianggap HIV negatif.
INDIRECT IMMUNOFLUORESCENCE
ASSAYS (IFA)
 Uji ini sederhana untuk dilakukan dan waktu
yang dibutuhkan lebih sedikit dan sedikit
lebih mahal dari uji Western blot. Antibodi Ig
dilabel dengan penambahan fluorokrom dan
akan berikatan pada antibodi HIV jika berada
pada sampel. Jika slide menunjukkan
fluoresen sitoplasma dianggap hasil positif
(reaktif), yang menunjukkan keberadaan
antibodi HIV-1. (Mariam, 2010)
TES ENZYME IMMUNOASSAY
(EIA) ANTIBODI HIV
 Tes ini berguna sebagai skrining maupun
diagnosis HIV dengan mendeteksi antibodi
untuk HIV-1 dan HIV-2.
UJI VIROLOGI
 Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1
meliputi kultur virus, tes amplifikasi asam
nukleat / nucleic acid amplification test
(NAAT), test untuk menemukan asam nukleat
HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan test
untuk komponen virus
KULTUR HIV
 HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi,
titer virus lebih tinggi dalam plasma dan sel
darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan
virus terdeteksi dengan menguji cairan
supernatan biakan setelah 7-14 hari untuk
aktivitas reverse transcriptasevirus atau
untuk antigen spesifik virus
HIV DNA kualitatif (EID)
Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak
bergantung pada keberadaan antibodi HIV.
Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.

HIV RNA kuantitatif


Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam
darah, dan dapat digunakan untuk
pemantauan terapi ARV pada dewasa dan
diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak
tersedia
TES VIROLOGIS POLYMERASE
CHAIN REACTION (PCR)
 Tes virologis direkomendasikan untuk
mendiagnosis anak berumur kurang dari 18
bulan. Tes virologis yang dianjurkan: HIV DNA
kualitatif dari darah lengkap atau Dried
Blood Spot (DBS), dan HIV RNA kuantitatif
dengan menggunakan plasma darah. Bayi
yang diketahui terpajan HIV sejak lahir
dianjurkan untuk diperiksa dengan tes
virologis paling awal pada umur 6 minggu.
Tes ini sering digunakan bila hasil tes yang
lain tidak jelas.
TERDAPAT DUA MACAM
PENDEKATAN UNTUK TES HIV
 Konseling dan tes HIV sukarela (VCT =
Voluntary Counseling & Testing)
 Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas
kesehatan (PITC = Provider-Initiated Testing
and Counseling).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai