DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
Lian Ekawati
(037)
Rika Sofiana
(054)
Lois Widiastuti
(038)
Rista Dewi
(056)
Lorensa Tresnaningtyas
(039)
Siti Hafifah
(060)
Mega Sari
(043)
Windi M.P
(068)
Meisyita A. N. R
(044)
Kelas 2B2
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II ISI................................................................................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
LAMPIRAN...........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penderita AIDS semakin tahun semakin bertambah.
Penyebabnya adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
retrovirus yang menurunkan kemampuan system imun. Seperti retrovirus
yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang
dan utamanya menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghancurkannya.
Diagnosis infeksi HIV dapat dilakukan dengan mendeteksi
antibody atau antigen. Pemeriksaan serologi yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis HIV diharapkan mempunyai sensitifitas dan
spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan yang mempunyai sensitifitas tinggi
akan memberikan hasil positif pada orang yang terinfeksi HIV dan
memberikan hasil negative palsu yang kecil. Pemeriksaan yang
mempunyai spesifitas yang tinggi akan memberikan hasil yang negative
pada orang yang tidak terinfeksi HIV dan memberikan hasil positif palsu
yang rendah. Metode pemeriksaan antibody HIV terdiri atas pemeriksaan
memakai metode ELISA/ EIA yang harus dipastikan dengan metode
Western Blot atau Deteksi Asam Nukleat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV?
2. Apa saja penggolongan dari virus HIV?
3. Bagaimana mekanisme imunologi virus HIV?
4. Apa saja pemeriksaan Laboratorium yang menunjang diagnosa HIV?
BAB II
ISI
1
A. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel hospes, ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA,
yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro
virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang
sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit
maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
B. Penggolongan
HIV dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni tipe 1 dan tipe 2. HIV-1
dapat ditemukan di seluruh dunia, sementara HIV-2 jarang ditemukan di
tempat lain selain di Afrika Barat. Kedua tipe virus ini ditularkan dengan cara
yang sama dan sama-sama dapat menyebabkan AIDS. Akan tetapi, tampaknya
HIV-2 lebih sulit menular dan infeksi HIV-2 jauh lebih lambat berubah
menjadi AIDS dibandingkan HIV-1.Virulensi dan viral load yang rendah dari
HIV-2 menjadi penyebab keadaan tersebut. HIV-2 memiliki
D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Serologi untuk diagnosis HIV diharapkan mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas tinggi. Pemeriksaan Serologi yang digunakan
untuk diagnosis HIV adalah deteksi antibody. Pemeriksaan tersebut terdiri
atas pemeriksaan penyaring dengan metode ELISA dan Rapid, sedangkan
metode Western Blot atau WB digunakan untuk memastikan hasil
pemeriksaan penyaring. Untuk diagnosis HIV, World Health Organization
(WHO) menetapkan 3 strategi.
Strategi pertama
Bahan Klinik yang diperiksa menggunakan satu jenis pemeriksaan yang
harus memiliki sensitivitas yang tinggi. Bahan klinik yang reaktif
dinyatakan positif sedangkan yang tidak reaktif dinyatakan negative.
Pemeriksaan
pemeriksaan
kedua
harus
menggunakan
antigen
atau
prinsip
pertama
reaktif,
pemeriksaan
kedua
reaktif,
dan
Antibodi
sebagai berikut :
Nonreaktif
belakang
pada
membran
catridge
gelap
dan
jenis
metode
setelah
dilakukan
infeksi
deteksi
HIV
antigen
selain
deteksi
diantaranya
antibodi
dengan
juga
mengukur
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
A, Yoveline., R, Wahyuningsih., Y, Kumalawati., S, Sungkar. 2008. Peran Rapid
Oval HIV Tes Dalam Diagnosis Infeksi HIV. Majalah Kedokteran Indonesia.
Durman, Edyana. 2012. Diagnosis Serologi Infeksi Human Immunodeficiency
Virus. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol XXVIII No.3. Departemen
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
GJ, Anderson., Cipolla C, M., RT, Kennedy. 2011. Western Blotting Using
Capillary Electrophoresis. Ann Clinical.
JS, Yeom., JB, Lee., et all. 2006. Evaluation of A New Third Generation ELISA
For The Detection of HIV Infection. Clinical Laboratory of Science.
MA, Pesce., KF, Chow., E, Hod. 2006. HIV Antibody Testing. Clinical Pathology.
S, Khurana., PJ, Norris., et all. 2010. HIV Selectest Enzyme Immunoassay and
Rapid Test. Jakarta : EGC
Sri Harti, Agnes., dkk. 2014.
12
LAMPIRAN
13
14