Orientasi Layanan Test dan Pengobatan HIV/AIDS dan PIMS untuk Fasyankes di
Provinsi Jawa Barat
2023
Tatalaksana komprehensif HIV
Alur Tatalaksana HIV di PDP
PRA ARV
PEMBERIAN ARV
POST ARV
Alur Tatalaksana HIV di PDP
• Diagnosis HIV
1
• Diagnosis IO-Koinfeksi
2
• Tatalaksana IO-Koinfeksi
3
• Tatalaksana HIV (ARV)
4
• Monitoring Efek samping dan Interaksi obat
5
• Monitoring respons terapi
6
PERSIAPAN SEBELUM ARV
Edukasi
• Makna hasil tes positif 🡪 menerima kenyataan
• Paket layanan yang akan didapat oleh pasien yaitu skrining TB, skrining
IMS, pemberian INH profilaksis, pemberian kotrimoksasol jika terindikasi,
pemberian ARV, edukasi gizi
• Edukasi kepatuhan minum obat
• Rencana monitoring hasil pengobatan
• Informasi tentang pencegahan seperti penggunaan kondom, manfaat
sirkumsisi, vaksinasi
• Notifikasi pasangan
• Tempat rujukan ARV yang ada di daerah tersebut
Edukasi
• Pasien harus memahami tujuan terapi
• Orang yang sudah minum ARV dan virus tidak terdeteksi tidak
menimbulkan penularan HIV.
Pastikan
• Diagnosis HIV benar
• Sudah memahami dan menerima status HIV
• Infeksi oportunistik dan koinfeksi sudah didiagnosis dan diobati
• Tidak ada alergi dan efek samping obat IO dan koinfeksi
• Ada tidaknya insufisiensi organ
• Ada tidaknya peyakit penyerta (VITAMIN K)
• Pendamping/pengawas minum obat
• Bersedia patuh minum obat
• Pekerjaan dan aktivitas pasien
• Jaminan pembayaran
Penyakit penyerta
• VASKULAR
V • Penyakit jantung koroner
K I • INFEKSI
• TBC, Hepatitis, IMS.
• TRAUMA
• Fisura ani
N T • AUTOIMUN
• Lupus
• METABOLIK
I A • Diabetes, dislipidemia
• IDIOPATIK
M • NEOPLASMA
• Sarkoma kaposi, limfoma, Karsinoma sel
skuamosa
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan lab TIDAK boleh dijadikan alasan untuk menunda
pengobatan
• Jika pasien dilakukan pemeriksaan lab, pengobatan diberikan dahulu
sambil menunggu hasil lab terkecuali terbukti secara klinis mempunyai
kontraindikasi memulai ARV
• Pemeriksaan sesuai dengan obat yang diberikan
• Pemeriksaan awal (baseline) yang diperlukan jika menggunakan TLE
adalah
• CD4 – indikasi untuk memberikan kotrimoksasol
• Skrining Kriptokokus pada pasien dengan stadium 4
• Fungsi hati dan ginjal terutama pada pasien stadium lanjut
Semua Pasien HIV Wajib Mendapatkan
Akses ARV – segera diberikan kecuali ada
alasan medis dan non medis kuat untuk
penundaan pemberian ARV
Pengobatan Pencegahan Kotrimoksazol (dewasa)
Kriteria Inisiasi Kriteria Pemberhentiana
Jumlah CD4 < 200 sel/mm3 dan Jumlah CD4 > 200 sel/mm3 setelah 6
berapapun stadium klinis bulan ARTc
atau Jika tidak ada CD4: PPK dpt
Stadium klinis 3 atau 4 dihentikan setelah 2 tahun ART
atau
Semuanyab
Tidak ada
Penilaian
Kontra
Indikasi INH
Manfaat Risiko
Konsentrasi ARV
dalam darah Toksisitas ARV
Konsentrasi
efisien ARV
• Atazanavir
(ATV)
• Fosamprenavir
(FPV)
• Tipranavir
(TPV)
• Darunavir
(DRV)
ARV di Indonesia
NRTI NNRTI PI
• Zidovudin • Efavirenz • Lopinavir
(AZT) • Nevirapine • Ritonavir
• Lamivudin • Rilpivirine
(3TC)
• Tenofovir (TDF)
• Emtricitabin
(FTC)
• Abacavir (ABC)
Mekanismke Kerja ARV
NRTI & NNRTI
● Tablet: 300 mg
● dosis: 300 mg PO tiap 12 jam dengan / tanpa
makanan, atau 600 mg PO sekali sehari.
