Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. MS
DENGAN SALAH SATU ANGGOTA MENGALAMI TBC PARU

Dosen Pembimbing :
Ns.Tomi Jepisa,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Sri Rahmi Amerisa (1710101507)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn. Ms Dengan Salah Satu Anggota Mengalami Tbc
Paru”ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan
datang.

Padang, Mei2020

Penyusun

Kelompok 6

DAFTAR ISI

2
BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih


menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia.
Penyakit Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang angka kejadiannya
masih tinggi.

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri


berbentuk batang (basil) yang di kenal dengan nama mikrobakterium tuberculosis,
Penularan penyakit ini melalui perantaran dahak/ludah yang mengandung basil
Tuberculosis paru, pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan di
udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru-parunya yang
kemudian menyebabkan penyakit Tuberculosis Paru.

Penyakit Tubercolosis, jaringan yang paling sering di serang adalah paru-


paru (96,9%). Dari hasil pengkajian Didesa Karangmukti khususnya RW 003 dan
004 di dapatkan hasil untuk TB Paru sebanyak 11 orang. 64% dari penderita tidak
berobat secara teratur. Oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus untuk
penanganan TB Paru agar tidak menularkan lebih luas lagi. Dan pada makalah ini
penulis akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga pada TB Paru
semoga dapat dijadikan pedoman sebagai penatalaksanaan pada TB Paru.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan


keperawatan keluarga pada anak dengan TB Paru.

2. Tujuan Khusus

 Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar TB Paru

 Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar asuhan keperawatan


pada anak dengan TB Paru.

BAB II

4
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar TB Paru

1. Pengertian

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium


tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang
paling banyak adalah paru-paru

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Ridwan,
2009).

Tuberculosis Paru adalah penyakit rdang parenkim paru karena infeksi


kuman mycrobacterium tuberculosis (Sallin, 2007)

2. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/μm dan tebal 0,3-0,6/μm. Spesies
lain dari kuman ini yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah
mycobacterium bovis, mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellulare.

3. Manifestasi Klinis                 

a. Demam

Biasanya sub febris menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang


panas badan mencapai 40ºC-41ºC.

b. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iiritasi pada bronkus, batu ini berfungsi untuk
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni berminggu-minggu
atau berulan-bulan dari peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non produktif) kemudian setelah timbul perandangan menjadi
produktif ( menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah (hemapnoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk berdarah pada tuberculosis terjadi kavitas, tetapi dapat
juga terjadi ulkus dinding bronchus.

5
c. Sesak

Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut. Dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Mailase

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala mailase sering


ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan
lain-lain. Mailase makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur (Bahar, 1998)

4. Patofisiologis
TB. Primer
a. Kuman dibatukkan / bersin (droplet nudei inidinborne)
b. Terisap organ sehat
c. Menempel di jalan nafas / paru-paru
d. Menetap / berkembang biak
e. Sitoplasma makroflag
f. Membentuk sarang TB Pneumonia kecil
(sarang primer / efek primer)
g. Radang saluran pernafasan
(limfangitis regional)
h. Komplek primer

TB Sekunder
a. Kuman dormat (TB Primer)
b. Infeksi endogen
c. TB DWS (TB. Post Primer)
d. Sarang pneumenia kecil

5. Pemeriksaan Diagnostik Tuberculosis


Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah (LED normal atau meningkat, limfositosis)
b. Sputum

6
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis tuberculosis paru.
Disamping itu juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang diberikan. Kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan
sputum terutama pada penderita yang tidak batuk maupun batuk tetapi
non produktif.
Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum,
penderita dianjurkan minum sebanyak ± 2 liter dan idanjurkan
melakukan batuk efektif. Dapat juga memberikan tambahan obat-obatan
mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik
slama 20-30 menit. Bila masih sulit sputum dapat diperoleh dengan
bronchoscopy. Sputum yang sudah didapat harus mengandung kuman
BTA. Criteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTApada sediaan. Dengan kata lain
diperlukan 50000 kuman dalam 1 ml sputum. Pada pemeriksaan dengan
biakan, setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan,
koloni kuman tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8 minggu
pananaman, kolini tidak tampak, biakan dinyatakan negatif. Medium
biakan yang sering digunakan adalah Lowenstien Jensen dan ATS.
c. Test Tuberculin
Biasanya memakai cara Mantaux yakni yakni dengan menyuntikan
0,1 cc Tuberculin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan 5
TU(intermediate strength). Setelah 48-72 jam tuberculin disuntukkan
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat
limfosit yakni persenyawaan antara anti bodi dan antigen tuberculin.
6. Penatalaksanaan /Pengobatan
Tujuan :
1. Menyembuhkan Penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan

4. Menurunkan tingakat penularan ± 85%

5. Mencegah terjadinya resisten obat

JENIS OBAT DAN DOSIS OBAT (Obat anti tuberculosis)

 Isoniasid (H)

     Dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif dalam
keadaan metabolic efektif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis

7
hariannya dianjurkan 5mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kgBB.

 Rifamphisin (R)

     Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang


tidak dapat dibunuh oleh INH. Dosis 10mg/kgNN diberikan sama untuk
pengobatan harian maupun intermitten seminggu 3 kali 

 Pirasinamid (Z)

     Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB.

