1.Berbasis fasyankes
Skrining HIV berbasis fasyankes dilakukan di fasyankes seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik, praktik dokter atau bidan swasta, oleh tenaga kesehatan.
2. Berbasis komunitas
Skrining HIV berbasis komunitas dilakukan di luar fasyankes oleh:
a) tenaga kesehatan;
b) tenaga non-kesehatan, seperti kader kesehatan, petugas penjangkau, atau
pendukung sebaya;
c) individu secara mandiri (skrining HIV mandiri)
Bagan Alir Pemeriksaan
HIV Untuk Skrining.
Foto skrining
Pemeriksaan HIV untuk Penegakan
Diagnosis
• Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada waktu dan sampel yang berbeda dengan
pemeriksaan sebelumnya.
• Pemeriksaan HIV ulang dilakukan pada seseorang dengan hasil pemeriksaan:
1. HIV-inkonklusif
Pemeriksaan HIV ulang dilakukan 14 hari kemudian, sesuai bagan alir
pemeriksaan HIV
2. HIV-negatif, pada individu dengan risiko pajanan tinggi,
Pemeriksaan HIV ulang dilakukan dengan mempertimbangkan periode
jendela untuk mengantisipasi kemungkinan infeksi akut pada periode yang
terlalu dini untuk melakukan pemeriksaan diagnostik.
Meski demikian pemeriksaan ulang hanya perlu dilakukan pada individu
dengan HIV negatif yang baru saja mendapat atau sedang memiliki risiko tinggi.
*) Pemeriksaan ulang HIV pada kelompok Populasi Kunci dilakukan setiap 3 bulan atau minimal satu kali
dalam setahun.
Tindak Lanjut Pasca Tes
Bagan Alir Tindak Lanjut Pasca Diagnosis HIV
Jika hasil tes HIV -
§ Terapi Pencegahan TBC (TPT) diberikan pada semua ODHIV tanpa tanda TBC
aktif, termasuk ibu hamil, anak, dan orang dengan HIV yang telah menyelesaikan
pengobatan TBC (TPT sekunder)
§ Terdapat 2 jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada ODHIV:
1. TPT Primer : TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak memiliki TBC
aktif, baik ODHIV dengan/ tanpa riwayat pemberian terapi OAT sebelumnya.
2. TPT Sekunder : TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai suatu kelanjutan
setelah menyelesaikan terapi OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan
lengkap.
Bagan Alir Skrining TBC pada ODHIV
Pilihan paduan TPT
yang
direkomendasikan
Keuntungan memulai
pengobatan ARV lebih dini
Kesiapan dan kendala yang
untuk menekan virus,
dihadapi pasien untuk
pulihnya daya tahan tubuh,
memulai pengobatan ARV,
perbaikan kondisi klinis,
minum obat
Perlunya kontrol ulang untuk
Interaksi dengan obat lain, pemantauan respon terapi
dan efek samping.
Notifikasi
Pasangan
Informed Consent Penelusuran Pasien
• Pengobatan HIV merupakan pengobatan seumur hidup dan memerlukan
kepatuhan minum obat
• Petugas perlu menjelaskan hal ini kepada pasien dan meminta persetujuan
tertulis pasien bahwa dapat dilakukan tindakan penelusuran bila dibutuhkan
PENGOBATAN ARV
Pengobatan ARV
• Pengobatan ARV diberikan pada semua ODHIV tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4
• Memulai pengobatan ARV dini telah terbukti mengurangi
morbiditas, mortalitas, dan penularan HIV
Pengobatan ARV
§ Pada ODHIV yang datang tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV
diberikan pada hari yang sama dengan atau selambat-lambatnya pada
hari ketujuh setelah tegaknya diagnosis.
§ Pada ODHIV yang sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan
untuk memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil.
§ Pada pasien koinfeksi HIV dengan TBC, pengobatan TBC dimulai terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera
mungkin dalam 2 minggu pertama pengobatan TBC tanpa memandang
nilai CD4. Kecuali pada TBC meningitis, pengobatan ARV harus ditunda
minimal setelah 4 minggu (dan dimulai dalam 8 minggu) setelah
pengobatan TBC.
§ Dalam keadaan infeksi HIV disertai infeksi toksoplasmosis, pengobatan
ARV diberikan setelah 2 minggu sejak pemberian pengobatan
toksoplasmosis. Sedangkan infeksi HIV yang disertai infeksi kriptokokus,
pengobatan ARV diberikan setelah 4-6 minggu sejak pemberian terapi
kriptokokus.
Apa itu 4S ?
• Start – memulai pengobatan ARV
• Subsitusi – mengganti jenis ARV di lini yang sama – karena ES
• Switch – mengganti ARV, pindah lini karena gagal terapi
• Stop - toksisitas berat atau MRS
Pilihan regimen Antiretroviral lini pertama untuk dewasa dan remaja yang akan memulai terapi