PENCEGAHAN HIV SOFIE SYARIFA RODOTUL JANNAH SPESIALIS PENYAKIT DALAM RSUD TOBELO ◦ Introduksi ◦ Epidemiologi ◦ Manifestasi Klinis ◦ Diagnosis ◦ Pencegahan Introduksi
• Virus RNA HIV 1 dan HIV 2
• HIV 1 ditemukan di seluruh dunia • HIV 2 Afrika Barat zoonosis • HIV merupakan penyakit yang menyebar melalui darah menyerang sistem imun manifestasi klinis. • Karakteristik gejala infeksi opotunistik Epidemiologi Upaya untuk menurunkan tren kematian akibat HIV:
1. Penemuan kasus dan
inisiasi ARV. 2. Kepatuhan terhadap pengobatan. 3. Peningkatkan ketersediaan dan distribusi ARV yang lebih baik STADIUM KLINIS MANIFESTASI KLINIS DIAGNOSIS 1. Test Serologis : Pemeriksaan antigen dan antibodi HIV ◦ rapid immunochromatography test (tes cepat) ◦ EIA (enzyme immunoassay) 2. Test Virologis : Pemeriksaan RNA virus, digunakan hanya pada konisi tertentu anak berusai< 18 bulan, pemeriksaan inklonklusif, infeksi primer, pada hasil serologis negative namun klinis mengarah ke infeksi HIV.
Pemeriksaan HIV dikatakan positif apabila :
Tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda menunjukan hasil reaktif. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi Pencegahan di Masyarakat Pencegahan di Lingkungan Kerja Pencegahan HIV ◦ Terapi HIV sebagai pencegahan ◦ Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak ◦ Pencegahan pasca paparan Terapi HIV • Treatment as prevention • Menurunkan risiko penularan HIV sebesar 93% pada pasangan • Penurunan kadar viral load menurunkan konsentrasi virus pada sekresi genital. Pencegahan Penularan Ibu dan Anak
Pendekatan Pencegahan Infeksi Ibu ke Anak
◦ Pencegahan primer infeksi HIV pada wanita usia reproduksi ◦ Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita terinfeksi HIV ◦ Pencegahan transmisi vertikal HIV dari ibu kepada bayi ◦ Penyediaan terapi, perawatan dan dukungan yang baik bagi ibu dengan HIV, serta anak dan keluarganya. Tatalaksana Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 1. Pemberian ARV bagi Ibu hamil ◦ Metode paling efektif untuk mencegah transmisi vertikal HIV adalah dengan menurunkan jumlah virus HIV dalam darah ibu ◦ Seluruh ibu hamil dengan infeksi HIV harus diberi terapi ARV, tanpa melihat jumlah CD4. 2. Metode Persalinan ◦ Rekomendasi persalinan pada negara berkembang lebih menekankan kepada pentingnya pencegahan infeksi melalui kewaspadaan standar, menghindari pemecahan selaput ketuban, dan tindakan invasif seperti episiotomi untuk menurunkan kemungkinan transmisi vertikal HIV ◦ Tidak didapatkan perbedaan bermakna dari berbagai metode persalinan. 3. Pemberian Profilaksis ◦ Seluruh bayi lahir dari ibu HIV wajib mendapatkan ARV profilaksis. Pemberian ARV profilaksis sebaiknya mulai diberikan pada usia 6-12 jam setelah lahir, atau setidak-tidaknya kurang dari usia 72 jam. ◦ Prinsip pemberian ARV profilaksis pada bayi lahir dari ibu HIV adalah sebagai pencegahan pasca- pajanan (PPP) yang bertujuan untuk menurunkan risiko infeksi HIV setelah mendapat pajanan potensial. 4. Pemberian nutrisi pasca melahirkan • Nutrisi merupakan salah satu hal terpenting untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal • Penggunaan terapi ARV dapat menekan transmisi HIV melalui ASI, namun belum dapat mengeliminasi risiko transmisi seluruhnya. 5. Pemberian profilaksis Cotrimoxazole • Pemberian profilaksis kotrimoksazol terbukti menurunkan mortalitas pada anak terinfeksi HIV dengan mencegah infeksi oportunistik, diare, pneumonia, dan malaria. PENCEGAHAN PASCA PAPARAN ◦ PPP dilakukan pada semua kejadian paparan yang berisiko penulran HIV sebelum 72 jam ◦ Pajanan berisiko tinggi cairan tubuh darah (air liur bercampur darah, air susu, sekresi genital, cairan serebrospinal, cairan amnion, cairan peritoneum, cairan sinovial, cairan perikardium, atau cairan pleura) ◦ Tipe jalan masuk pajanan adalah membran mukosa dan parenteral. ◦ Penilaian kebutuhan PPP harus berdasarkan status HIV sumber pajanan (jika memungkinkan), dan pertimbangan prevalens dan epidemiologi HIV di tempat tersebut. ◦ PPP tidak diberikan jika orang yang berisiko terpapar sebenarnya HIV positif, sumber pajanannya HIV negatif, atau terpapar cairan tubuh dengan risiko yang rendah, seperti air mata, air liur yang tidak terdapat darah, urin, dan keringat. ◦ Pilihan obat PPP harus didasarkan pada paduan terapi ARV lini pertama yang digunakan, juga mempertimbangkan kemungkinan resistensi ARV pada sumber pajanan. Karena itu, sebelum pemberian PPP sebaiknya diketahui jenis dan riwayat terapi ARV sumber pajanan, termasuk kepatuhannya. ◦ Dilakukan test anti HIV, HepatitisB dan Hepatitis C. This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA-NC