 Streptomicin (S)

     Bersifat baketriasid, dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk


pengobatan intermitten 3 kali sehari menggunakan dosis yang sama. Penderita
umur 60 tahun dosisnya 0,75gr/hari. Sedangkan diatas usia 60 tahun diberikan 0,5
gr/hari.

 Ethambutol (E)

     Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB


sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu dosis 30mg/kgBB.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. MS
DENGAN SALAH SATU ANGGOTA MENGALAMI TBC PARU

8
A. Pengkajian

1. Struktur Dan Sifat Keluarga


a. Kepala Keluarga
Nama : Tn. MS
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : RT 22 RW 06 Dusun Kreweh Desa Gunungrejo
Kec. Singosari Kabupaten Malang
b. Susunan Anggota Keluarga

No. NAMA L/P USIA HUB.KK PEND PEKJ KET

1. Ny.M P 68 tahun Mertua - - Sakit


2. Ny. F P 48 tahun Istri SD Tani Sehat
3. Nn. S P 18 tahun Anak SLTA - Sehat
4. An. AS L 12 tahun Anak SD - Sehat

c. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

9
: Sakit
: Meninggal
: Tinggal serumah

d. Jenis/type Keluarga
Jenis : Extendet

2. Faktor Sosio-Budaya-Ekonomi

a. Penghasilan Dan Pengeluaran


Sumber penghasilan adalah dari kegiatan bertani yang dilakukan oleh kepala
keluarga bersama istri, yaitu sekitar  Rp. 500.000,-/perbulan. Pengeluaran
perbulan untuk keperluan makan sekitar  Rp. 300.000,- dan sisanya untuk
keperluan lain –lain seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
b. Pendidikan
Anggota keluarga semuanya berpendidikan semuanya berpendidikan tingkat
dasar, kecuali mertua yang tidak sekolah, dan anak pertama yang sedang
sekolah kelas 12 (SMA kelas III). Berkaitan dengan penyakit TBC yang
diderita Tn. MS, keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara penularan
TB paru kepada orang lain dan bagaimana cara pencegahan terhadap anggota
keluarga yang lain. Setelah dijelaskan tentang pengertian penyakit, cara
pencegahan dan pengobatannya, Tn.MS dan Ny.F belum bisa menjawab
pertanyaan sederhana perawat
c. Suku Dan Agama
keluarga merupakan suku Jawa dan beragama Islam, dalam menjalankan
perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan
seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara
tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’ (remaja putri dan ibu-
ibu).

3. Kegiatan Sehari - Hari


a. Nutrisi
keluarga lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan komposisi
sebagai berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan tahu, sayuran yang
didapat dari kebun/sawah, jarang makan buah dan minum susu. Keluarga dalam
memasak sayur dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong. Keluarga makan
tiga kali dalam sehari dengan porsi yang cukup. Pemberian makan sama rata
untuk seluruh anggota keluarga. Cara menghidangkannya terbuka di atas meja.
Alat makan digunakan bersama atau tidak ada pemisahan dalam pemakaiannya.
Pantangan makan tidak ada.

10
b. Eliminasi
Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali sehari. Pada
anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan dalam eliminasi.
Tempat BAB adalah di sungai atau menumpang di WC tetangga.
c. Olah Raga
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk melakukan
olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke sawah setiap pagi dan sore. Kegiatan di
sawah mislnya mencangkul, mencari rumput untuk ternak, atau mencabuti
rumput yang mengganggu tanaman padi. Istri juga tidak meluangkan waktu
untuk kegiatan olah raga secara khusus, dia hanya ikut membantu suami kerja di
sawah. Anak-anak tidak ada kegiatan olah raga di rumah, sedangkan di sekolah
sesuai jadwal olah raga di sekolah masing-masing.
d. Kebersihan Diri
Kepala keluarga dan istri mandi 2 kali sehari, yaitu sepulang dari sawah dan
pada sore hari. Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum berangkat sekolah dan
pada sore hari. Kebersihan mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun
mandi, menggosok gigi sekali sehari dengan pasta gigi serta mencuci rambut
tiga hari sekali dengan menggunakan sampho, kebiasaan mandi keluarga di
rumah dengan air sumber yang berasal dari mata air Sumberawan. Berkaitan
dengan TBC, keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi yang sehat
yang dapat mencegah penularan TB paru. Tn.MS mengatakan tidak mempunyai
tempat khusus untuk pembuangan dahak, biasanya meludah di halaman atau
dimana saja saat ia berada.
e. Waktu Senggang/Hiburan/Rekreasi
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–santai atau
digunakan untuk membicarakan masalah keluarga. Anggota keluarga dalam
menggunakan waktu senggangnya sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Untuk
mendapatkan hiburan keluarga melihat televisi dan radio.
f. Istirahat
Pola istirahat keluarga jarang tidaur siang, kalau sempat tidur siang biasanya
selama 1 – 2 jam mulai pukul 12.30 – 14.30. Kebiasaan tidur pada malan hari
jam 22.00 – 05.00. Pada Tn. MS tidurnya sering terganggu oleh karena sering
batuk pada malam hari, dan sering berkeringat dingin pada malam hari.
g. Kebiasaan Sosial
Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat seperti
kegiatan tahlilan, diba’ dan lain-lain. Kepala keluarga yaitu Tn. MS dahulu
merupakan perokok berat dengan frekuensi 1 pak perhari. Sejak sakit frekwensi
merokok dikurangi sekitar ½ pak perhari.