● Efek samping: mual/muntah, diarrhea,
abdominal pain
● Reaksi hypersensitivity (5%): Perhatikan tanda2
alergi!!!! Demam + mual atau fatigue, +/- rash.
Jangan pernah diulangi jika terjadi alergi!!!!!.
● Infokan secara rinci mengenai kemungkinan dan
tanda alergi!!! dan lakukan monitoring ketat thd
reaksi hypersensitivity .
Abacavir Hypersensitivity-2
● PF
● lymphadenopathy, mucous membrane lesions
● Rash: banyak bentuk, biasanya maculopapular
atau urticarial)
● Laboratory
● ↑LFTs & CPK, lymphopenia
● Anaphylaxis, liver failure, RF, hypotensi dapat
terjadi!
● Penanganan
● ABC harus dihentikan & Jangan digunakan lagi!!
● Kematian dilaporkan pada penggunaan kembali
(rechallange)!!
Tenofovir DF
● Tablet: 300 mg
● dosis: 300mg PO sekali sehari dengan
atau tanpa makanan.
● Efek samping: Fanconis syndrome dgn
disertai renal Toxicity
● Dapat digunakan utk hepatitis B.
NNRTI
Efavirenz
● Tablets: 200 mg
● dosis: 200 mg PO sekali sehari 14 days, lalu 200
mg PO bid dengan/tanpa makanan
● Efek samping: Rash (dpt severe), demam, HA, GI,
↑transaminase
● Pemberian 200mg single dosis utk 2 mgg pertama
mengurangi kemungkinan alergi; periksa LFT tiap 2
minggu utk 2 bln pertama, selanjutnya tiap bulan utk
3 bln berikut; autoinduction of its own metabolism;
CYP 3A inducer
● Long acting
Rilpivirin
• Obat dari golongan NNRTI
• Digunakan HANYA pada pasien naive
• Di Indonesia digunakan hanya sebagai substitusi jika obat NNRTI lain atau INSTI
tidak dpt digunakan
• Peak consentrasi tercapai dalam 4 – 5 jam
• Waktu paruh 50 jam
• Diminum dengan makan kenyang utk meningkatkan absopsi
• Diberikan pada pasien dengan jumlah VL < 100.000 copy
Isu tentang VL < 100,000
• VL pada pasien stadium 1 dan 2 akan turun tanpa pengobatan hingga 3 log setelah 6 minggu
pasca paparan
• VL pada pasien stadium 3, secara average akan turun antara log 3 – 5
• Rilpirivin digunakan sebagai substitusi yg artinya telah mendapatkan obat terlebih dahulu
• Penurunan VL pada pasien yang mendapatkan TDF+3TC/FTC+EFV adalah 1,3 – 1,9 log pada 2 – 4
minggu pertama pada stadium berapapun
• Pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan VL dapat digunakan pada pasien stadium 1 dan
2
Dosis
25 mg dengan makanan
Efek Samping
• Rash
• Anxiety dan depresi- cukup dominan
• insomnia
• hepatotoksik
• Tidak ada efek terhadap profil lipid
• QT prolongation – dose dependent
Interaksi Obat
• Tidak bisa digunakan bersama dengan Rifampisin, AH2, proton pump,
carbamazepin dan dexametason
• Terikat kuat dengan protein – pasien hipo albumin perlu penyesuaian
dosis
Protease Inhibitor
Ritonavir boosting pada PI
• Efficacy – ↑
• Toksisitas – bertambah krn efek samping dari Ritonavir PLUS Cmax yg ↑
• Adherence – ↑ krn jumlah tablet ↓ sehingga dpt diberikan single
dosis
• Resistansi – ↑ barrier thd reistance – tidak mudah resisten
• Drug Interactions – P450 inhibitor
• $$
Efek Samping
• Diare
• Rash
• Dilaporkan pernah terjadi SJS - < 1%
• Hepatotoksik
Interaksi obat
• Dimetabolisme di hati melalui enzym CYP 3 A – banyak interaksi
• Rifampisin akan menurunkan kadar Protease Inhibitor
• Hati hati jika diberikan bersamaan dengan pasien ko-infeksi hep B dan
C
Integrase Inhibitor
• Kelompok obat baru yang bekerja dengan menghambat enzim integrase
• Raltegravir, Elvitegravir, Dolutegravir, Bictegravir
• Dolutegravir
