Anda di halaman 1dari 24

Skenario

• Tn X 45 tahun , karyawan
-KU: demam 2 minggu yang lalu didahului
menggigil hebat dan berkeringat banyak
sesudahnya.
Demam tidak teratur , kadang selang 2 hari
kadang tiap hari.
- Tidak nafsu makan , mual namun tidak
muntah,nyeri kepala , nyeri otot dan cepat lelah
seminggu terakhir
• Frekuensi dan volume BAK berkurang sejak
kemarin, dan tidak nyeri
• Seminggu yang lalu berobat ke dokter ,
dikatakan sakit tifus dan diberi kloramfenikol
namun tidak ada perbaikan.
• RPD: tidak pernah mengalami sakit ini
,hipertensi (-), DM , asma , jantung dan ginjal
(-)
• RPK: ( - )
• R kebiasaan : rokok dan alkohol ( - )
• Bulan lalu ditugaskan ke NTT selama 1 minggu
dan tidak minum obat anti malaria.
• Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : CM
Kesan sakit : sedang
Status gizi : normal
Tanda vital : tensi 130/90mmhg , nadi
100x/menit reguler isi cukup , suhu 39 C ,
respirasi 28x/menit.
Kulit: agak pucat
• Kepala : Konjungtiva anemis , sklera tidak
ikterik , mukosa mulut dan bibir kering
• Leher : DBN
• Torak : dbn
• Abdomen : datar , supel , bising usus (+),
hepar teraba 1 cm bac dan bpx , lunak , tepi
tajam , permukaan rata , nyeri tekan (+) ; lien
Schuffner 1 , nyeri tekan (+)
• Punggung dan Ekstremitas  DBN

• Pemeriksaan Penunjang :
Apus darah tepi tipis dan tebal :
Eritrosit menunjukkan gambaran normokromik
normositik. Ditemukan trofozoit ( ring form ) dan
gametosit Plasmodium falciparum. Leukosit dan
trombosit dalam batas normal.
Pirimetamine Sulfadoksin
Farmakodinamik
• Pirimetamin merupakan skizontosid darah
kerja lambat yang mempunyai efek
antimalaria yang mirip dengan efek proguanil
tetapi lebih kuat karena bekerja langsung;
waktu paruhnya juga lebih panjang. Untuk
profilaksis, pirimetamin dapat diberikan
seminggu sekali.
Farmakokinetik
• Absorpsi – setelah pemberian oral, penyerapan
pirimetamin di saluran cerna berlangsung lambat
tetapi lengkap.
• Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai
dalam waktu 4-6 jam. Konsentrasi obat yang berefek
supresi dapat menetap di dalam darah selama kira-kira
2 minggu. Obat ini diakumulasi terutama di ginjal,
paru, hati dan limpa.
• Ekskresi – pirimetamin diekskresi lambat dengan
waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi
melalui urin.
• Mekanisme kerja – pirimetamin menghambat
enzim dihidrofolat reduktase plasmodia pada
kadar yang jauh lebih rendah daripada yang
diperlukan untuk menghambat enzim yang sama
pada manusia. Enzim ini bekerja dalam rangkaian
reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya
menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada
pertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit.
Kombinasi dengan sulfonamid memperlihatkan
sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis
purin pada tahap yang berurutan.
Efek Samping
• Efek samping – dengan dosis besar dapat
terjadi anemia makrositik yang serupa dengan
yang terjadi pada defisiensi asam folat. Gejala
ini akan hilang bila pengobatan dihentikan,
atau dengan pemberian asam folinat
(leukovorin). Untuk mencegah anemia,
trombositopenia, dan leukopenia, leukovorin
dapat diberikan bersamaan dengan
pirimetamin.
Indikasi dan Kontraindikasi
• Indikasi – profilaksis malaria
• Kontraindikasi  Pada gangguan fungsi ginjal
dan hati, diskrasia darah, riwayat alergi
sulfonamid, ibu menyusui dan anak yang
berusia kurang dari 2 tahun.
Dosis
• Formulasi obat : 500 mg sulfadoksin ditambah 25
mg pirimetamin.