11
4. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap ke III, yaitu keluarga
dengan anak usia sekolah. Anak pertama perempuan, masih sekolah di SLTA
dengan usia 18 tahun, sedangkan anak kedua laki-laki berusia 12 tahun dan
masih sekolah dibangku SD.
c. Riwayat Keluarga Inti
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan. Riwayat kesehatan masing
masing keluarga baik kecuali Tn. MS yang mempunyai riwayat TBC.
Kebiasaan anggota keluarga apabila ada yang sakit periksa ke Bidan Desa atau
ke Mantri. Untuk mengatasi penyakit yang diderita saat ini, Tn.MS berobat
rutin ke Puskesmas Singosari, dan sekarang ini obat sudah dapat diambil di
Polindes.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat kesehatan sebelumnya, keluarga mengatakan tidak pernah sakit serius.
Mertua Tn.MS saat ini sudah lanjut usia, dan mengalami sakit batuk-batuk dan
linu-linu, belum pernah periksa lab/dahak, hanya berobat kalau linu-linunya
dirasa sangat mengganggu.

6. Faktor Lingkungan
a. Karakteristik Perumahan
Perumahan yang digunakan adalah semi permanen dan miliknya sendiri.
Luas pekarangan 5 x 9 meter dengan bangunan rumah 8 x 12 meter. Lantai
rumah sebagian dari plester semen dan sebagian masih tanah, atap dari genting.
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar kamar dan
ruang tengah serta dapur, disetiap kamar dan ruang tengah serta dapur ada
lubang angin, Penerangan menggunakan lampu listrik. Kamar tamu ada sebuah
lampu neon 15 watt, ruang tengah terdapat bola lampu 20 watt, masing–masing
kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt.
Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan (kursi), ruang tidur,
dapur berdinding bambu anyam dan lantai tanah. Keluarga mempunyai kamar
mandi tapi tidak ada WC, bila buang air besar di sungai atau numpang di WC
tetangga. Halaman rumah tampak kurang bersih oleh rerumputan disekitar
rumahnya.
Keluarga menggunakan air sumber dari mata air Sumberawan untuk
minum dan memasak, keadaan air secara fisik jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Keluarga menyimpan air dari sumur dalam gentong yang kebersihannya
cukup dan tertutup.
Keluarga mempunyai tempat pembuangan limbah yang dibuang langsung di
belakang rumah dan dibiarkan terbuka.

12
Keluarga mempunyai ternak sapi dengan kandang menempel di belakang
dapur. Pembuangan kotoran ternak berupa jurang terbuka berjarak 3 meter dari
kandang.

b. Denah rumah

keterangan :
LKT = Limbah kotoran ternak
LKM = Limbah kamar mandi
LD = Limbah dapur
LKT
= Pintu
= Jalan kampung/gang
= Batas pekarangan

Kandang LD
sapi
L
K Kamar
Dapur
M mandi
R. Tidur R.Tidur
An.AS Ny.M
R. Tidur Tn.MS Ruang keluarga/
dan Ny.F R. Makan

R. Tamu
R. Tidur Nn.S

Keterangan denah rumah :

Rumah keluarga Tn. MS terdiri dari 1 ruang tamu; 1 ruang keluarga yang
sekaligus sebagai tempat makan; 4 kamar tidur masing-masing untuk Nn.S,

13
Tn.MS bersama Ny.F, Ny.M dan An.As; 1 dapur; 1 kamar mandi tanpa WC;
dan kandang ternak.
Masing-masing kamar mempunyai ventilasi sekaligus sebagai
pencahayaan sinar matahari tapi masih terlalu sempit, kurang dari 10% luas
lantai kamar. Pencahayaan dan ventilasi ruang tamu cukup. Pencahayaan ruang
keluarga kurang, sinar matahari kurang dapat menyinari lantai ruang tamu.
Sumber air bersih yang digunakan untuk mandi dan memasak berasal dari mata
air Sumberawan. Tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi berupa
selokan terbuka, pembuangan air limbah dari dapur tidak ada tempat khusus,
langsung dibuang atau dialirkan ke belakang dapur dan dibiarkan meresap
sendiri.
c. Macam Tempat Tinggal
Keluarga bertempat tinggal di pedesaan jarak antara rumah satu dengan yang
lainnya berdekatan tapi tidak berhimpitan/menempel. Lingkungan tempat
tinggal adalah persawahan dengan udara yang sejuk
d. Karakteristik Tetangga Dan Komunikasi RW
Tetangga di sekitar keluarga Tn. MS adalah bersuku Jawa, bahasa komunikasi
sehari-hari yang digunakan adalah bahasa jawa, sebagian besar tetangga Tn.
MS bermata pencaharian sebagai petani. Keluarga mempunyai alat komunikasi
seperti televisi dan radio. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya
diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.
e. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. MS Keluarga jarang pergi ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan
rutin harian adalah bertani / pergi ke sawah yang tidak jauh dari rumahnya
(sekitar 1 km). Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Sanak
famili dari Tn.MS maupun Ny.F juga berada di sekitar tempat tinggalnya
(masih satu desa).
f. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Komunikasi antar keluarga/warga biasanya dilakukan saat mereka melakukan
kegiatan keagamaan seperti tahlilan, yasiinan, diba’ dan kegiatan-kegiatan
keagamaan lainnya.
g. Sistem Pendukung Keluarga
Jarak rumah ke Polindes sekitar ½ km, jarak ke puskesmas pembantu sekitar
1,5 km, jarak ke Puskesmas sekitar 5 km. Keluarga juga mempunyai jaminan
pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (Askes Maskin).

6. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga

14
keluarga Tn. MS dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Dalam
keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan waktu santai.
Komunikasi saat makan sering dilakukan, dan terbiasa makan bersama.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga tidak mempunyai peran dalam masyarakat, hal ini terbukti dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. MS dalam mempengaruhi tetangga. Kekuatan
dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
adalah Tn. MS dan Ny.F cukup bijaksana, tampak sabar dalam menghadapi
penyakit atau masalah yang dialami oleh anggota keluarga, sehingga dapat
mendorong Tn.MS untuk berobat secara teratur sampai sembuh. Ny.F sering
mengingatkan Tn.MS jika lupa minum obat.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
Keluarga dalam struktur peran formal tidak ada atau tidak mempunyai peran.
Begitu juga dalam perannya secara informal.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Keluarga Tn. MS menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian
diwarnai dengan kebiasaan secara agamis. Disamping itu keluarga menganut
kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan
keluarga Tn. MS tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.

7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. MS sangat harmonis, rukun dan
tentram. Semua keluarga merasa saling memiliki, apabila ada keluarga yang
sakit atau ditimpa musibah, maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan
akan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau ditimpa musibah.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan dalam keluarga Tn. MS menganut kebudayaan jawa. Dalam
berhubungan dengan anggota masyarakat, keluarga tidak tampak kaku. Keluarga
sangat membaur dengan budaya yang ada disekitarnya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn MS mampu untuk kurang mengenal dengan baik masalah
kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yaitu Tn. MS dengan
TB paru. Hal ini dibuktikan dengan bahwa keluarga belum mampu untuk
menyebutkan tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab dari TB paru.
Kemampuan keluarga untuk mengerti tentang sifat masalah sudah tampak,
karena keluarga tidak menganggap bahwa batuk – batuk yang dialami oleh Tn.
MS dianggap sebagai batuk biasa dan keluarga sudah memeriksakannya ke
Puskesmas Singosari dan sudah mendapat terapi sejak bulan Oktober 2007.
Sejak awal pengobatan, Tn.MS mengatakan sudah berobat secara teratur. Kalau

15
obat habis, keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk mengambil obat.
Tn.MS mengatakan sebenarnya malas minum obat karena setelah minum obat,
ia merasa mual dan kembung. Tapi Tn.MS ingin cepat sembuh, sehingga
walaupun malas ia tetap meminum obatnya.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn. MS mampu untuk
memanfaatkannya, karena Tn. MS selama sakit berobat ke Puskesmas
Singosari.
d. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn. MS adalah 2 orang, Ny.F menggunakan KB
Suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. MS termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat dilihat
dari penghasilan tiap bulanya hanya sekitar Rp.500.000/perbulan. Dalam
pemenuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn. MS sangat sederhana.
Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Tn.MS menanam sayur di tepi
sawahnya serta di pekarangan rumahnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn.MS
biasa mencari ikan di sungai dekat rumahnya.

8. Stres Dan koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stress baik itu
stess jangka pendek ( < 6 bulan ) maupun jangka panjang ( > 6 bulan ). Tetapi
keluarga Tn. MS hanya mengalami stress biasa yang dapat dengan segera
diatasi.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pola pemecahan masalah dalam keluarga Tn. MS adalah dengan cara
musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya.
Misalnya dalam menentukan pengobatan Tn. MS, dalam pengambilan
keputusan di keluarga yang paling menonjol adalah Tn. MS
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Tn. MS
Riwayat kesehatan sekarang : sejak enam bulan yang lalu Tn. MS sering
batuk yang disertai adanya dahak yang warnanya kekuningan dan kadang
disertai darah dalam dahaknya, demam di malam hari, nafsu makan menurun,
berat badan agak menurun.

16
Riwayat kesehatan masa lalu : Tn. MS tidak pernah menderita penyakit yang
berat, kronis atau penyakit yang menular. Tn. MS tidak pernah minum –
minuman keras, tapi merupakan perokok berat dengan frekwensi 1 – 1,5 pak
perhari.
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84/menit, respirasi 22/menit,
tinggi badan 162 cm, berat badan 48 kg.
Bentuk kepala bulat, ukuran sedang dan simetris. Kulit kepala tidak ada luka,
ketombe dan bersih. Pertumbuhan rambut merata, warna hitam dan putih, tidak
rontok. Wajah agak pucat. Struktur simetris dan tidak ditemukan kesan
sembab.
Mata lengkap, simetris, skelera tidak ikterus, tidak ada peradangan, konjungtiva
agak anemis, tidak ada benjolan abnormal, penglihatan agak kabur.
Telinga lengkap, simetris bilateral, pendengaran baik, tidak ada radang atau
benjolan yang abnormal.
Mulut dan faring : bibir tidak sianosis, kering dan tidak ada luka, gigi dan gusi
normal, adanya sisa makanan, caries tidak ada, terdapat karang gigi dan tidak
ditemukan perdarahan. Lidah berwarnah merah merata. Bau nafas tidak ada,
uvula simetris, tonsil tidak meradang dan tidak ada perubahan suara.
Hidung bersih, tidak ada secret, tidak terdapat tanda radang, tidak terjadi
deviasi septum nasi, tidak terdapat polip. Pernafasan cuping hidung tidak ada.
Leher , posisi trachea simetris, tidak ditemukan pembesaran tyroid dan
perubahan suara serta pembesaran kelenjar limfe.
Thorak : bentuk normal, frekwensi pernafasan 22 permenit, terdapat retraksi
intercosta dan batuk produktif serta pergerakan dada kanan dan kiri sama.
Fokal fremitus lebih bergetar paru kiri dari pada kanan, perkusi suara dullness.
Suara nafas bronchial dan bronkho-vesikuler terdapat ronkhi basah. Jantung
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada tanda – tanda pembesaran jantung. Kelainan
tulang belakang tidak ditemukan.
Abdomen turgor baik, bentuk perut cekung, bising usus 12/menit, perkusi
tympani, hepar , lien tidak ada kelainan
Ekstrimitas simetris, tidaki terdapat edema, tidak ada varieses, kekuatan otot
empat.