• Dimetabolisme di glucuronidation via uridine diphosphate (UDP) glucuronosyl-transferase (UGT) 1A1
• Bagian minor dari sitokrom P450 – dampak interksi obat menurun
• Cepat diserap – dalam waktu 0,5 – 2 jam mencapai peak
• Konsentrasi dalam darah bertahan 30 jam
• Tidak memerlukan penyesuaian dosis pada gangguan ginjal
• Interaksi sangat kecil dengan makanan walau dilaporkan penyerapan membaik dengan lemak
• Mempunyai barier resisten yang tinggi dan dapat digunakan pada experienced patient
• Tidak memerlukan booster
Side effect
• Neuropsikiatri ( cemas & depresi) - < 2%
• Sistem saluran cerna
• Hipersensitifitas
• Dilaporkan terjadi peningkatan kasus Obesitas - wanita
Interaksi obat
• Rifampisin
• Obat maag, pencahar, mineral (Al, Ca, Fe, Mg and Zn pada suplemen)
• Carbamazepin
• Etravirin
INSTI and new story of weight gain among PLHIV
Zidovudine (AZT/ZDV)
Lamivudine (3TC) Tenofovir Disoproxyl Fumarate (TDF)
Nevirapine (NVP)
Konsep ARV: 4 S
4S
• Start
• Memulai terapi ARV pada Odha yang baru dan belum pernah menerima
sebelumnya
• Restart: memulai kembali setelah berhenti sementara
• Substitute
• Mengganti salah satu/ sebagian komponen ART dengan obat dari lini pertama
• Switch
• Mengganti semua rejimen ART (beralih ke lini kedua)
• Stop
• Menghentikan pengobatan ARV
START
Indikasi Memulai ARV
• Terapi ARV harus diberikan kepada semua ODHA tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4 (termasuk anak <1 tahun, 1-10 tahun,
remaja, ibu hamil, dewasa)
• ARV diberikan segera/tanpa ditunda (dalam hari yang sama dengan
diagnosis sampai 1 minggu), pada pasien yang siap dan tidak ada
kontraindikasi klinis. Diutamakan pada ibu hamil. Hasil pemeriksaan
lab lengkap tidak menjadi pra-syarat untuk memulai ARV.
Prinsip
• Gunakan 3 zat aktif
• Kombinasi 2 NRTI + 1 NNRTI atau
•Highly
• Kombinasi 2 NRTI+ 1 INSTI
•Active
• Saat ini bukti-bukti menunjukkan
kombinasi 1 INSTI +1 NRTI (dual
•Anti
terapi) tidak lebih inferior
dibanding dengan 2 NRTI+1 NNRTI
(triple terapi)
•Retroviral
•Therapy
Paduan Sekali Sehari Dapat Memperbaiki
Adherence
Percentage of patients reporting they have forgotten doses among 504 patients
*
1. Moyle et al. 6th Intl Congress on Drug Ther in HIV Inf 2002. Poster 99.
Inisiasi Terapi ARV
Pada ODHA dengan TB, pengobatan TB dimulai terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera
mungkin dalam 8 minggu pertama pengobatan TB (sangat
direkomendasikan, kualitas bukti tinggi).
†
Prospective, observational study of
*
Series of 886 treatment-naive HIV patients; 81 HIV patients.
CD4 cell count <500 x 106 cells/L or plasma ‡
MEMS, Medication Events Monitoring
viral load >5000 copies/mL. System.
1. Low-Beer S et al. JAIDS. 2000;23:360-361. Letter. 2. Paterson DL et al. Ann Intern Med. 2000;133:21-30.
STOP
Alasan Stop
• Toksisitas/Efek samping 🡪 harus mempertimbangkan waktu paruh
obat
• Adherence buruk
• Keputusan pasien
Post Exposure Prophylaxis (PEP)
• Diberikan pengobatan pada orang dengan HIV Negative yang
terpapar virus HIV.
• Kecelakaan kerja dan kasus pemerkosaan merupakan kasus yang
mendapatkan subsidi pemerintah
PEP
• Bersihkan luka
• Cek anti HIV, HBsAg, Anti HCV 🡪 pastikan HIV negatif
• Cek kondisi organ (Ur/Cr, SGOT, SGPT,) – Jika ada, jika tidak ada tidak
perlu dilakukan pemeriksaan
• Konseling kepatuhan.