• Dosis Dewasa  3 tablet ( 1,5g sulfadoksin dan


25 mg pirimetamin)
• Dosis anak :
- 5 – 10 kg :1/2 tab
- 11-20 kg : 1 tab
- 21-30 kg : 1 ½ tab
- 31-40 kg : 2 tab
Cost
• 1 tablet Rp 792,-
• Untuk dewasa perlu 3 tab  792x3 = 2376
Kina/Quinine
Mekanisme Kerja
• Belum diketahui pasti, namun diperkirakan kerja obat adalah
dengan menganggu replikasi, atau transkripsi DNA plasmodium
• Sebagai zat basa yang lemah, kuinin akan terkonsentrasi dalam
vakuola-vakuola makanan plasmodium falsiparum[21,23]
• Kerja obat ini diduga dengan menghambat heme polymerase,
sehingga terjadi akumulasi substrat sitotoksiknya, yaitu heme itu
sendiri
• Kuinin memiliki banyak mekanisme kerja, antara lain:
– Menurunkan asupan oksigen dan metabolisme karbohidrat
– Mengganggu replikasi dan transkripsi DNA melalui interkalasi DNA
– Mengurangi kemampuan respon serat-serat otot melalui perubahan
pada distribusi kalsium
Farmakokinetik
• Absorpsi
– Kuinin cepat diabsorpsi ketika dikonsumsi per oral
– Penyerapan terutama terjadi pada duodenum
– Bioavailabilitas kuinin per oral pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar
76─88%
– Kadar puncak dalam plasma terjadi dalam 1─3 jam

• Distribusi
– Dalam ikatan protein plasma, 78─95%, terikat pada α-1-acid-glycoprotein
– Menembus sawar plasenta
– Hanya sebagian kecil dapat berpenetrasi kedalam cairan serebrospinal

• Metabolisme
– Secara primer terjadi di hepar
– Metabolit kuinin berupa 3-hydroxyquinine yang memiliki 10% aktivitas obat
• Waktu paruh biologis
– Orang dewasa sekitar 8─14 jam
– Anak-anak sekitar 6─12 jam

• Eliminasi
– Eliminasi kuinin terutama terjadi melalui
biotransformasi rute hepatik
– Ekskresi obat terjadi di feses, saliva, dan urine dalam
bentuk metabolit yang telah terhidroksi
– Sekitar 20% obat yang dieliminasi, adalah dalam
bentuk yang tidak berubah kedalam urine
• Indikasi
Digunakan bersama anti malaria yang lain pada
terapi malaria karena Plasmodium falciparum
yang resisten terhadap klorokuin. Terapi infeksi
Babesia microti yang digunakan bersama
clindamisin. Masih dalam penelitian : terapi
kekambuhan kram kaki nokturnal
• Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap kuinin atau komponen


lain dalam sediaan, Tinnitus, Optic neuritis.
G6PD defisiensi, riwayat black water fever,
trombositopenia, kehamilan
Efek Samping
• Frekuensi munculnya tidak tentu :
– CNS : Sakit kepala berat
– GI : Mual, muntah, diare.
– Okular : Pandangan kabur.
– Otic : Tinnitus atau tuli.
– Miscellaneous : Sinkonisme.

• Terjadi < 1% : Angina, diplopia, nyeri epigastrik,


demam, rasa panas pada kulit, hemolisis pada
defesiansi G6DP, hepatitis, reaksi hipersensitif,
hipoglikemi, gangguan pendengaran, rabun senja, optik
atrophy, pruritus, rash, trombositopenia
• Bentuk sediaan
– Kapsul (Quinin Sulfat) 200 mg, 325 mg. Tablet
(Quinin Sulfat) 260 mg
• Dosis Oral:

Anak-anak:
– Terapi malaria resisten klorokuin : 25-30
mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam,
selama 3-7 hari dengan kombinasi tetrasiklin.
– Babesiosis : 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
setiap 8 jam selama 7 hari.
Dewasa:
– Terapi malaria resisten klorokuin pada 650 mg
setiap 8 jam selama 3-7 hari , digunakan bersama
tetrasiklin.
– Terapi penekanan malaria : 325 mg dua kali sehari
dan dilanjutkan selama 6 minggu setelah
terserang malaria.
– Babesiosis : 650 mg setiap 6-8 jam selama 7 hari.
Kram pada kaki : 200-300 mg sebelum tidur.

Anda mungkin juga menyukai