b. Pemeriksaan Fisik Ny. F


Riwayat Kesehatan masa lalu : Ny. F tidak pernah menderita penyakit yang
berat, kronis atau penyakit yang menular.
Tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80/menit, respirasi 14/menit,
tinggi badan 152 cm, berat badan 52 kg.

17
Tidak tampak gejala-gejala penyakit yang serius, tanda-tanda penularan kuman
TBC dari Tn.MS ke Ny.F. Fungsi pernafasan baik, tidak mengeluh batuk-batuk
yang menetap. Juga tidak mengeluhkan gejala-gejala penyakit yang lain.

c. Pemeriksaan Fisik An. AS


Riwayat Kesehatan masa lalu : An.AS tidak pernah menderita penyakit yang
berat, kronis atau penyakit yang menular.
Tanda vital : tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80/menit, respirasi 18 x/menit,
tinggi badan 144 cm, berat badan 38 kg.
Tidak tampak gejala-gejala penyakit yang serius, tanda-tanda penularan kuman
TBC dari Tn.MS ke An.AS. Fungsi pernafasan baik, tidak mengeluh batuk-
batuk yang menetap. Juga tidak mengeluhkan gejala-gejala penyakit yang lain.

d. Pemeriksaan Fisik Nn. S


Riwayat Kesehatan masa lalu : menurut Ny.F, Nn.S tidak pernah menderita
penyakit yang berat, kronis atau penyakit yang menular. Saat kumnjungan
pertama, perawat tidak berjumpa dengan Nn.S karena belum pulang dari
sekolahnya.

e. Pemeriksaan Fisik Ny.M


Riwayat Kesehatan masa lalu : menurut Ny.F, Ny.M sudah lama mempunyai
penyakit linu-linu.
Tanda vital : tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 76/menit, respirasi 16 x/menit,
tinggi badan 150 cm, berat badan 50 kg.
Wajah agak pucat. Struktur simetris dan tidak ditemukan kesan sembab.
Mata lengkap, bola mata keruh, penglihatan agak kabur.
Telinga lengkap, simetris bilateral, fungsi pendengaran menurun
Leher , posisi trachea simetris, tidak ditemukan pembesaran tyroid dan
perubahan suara serta pembesaran kelenjar limfe.
Thorak : bentuk normal, frekwensi pernafasan 16 x/menit. Jantung suara S1 dan
S2 tunggal, tidak ada tanda – tanda pembesaran jantung. Tulang belakang agak
membungkuk.
Ekstremitas : terjadi penurunan fungsi gerak (gerakan agak terbatas). Tidak ada
edema ekstremitas. Kekuatan otot nilia 4.

10. Harapan Keluarga


Keluarga berharap agar batuk Tn.MS segera sembuh sehingga tidak mengalami
gangguan jika bekerja di sawah.
B. Analisa Data

18
N Data Masalah Etiologi
o
1. DS :
- Tn. MS mengatakan Resiko penyebaran Perilaku
biasa membuang ludah di / penularan infeksi kurang
halaman, tidak ada higienis
tempat khusus.
- Tn. MS mengatakan
belum tahu akibat bila
tidak melakukan tindakan
pencegahan pada
keluarga.
- Ny. F mengatakan
kurang mengerti tentang
pencegahan TBC
- Keluarga tidak tahu
bagaimana cara
penularan TB paru
kepada orang lain dan
bagaimana cara
pencegahan terhadap
anggota keluarga yang
lain.
- Keluarga mengatakan
tidak mengerti mengenai
sanitasi yang sehat yang
dapat mencegah
penularan TB paru.
- Tn.MS aktif mengikuti
kegiatan sosial
keagamaan di masyarakat
seperti acara tahlilan,
yaasinan, dsb.