PEP
Regimen ARV:
• TDF+3TC+LPV/r
• TDF+3TC+EFV
• TDF+3TC/FTC+DTG
• AZT+3TC+LPV/r
• AZT+3TC/FTC+EFV
• Untuk 30 hari
Pre-exposure Prophylaxis
• Metoda pencegahan pada orang dengan HIV negative sebelum dia
terpapar dengan HIV dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi HIV.
• Diberikan ARV: TDF+FTC/3TC
Pre-exposure Prophylaxis: TDF+3TC/FTC
• Efektif – mampu memberikan dampak sesuai dengan tujuan
pemberian obat
• Toksisitas yang rendah
• Mempunyai profile barrier resisten yang tinggi
• Dapat mencapai target sel dengan cepat jika diberikan dalam waktu
yang tepat dan dosis yang tepat
• Terjangkau
Pre-exposure Prophylaxis
Persiapan pasien:
• Skrining HIV hasilnya negatif (jika
positif, obati dengan 3 ARV)
• Skrining HBV hasilnya negatif Setiap hari
PreP
2 tab sebelum hubungan
sex
1 tablet per hari hingga 2
hari setelah hubungan sex
EFEK SAMPING, TOKSISITAS DAN
INTERAKSI ARV
EFEK SAMPING
Efek Samping VS Gejala/Tanda Penyakit
• Anamnesis 🡪 onset pemberian obat dan timbulnya gejala efek
samping
• Manifestasi efek samping 🡪 lazim atau tidak?
• Singkirkan infeksi sebagai penyebab gejala
Efek Samping ARV
• Efek samping dimiliki oleh semua obat TIDAK hanya ARV
• Gejala yang tampil perlu dibedakan dengan penyebab lain seperti penyakit infeksi, IRIS dll
• Jika terjadi efek samping JANGAN terfokus hanya pada ARV, cari kemungkinan efek samping dari obat lain
Mual
Pasien (%)
Diare
Muntah
Gangguan
Penghentian Obat
gastrointestinal
Dysphagia
Sakit kepala
Insomnia
Reaksi
hipersensitifitas
/ruam kulit
Letih/lesu
(n=84)
Pusing
Efek Samping yang Menyebabkan
Neuropati
Anemi
Jumlah totol
Netrofil ↓
O Brien ME et al JAIDS 2003:34:407-14
Pengelompokan Efek Samping pada ARV
• Golongan NRTI
• Toksistas pada mitokondria
• Mayoritas terkait dengan dosis obat
• Golongan NNRTI
• Hipersensitivitas dan gangguan SSP
• Mayoritas terkait dengan dosis obat
• Golongan PI
• Gangguan metabolic
• Gangguan GI tract
• Golongan INSTI
• Metabolik – penambahan berat badan
• Neuropsikiatri
Prinsip Penanganan Toksisitas Obat
• Tentukan beratnya toksisitas
• Evaluasi semua obat yang dipergunakan (ARV atau non-ARV)
• Pertimbangkan gejala yang timbul disebabkan oleh proses penyakit (mis, hepatitis
yg menimbulkan ikterus)
• Tangani efek samping sesuai beratnya
• Derajat 4 (mengancam jiwa): hentikan obat ARV
• Derajat 3 (berat): substitusi obat
• Derajat 2 (sedang): Lanjutkan ARV atau substitusi
• Derajat 1 (ringan): Tdk perlu ganti terapi
• Pada kasus yang ringan – perlu memotivasi pasien agar terus minum obat
• Jika memberikan obat untuk mengurangi gejala pertimbangkan ada tidaknya
interaksi obat
Efek Samping NRTI
Efek Samping NRTI
• Prinsip merupakan toksisitas mitokondria
• Semua NRTI:
• Asidosis laktat dan steatosis hepatik (insidens tertinggi pada d4T, lalu ddI dan
ZDV, terendah dengan TDF, ABC, 3TC, dan FTC)
• Lipodystrofi
(insidens lebih tinggi pada d4T)
