Anda di halaman 1dari 4

HIV merupakan penyakit pada masyarakat yang sangat penting.

Penyebaran penyakit
HIV semakin meluas karena didorong oleh praktek seksual yang tidak aman. Orang-orang
yang berisiko tinggi terjangkit HIV yaitu pengguna narkoba suntik, pekerja seks, termask
wanita hamil. Banyak orang-orang yang terinfeksi HIV yang tidak menyadari keadaan
mereka, hal ini dipengaruhi kurangnya akses layanan HIV seperti VCT (konseling). Hal ini
dapat menyebabkan resiko penyebaran kasus HIV semakin meluas, dikarenakan orang yang
tertular HIV berisiko menularkan virus HIV dikeluarga maupun komunitasnya. (Kevin
Pottie,dkk.2014)
Pemeriksaan HIV (Rapid test) berdasarkan pada deteksi antibodi HIV setelah terinfeksi
dan sensitifitas dari rapid test mendekati 100%. Namun pada pemeriksaan rapid test tidak
dapat mendeteksi infeksi HIV pada fase akut. Pada infeksi fase akut antibodi HIV belum
terbentuk, hanya terdapat asam nukleat virus atau antigen p24 yang dapat dideteksi.
Identifikasi pada fase akut dianggap penting dalam mengendalikan adanya kasus-kasus HIV
baru, pada fase akut ditandai dengan viral load yang tinggi. Pada fase ini belum terbentuknya
antibodi HIV, sehingga resiko penularan lebih besar. Tes cepat generasi keempat HIV (Rapid
Test) dapat mendeteksi antigen p24 dan antibodi HIV sebagai identifikasi awal ifeksi akut.
Test ini bertujuan sebagai pencegahan dan mengurangi penularan HIV. Terdapat juga
pemeriksaan HIV menggunakan test combo dimana dapat membedekan infeksi akut HIV-1.
Test combo ini mendeteksi antigen HIV-1 dengan serotipe HIV-1 p24. Apabila postif adanya
antigen HIV-1p24 pada test combo, pada antigen HIV-2 akan memberikan hasil negative.
(Duong Yen T.,dkk. 2014)
Orang yang terinfeksi HIV dan hasil pada tes viral load tinngi, perlu dilakukan terapi
antiretroviral (ART) segera. HIV Combo (DHC) merupakan test yang pertama yang dapat
mendeteksi antibodi dan antigen komponen HIV yang khusus dimana HIV Combo (DHC) ini
dirancang pada pasien yang baru terinfeksi dengan HIV. HIV Combo (DHC) memiliki
sensitivitas pada pasien yang baru terinfeksi dengan HIV (infeksi fase akut). (Hayes
Richard ,dkk. 2014)

Pembahasan
Metode pemeriksaan HIV untuk mendeteksi infeksi akut yang membutuhkan
deteksi RNA HIV atau antigen p24 kompleks berdasarkan asam nukleat. Uji
amplifikasi (NAAT) dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) berguna untuk
mendeteksi RNA virus. Sedangkan, antigen p24 selama fase akut dapat dideteksi
dengan Enzim Linked Immunosorbent Test (ELISA). Pada metode ELISA kurang
banyak digunakan, hal ini karena biaya yang mahal. Pemeriksaan NAAT memiliki
sensitivitas yang tinggi namun termasuk pemeriksaan yang mahal untk pemeriksaan uji
skrinning dan memerlukan waktu yang cukup lama. Pengujian spesimen reaktif pada
pemeriksaan HIV, memerlukan pemeriksaan tambahan untuk membedakan spesimen
positif berdasarkan antigennya. (Duong Yen T. ,dkk. 2014)
Tes cepat generasi keempat HIV (Rapid Test) dapat mendeteksi antigen p24 dan
antibodi HIV sebagai identifikasi awal ifeksi akut. Test ini bertujuan sebagai
pencegahan dan mengurangi penularan HIV. Terdapat juga pemeriksaan HIV
menggunakan test combo dimana dapat membedekan infeksi akut HIV-1. Test combo
ini mendeteksi antigen HIV-1 dengan serotipe HIV-1 p24. Apabila postif adanya
antigen HIV-1p24 pada test combo, pada antigen HIV-2 akan memberikan hasil
negative. (Duong Yen T.,dkk. 2014)
Pada praktikum imunoserologi dengan materi pemeriksaan HIV (Rapid Test).
Pada praktikum ini berdasarkan metode immunokromatografi secara kualitatif.
Pemeriksaan HIV (Rapid Test) bertujuan untuk mendeteksi secara kualitatif adanya
antibodi spesifik semua serotipe (IgG, IgM, IgA) virus HIV-1 termasuk sub tipe-O dan
HIV-2 dalam serum, plasma atau whole blood pasien. Pada praktikum ini menggunakan
alat uji merk SD Bioline HIV 1/2 3.0 berbentuk kaset memanjang. SD HIV 1/2 3.0
dapat mendeteksi antibodi spesifik virus HIV-1 dan HIV-2 dalam sampel dengan
tingkat sensitivitas 100% dan spesitifitas 99,8%. Sampel uji yang dapat digunakan pada
pemeriksaan ini, yaitu serum, plasma (antikoagulan EDTA, heparin, dan natrium sitrat),
dan darah utuh (whole blood) dengan antikoagulan EDTA, heparin, dan natrium sitrat.
(Insert Kit SD Bioline HIV 1/2 3.0.2013)
Pada praktikum kali ini menggunakan alat uji yang berbentuk kaset, alat ini
memiliki prinsip yang sama seperti pada tes strip. Sampel uji (serum dan plasma)
sebanyak 10l atau sampel whole blood sebanyak 20 l dimasukkan pada sampel well
(S). Sampel uji yang dimasukkan harus cukup karena akan mempengaruhi reaksi
komplek antigen-antibodi pada alat uji. Jumlah sampel whole blood lebih banyak