DO :
- Lantai rumah sebagian
terbuat dari tanah,
tampak lembab dan
kotor.
- Tidak ada tempat khusus

19
untuk membuang dahak
- Tidak ada tempat
khusus untuk
pembuangan limbah
rumah.
- Alat makan keluarga
tidak ada pemisahan atau
digunakan bersama
- Pencahayaan rumah
(kamar tidur) kurang.
- Tn.MS tidur sekamar
dengan Ny.F

DS : Kurang Kurang
- Keluarga mengatakan pengetahuan informasi dan
sejak lima bulan yang keterbatasan
lalu sering batuk yang kemampuan
disertai dahak. mencerap
- Keluarga mengatakan informasi
bahwa Tn.MS sakit paru-
paru, tapi tidak tahu jenis
penyakit, penyebab,
pencegahan, perawatan
dan pengobatannya.
- Tn. MS mengatakan, “
saya belum tahu akibat
yang terjadi, bila
penyakit saya tidak
diobati “.
- Ny. F mengatakan ,” Tn.
MS sudah diperiksakan
di RS Soepraoen“. Tetapi
batuknya masih sering
dan agak sesak.

DO :
- Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan

20
tentang pengertian
penyakit, pencegahan,
perawatan dan
pengobatannya
- Pendidikan Tn.MS dan
Ny.F SD
- Setelah dijelaskan
tentang pengertian
penyakit, cara
pencegahan dan
pengobatannya, Tn.MS
dan Ny.F belum bisa
menjawab pertanyaan
sederhana perawat

DS :
- Keluarga mengatakan Resiko kerusakan
Tn.MS sudah menjalani penatalaksanaan
pengobatan sejak bulan program terapi di
Oktober 2007 rumah
- Tn.MS mengatakan (pengobatan tidak
sering lupa minum obat, tuntas)
tapi selalu diingatkan
oleh istrinya
- Tn.MS mengatakan
sering mual dan kembung
setelah minum obat
- Tn.MS mengatakan
sebenarnya malas minum
obat, tapi ia ingin
penyakitnya cepat
sembuh
DO :
- Pemeriksaan fisik :
bentuk dada normal,
terdapat retraksi
intercosta, batuk
produktif. Nafas agak
sesak.
- lantai ruang tamu dari

21
porselin, sisanya terbuat
dari tanah keadaannya
kotor dan lembab.
- Ventilasi kurang karena
jendela / lubang angin
terlalu sempit (kurang
dari 10% luas lantai).

D. Prioritas Masalah

1. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang higienis.

NO Kreteria Perhit Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 X 1 2/3 Klien telah berobat
ancaman secara teratur, tapi biasa
meludah di sembarang
tempat, aktif dalam
kegiatan perkumpulan di
masyarakat, tidur
sekamar dengan istri
2 Kemungkinan 2/2 X 2 2
masalah untuk Selama pasien berobat
diubah : mudah secara teratur, kuman
TBC kemungkinan besar
tidak akan aktif. Tapi
perlu didukung oeleh
perubahan perilaku yang
3 3/3 X 1 1 lebih higienis
Potensial masalah
untuk dicegah : Penyebaran kuman TB
tinggi paru dapat dicegah asal
keluarga mau hidup
sehat dan hubungan
4 ½ 1/2 dengan petugas
kesehatan cukup baik.
Menonjolnya
masalah : keluarga Keluarga tahu bahwa
tahu ada masalah penyakit Paru yang

22
tapi merasa bukan dialami Tn.MS bisa
sebagai bahaya menular tapi merasa
bukan sebagai bahaya.
Jumlah 4 1/6

2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan


dan pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi

N Kreteria Perhit Nilai Pembenaran


O
1 Sifat masalah : aktual 3/3 X 1 1 Keluarga tidak
memahami dengan
baik masalah
kesehatan yang
2 Kemungkinan masalah ½ X 2 1 dialami Tn.MS
dapat diubah : hanya
sebagian Pemberian informasi
tentang penyakit dan
kebutuhan perawatan
akan sulit dipahami
karena kemampuan
3 Potensial masalah 2/3 X 1 2/3 keluarga menyerap
untuk dicegah : cukup informasi kurang
baik, pendidikan
rendah

Membantu keluarga
memaha-mi masalah
4 Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 kesehatan bisa
keluarga menyadari dilakukan melalui
bahwa mereka kurang bahasa keluarga
paham dan mereka dengan mediasi
ingin diberi penjelasan anaknya pertamanya
yang lebih rinci yang sekolah SMA.

Keluarga tidak
merasakan adanya
masalah yang harus
segera ditangani
Jumlah 3 2/3

23
3. Resiko kerusakan manajemen terapeutik / tatalaksana pengobatan dirumah
(pengobatan terputus) s.d. efek samping obat dan pengobatan jangka panjang

NO Kreteria Perhit Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 X 1 2/3 Tn. MS merasa malas
potensial minum obat, dan sering
lupa
2 Kemungkinan ½X2 1
masalah dapat Pengobatan jangka
diubah : hanya panjang membutuhkan
sebagian kesabaran dan dukungan
yang besar dari orang-
orang terdekat, yang mau
mengingatkannya jika
3 2/3 X 1 2/3 upa minum obat
Potensial masalah
untuk dicegah : Dukungan istri cukup
cukup baik, selalu
4 1/2 x 1 1/2 mengingatkan Tn.MS
jika lupa minum obat
Menonjolnya
masalah: masalah Keluarga tidak
dirasakan tapi tidak merasakan adanya
perlu segera masalah yang harus
ditangani segera ditangani

Jumlah 3 1/6

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :

24
1. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang higienis
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan,
perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan
mencerap informasi
3. Resiko kerusakan manajemen terapeutik / tatalaksana pengobatan dirumah
(pengobatan terputus) s.d. efek samping obat dan pengobatan jangka
panjang

E. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko Tujuan umum : Intervensi :
penyebaran terhindarnya - Jelaskan penyebab TB
infeksi TBC penularan dan paru adalah basil
penyebaran kuman mycobacterium
TBC ke orang-orang tuberculosa, dimana dapat
terdekat maupun menyerang semua orang
pada masyarakat baik kecil, tua, muda,
sekitar kaya, miskin.
- Jelaskan dengan bahasa
sederhana tentang cara
penularan TB paru yaitu
melalui percikan ludah
atau sputum pada waktu
klien TB paru : bersin ,
batuk dan menguap. Daya
tahan tubuh yang
dipengaruhi oleh usia,
nutrisi dan faktor faali.
- Kaji cara keluarga dalam
mengambil keputusan
untuk mencegah
terjadinya penularan
penyakit TB paru.
- Jelaskan akibat bila tidak
dilakukan perawatan pada
anggota keluarga misal
penularan pada anggota
keluarga.
- Jelaskan cara menghindari
penularan TB paru seperti

25
menjaga kondisi tubuh
sebaik mungkin karena
dalam kondisi tubuh yang
buruk mudah tertular.
- Motivasi keluarga untuk
melakukan usaha
pencegahan
- Jelaskan dan
demontrasikan cara hidup
sehat seperti : pada saat
batuk, bersin dan menguap
sebaiknya mulut dan
hidung ditutup ; cara
membuang dahak atau
ludah yaitu di kloset
kemudian di siram,
apabila dahak dibuang
dihalaman maka harus
diuruk dengan tanah ; alat
makan sebaiknya
tersendiri, setelah dipakai
sebaiknya disiram dengan
air mendidih kemudian
dicuci bersih.
- Jelaskan dan
demontrasikan tentang
rumah yang mendukung
tidak terjadinya penularan
TB paru, seperti menjaga
kebersihan lingkungan
dari polusi udara,
ventilasi rumah harus
cukup sehingga udara
dapat tertukar dengan
leluasa, pencahayaan
dalam rumah harus cukup,
sinar matahari bisa masuk
secukupnya karena kuman
TB dan beberapa kuman
lain akan mati bila terkena

26
sinar matahari.
- Jelaskan bahwa klien TB
perlu dukungan semangat
untuk hidup panjang umur
dan jangan putus asa .
- Jelaskan bahwa klien
butuh udara segar.
- Demontrasikan cara
menciptakan linkungan
rumah yang sehat.
- Motivasi keluarga untuk
mewujudkan lingkungan
rumah yang sehat dengan
syarat yaitu fisik
(kontruksi harus baik dan
kuatserta tidak
lembab.).psikologis
(pembagian ruangan yang
baik, penataan perabot
yang rapi, kelengkapan
fasilitas sanitasi) dan
fisiologis (fentilasi harus
baik, pencahayaan harus
cukup dan terhindar dari
kebisingan)
- Kaji pengetahuan keluarga
dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada di masyarakat
- Jelaskan kepada keluarga
tentang manfaat fasilitas
keluarga
- jelaskan bahwa
pengobatan TB paru perlu
kesabaran karena harus
rajin berobat dan paling
sedikit 6 bulan.
- Jelaskan tentang jadwal
pemeriksaan spetum
yaitu , kantrol sputum

27
BTA dilakukan sebulan
sekali, bila sudah negatif
sputum BTA tetap
diperiksa sedikitnya
sampai tiga kali berturut-
turut
- Jelaskan bahwa
pemeriksaan radiologis
dilakukan tiap tiga bulan
sekali.
- Jelaskan bila klien di
runah mengalami sesuatu
misal batuk darah, maka
anjurkan untuk
mengunjungi fasilitas
kesehatan meskipun
belum waktunya kontrol.
- Jelaskan fasilitas
kesehatan yang ada di
masyarakat selain
puskesmas juga dokter-
dokter swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain.

2. Kurang Tujuan Umum : Intervensi :


pengetahuan keluarga mampu - Jelaskan dengan
tentang melakukan tindakan menggunakan bahasa yang
penyakit, untuk mencegah sederhana dan mudah
penyebab, cara terjadinya penularan dimengerti tentang gejala
pencegahan, penyakit TB paru penyakit Tb paru seperti
perawatan dan pada anggota. klien merasa lesu, pucat,
pengobatann anorexia, demam dimalam
s.d kurangnya hari dengan atau tanpa
informasi dan berkeringat dingin, sesak
keterbatasan nafas, batuk/batuk darah.
mencerap - Jelaskan bahwa batuk
informasi darah yang hebat dapat
mengakibatkan
pneumonia aspirasi,
tersumbatnya jalan nafas.

28
- kaji pengetahuan
keluarga tentang cara –
cara pemecahan masalah
yang tepat.
- Jelaskan cara prinsip
pemecahan masalah pada
TB paru yaitu dengan
pengobatan dan
perawatan yang tepat dan
teratur.
- Jelaskan akibat bila
Tb paru tidak diobati
dalam jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan
komplikasi seperti batuk
darah.
- kaji pengetahuan
keluarga tentang tata cara
perawatan klien TB paru.
- Jelaskan dengan
bahasa yang mudah
dimengerti tentang
perawatan klien TB
paru : makan yang banyak
dan bergizi tinggi, istirahat
yang cukup , pikiran
diusahakan santai hindari
stres yang berlarut – larut,
berhenti merokok dan
hindari polusi udara.
Gerak badan dianjurkan
bila penyakit tampak
sembuh.
- Jelaskan pengobatan
TB paru dan cara minum
obat serta berapa lama
harus minum obat.