Efek Samping NRTI - AZT
• Tersering – supresi sumsum tulang
• Berkaitan dengan dosis AZT
• Perlu diingat bahwa HIV sendiri juga menyebabkan supresi sumsum tulang
• MAC merupakan OI yang juga menyebabkan supresi sumsum tulang
• Malnutris juga menyebabkan anemia
• Obat lain yang menyebabkan supresi sumsum tulang – Kotrimoksasol, obat
untuk Herpes, Hep C
• Myopati
• Sakit kepala
• Lipoatropi
Penyebab Anemi pada ODHA
🞇Obat ART yang menyebabkan anemi: AZT, dapat timbul setelah terapi 4-12 minggu
🞇AIDS dengan TB, CMV, infeksi jamur
🞇Pengobatan dengan Kotrimoksasol (PCP) pada G6PD insufisiensi, acyclovir,
ganciclovir, pyrimethamine
🞇Penyakit lain : helmintiasis, defisiensi Fe, defisiensi folat
🞇Perdarahan
🞇Hemolisis
🞇Malnutrisi
Faktor Risiko Anemi pd Zidovudine
%
8
%
6
%
4
%
2
%
0
% 0 4 1 2 3 4 6 7 8
Minggu
2 setelah
4 inisiasi
6 ART
8 0 2 4
1. Schambelan M et al. JAIDS 2002; 31(3):257-75. 3. 11th CROI, 2004, Abstract 736.
2. 11th CROI, 2004, Abstract 739. 4. 11th CROI, 2004, Abstract 737.
Dislipidemi: Terapi
• Sering membaik dengan mengeluarkan obat penyebab dari paduan
Lifestyle + lipid-lowering
Lifestyle therapy (statin); ART
changes Consider fibrates if TGs substitution
are main concern
• Terutama terjadi bila dalam cairan infus dicampur berbagai macam obat.
• Untuk menghindari ini :
• Jangan mencampur obat dalam infus, yang tidak diketahui sifatnya.
• Berilah obat sebagai bolus.
• Bacalah product information obat
• Obat dalam infus harus dicampur baik.
• Perhatikan perubahan warna dan kekeruhan.M
• Membuat larutan secara recenter paratus.
• Berilah label yang jelas : ama obat, dosis, waktu infus ;dimulai dan dihentikan, Bila perlu
pakai 2 jalur infus
• Carilah kepustakaan lebih lanjut bila ragu.
2. Interaksi Farmakokinetik
a) Interaksi Absorpsi
c) Interaksi Metabolik
d) Interaksi Ekskresi
a) Interaksi Absorpsi
Dapat mempengaruhi:
• Kecepatan absorpsi
• Jumlah yg diabsorpsi
• First-pass metabolism
Batas
deteksi
Bula Tahun setelah infeksi HIV
n Sindrom infeksi HIV akut
Jenis ARV
Pem Laboratorium NRTI NNRTI PI INSTI
Penting pada basis dan follow-up
Darah lengkap √
Urin (glukosa, protein, mikroskopis) √ √
Normal
600
1-2
Jumlah CD4
3-4
5-6 7-8
8 - 10
200
AID
S 4 8 tahun
Time and mechanisms to restore normal CD4 counts as
a function of CD4 cell depletion at initiation of HAART
9 November 2022 163
Gagal pengobatan
● Gagal Virologi
● Gagal Imunologi
● Gagal Klinis
300 -
200 -
CD4
100 -
0
Viral Load
- 1.0 -
- 2.0 -
0.5 log
- 3.0 -
• Fase pertama
• Restorasi dari CD4 yg terperangkap di jaringan limfoid sekunder ke aliran darah
• Merupakan tipe memory cell
• Mencapai puncak pada minggu ke 10
• Restorasi diikuti pembentukan CD4 naive sebanyak 20 – 30 sell/µL bulan
• Fase kedua
• Pembentukan CD 4 naive sebanyak 5 - 10 sell/µL bulan
• Terjadi hingga tahun ke dua
• Fase ketiga
• Pembentukan CD 4 naive sebanyak 2 – 5 sell/µL bulan
• Terjadi hingga tahun ke 7
Faktor Resiko
Faktor Resiko - lanjutan
• Laki – Laki
• Usia muda
• Nilai CD4 absolute dan persentase yang rendah pada saat dimulai
pemberian ARV
• HIV RNA yang tinggi pada saat dimulai pemberian ARV
• Turunnya jumlah HIV RNA yang cepat setelah pemberian ARV
• Interval yang terlalu dekat antara pemberian ARV dan penanganan
infeksi opportunistik
• Penderita merupakan ART naive pada waktu dimulai pemberian ARV
Spektrum Iris
Manifestasi iris
TBC
• Lesi PML bias memburuk, dpt tampil dalam bentuk deficit neurologi
yang baru atau lesi pada MRI.
Kaposi’s sarcoma
10 minggu
kmd
196
IRIS TBC
197 197
IRIS CMV (Cytomegalovirus)
198 198
Terima kasih atas perhatiannya
199