dibandingkan sampel serum atau plasma, dikarenakan pada sampel whole blood masih
banyak zat-zat pengganggu sehingga diperlukan jumlah yang lebih banyak agar reaksi
antibodi-antigen dapat terjadinya secara maksimal. Selanjutnya alat uji didiamkan pada
tempat yang datar, kering dan tidak menyerap selama 10-20 menit dan dibaca hasilnya.
Fungsi dari mendiamkan selama 10-20 menit adalah untuk memaksimalkan reaksi yang
terjadi, namun jangan lebih dari 20 menit karena akan menyebabkan kesalahan hasil.
Pada alat uji akan terbentuk 3 garis warna yaitu pada garis C, T1 dan garis T2.
Hasil positif HIV-1 jika terbentuk garis warna pada C dan T1, hasil positif HIV-2
jika terbentuk garis warna pada C dan T2. Jika muncul garis pada C, T1, dan
T2, maka diperhatikan garis warna yang muncul lebih terang. Jika hanya terbentuk 1
garis merah pada garis C maka hasilnya negative. Apabila tidak terdapat garis merah
pada C hasil dinyatakan invalid.
(diisi reaksi antigen-antibodi)
Selain hasil positif dan negatif dapat pula didapatkan hasil invalid. Hasil invalid
ditunjukan jika saat melakukan test tidak terdapat garis merah pada konrol line maupun
test line atau hanya terdapat 1 garis merah pada test line saja. Hasil invalid ini dapat
disebabkan karena rusaknya partikel colloid gold pada alat uji. Kerusakan ini dapat
disebabkan oleh kontaminasi sehingga bentuk epitop pada partikel colloid gold
berubah. Pada kontrol line harus selalu terjadi reaksi untuk memastikan kandungan
reagen dalam alat uji masih baik. Kerusakan pada alat uji dapat disebabkan karena
penyimpanan yang salah. SD Bioline HIV 1/2 3.0 harus disimpan pada shu 1-30o C di
lingkungan yang kering.
Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil positif HIV-1 pada sampel serum
dengan kode 17. Hasil ditunjukkan dengan trbentuk garis warna pada C dan T1.
Pada pemeriksaan yang dilakukan, garis warna yang terbentuk tipis. Hal ini dapat
dikarenakan jumlah diluent yang ditambahkan kurang atau keadaan patologis sampel.

Identifikasi infeksi HIV akut membutuhkan deteksi asam nukleat HIV atau antigen p24.
tes yang tersedia adalah laboratorium berdasarkan, sumber daya intensif, dan membutuhkan
tindak lanjut. HIV RNA polymerase chain reaction (PCR), digunakan baik untuk sampel

individu atau menggenang, adalah standar referensi untuk mendeteksi infeksi HIV akut
antibodi-negatif, tapi mahal dan sulit diterapkan di rangkaian miskin sumber daya. HIV
antigen p24 (Ag) tes enzyme-linked immunosorbent (ELISA) memiliki karakteristik kinerja
yang baik dibandingkan dengan analisis HIV RNA PCR, tetapi mereka telah menantang
untuk menerapkan dalam skala luas. Generasi keempat HIV ELISA mendeteksi antibodi dan
antigen [6, 15, 16] tetapi tidak membedakan antara dua dan memerlukan venipuncture,
laboratorium, dan pasien tindak lanjut, membatasi penggunaan rutin di sebagian besar
pengaturan. (Nora E. Rosenberg.2012)

Identifikasi infeksi HIV akut membutuhkan deteksi asam nukleat HIV atau antigen p24.
tes yang tersedia adalah laboratorium berdasarkan, sumber daya intensif, dan membutuhkan
tindak lanjut. HIV RNA polymerase chain reaction (PCR), digunakan baik untuk sampel
individu atau menggenang, adalah standar referensi untuk mendeteksi infeksi HIV akut
antibodi-negatif, tapi mahal dan sulit diterapkan di rangkaian miskin sumber daya. HIV
antigen p24 (Ag) tes enzyme-linked immunosorbent (ELISA) memiliki karakteristik kinerja
yang baik dibandingkan dengan analisis HIV RNA PCR, tetapi mereka telah menantang
untuk menerapkan dalam skala luas. Generasi keempat HIV ELISA mendeteksi antibodi dan
antigen [6, 15, 16] tetapi tidak membedakan antara dua dan memerlukan venipuncture,
laboratorium, dan pasien tindak lanjut, membatasi penggunaan rutin di sebagian besar
pengaturan. (Nsagha.2012)

Anda mungkin juga menyukai