29
Resiko Tujuan : Keluarga Intervensi :
3. kerusakan memahami tentang - Ajarkan mengenai
manajemen kondisi, tindakan diagnosis dan
terapeutik pencegahan infeksi, penatalaksanaan penyakit
penatalaksanaan jangka panjang untuk
stress, faktor menentukan tingkat
pemberat, tanda dan pembelajaran klien-
gejala komplikasi, keluarga.
dan sumber-sumber - Ajarkan inkompatibilitas
di komunitas yang obat - obatan :
dapat digunakan. - Ajarkan pemberian obat-
obatan :
Kriteria hasil : - Ajarkan strategi
- Menunjukkan niat penatalaksanaan stess :
untuk berbagi gunakan tehnik relaksasi,
masalah dengan bimbingan imajinasi, rujuk
anggota keluarga ke sumber komunitas
yang lain atau untuk program
teman yang dapat penatalaksanaan stress.
dipercaya. - Ajarkan konservasi
- Menyebutkan efek energi.
samping obat. - Informasikan klien
- Mengidentifikasi tentang faktor yang
strategi untuk diketahui mencetuskan
mengurangi stress. eksaserbasi :
- Mengidentifikasi - Jelaskan tanda dan gejala
tanda-tanda dan yang harus dilaporkan
gejala yang harus pada profesional
dilaporkan pada pelayanan kesehatan :
tenaga kesehatan. - Ajarkan tehnik
- Menggambarkan mengunyah dan menelan
penatalaksanaan
jangka panjang
penyakit.
- Menyebutkan
manfaat
penggunaan gelang
Kewaspadaan-
Medis.

30
F. Impelementasi Dan Evaluasi

N TANGGAL Diagnosa Impelementasi Evaluasi


O
1 22 Des 2007 Resiko
Sabtu pagi penyebaran  menjelaskan S : keluarga
penyakit penyabab TB mengatakan
paru masih sulit
 menjelaskan untuk mengerti
tentang gejala tentang
TB paru penyebab dan
gejala TB paru.
O : keluarga tidak
mampu
menyebutkan
dengan bahasa
yang sederhana
tentang
penyebab dan
gejala TB paru.
A : masalah
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi.

2. 27 Des 2007 Kurang - mengkaji S : keluarga


Kamis pagi pengetahuan pengetahuan mengatakan
keluarga tentang sudah tahu cara
resiko terjadinya penularan TB
penularan TB paru pada
paru pada anggota
anggota keluarga
keluarga. dengan cara
- Menjelask percikan ludah.
an tentang cara O : keluarga
penularan TB mampu
paru menjelaskan
dengan bahasa
yang sederhana

31
tentang cara
penularan TB
paru yaitu
melalui
percikan ludah.
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi.

3 8 Jan 2008 Resiko - Menjelaskan S : klg


Selasa pagi kerusakan kepada mengatakan
manajemen keluarga telah tahu
penatalaksanan tentang manfaat manfaat yang di
di rumah fasilitas dapat dari
kesehatan yang fasilitas
ada di kesehatan yang
masyarakat. ada di
- Mengjkaji masyarakat
pengetahuan O : keluarga
klg tentang mampu
manfaat menjelaskan
fasilitas manfaat dari
kesehatan yang fasilitas
ada di kesehatan yang
masyarakat. ada di
masyarakat.
A : masalah
teratasi
sebagian.
P : lanjutkan
intervensi.

4 11 Des 2001 Resiko -menjelaskan cara S : keluarga


Jumat pagi penularan menghindari mengatakan
penyakit penularan TB telah
paru seperti mengetahui
menjaga kondisi cara merawat

32
tubuh. anggota
-Memotivasi dan keluarga agar
mendemontrasikn tidak tertular,
cara hidup sehat tapi belum
seperti : menutup mampu
mulut pada saat melakukan
batuk atau khusus
bersin , cara memisahkan
membuang dahak alat makan
atau ludah bila dengan klien.
dibuang di O : keluarga
halaman maka mampu
harus diuruk menjelaskan
dengan tanah. dan belum
Alat makan harus mampu
terpisah mendemontrasi
kan cara
perawatan pada
anggota
keluarga agar
tidak tertular
TB paru.
A : masalah
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien TB Paru,


penulis melaksanakan secara bertahap mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan menggunakan pendekatan secara
komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosial dan spiritual.

B. Saran

Diharapkan agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan serta


keterampilan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan
TB Paru .demi meningkatkan mutu keperawatan.Peningkatan support sistem dan
perlihatan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan motivasi keluarga dalam perawatan anak dan keluarganya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bailon dan Malagya.2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta


EGC.

Intan,S. 2008. Asuhan Keperawatan TB Paru. Jakarta. Pustaka Medika.

Kelvi,N. 2009. Penyakit Pada Saluran Pernafasan. Jakarta. Salemba


Medika. 

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha


Medika.

Suprajitno. 2006. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :EGC.

Wahab, Samik. 2008. Pedoman Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai