Anda di halaman 1dari 72

FARMAKOTERAPI HIV/AIDS/IMS

(INFEKSI MENULAR SEKSUAL)


Apt. Ani Rahayu, S.Si, M.Farm
DEFINISI

My Presentation Design 2

bestpowerpointtemplates.com
GEJALA HIV/AIDS

3
4
5
SIKLUS HIDUP HIV

6
7
8
9
10
My Presentation Design 11

bestpowerpointtemplates.com
12
13
14
15
FARMAKOTERAPI ODHA

ART :Anti Retro Viral


Therapy yaitu terapi
dengan
menggunakan ARV

ARV : Obat Anti


Retro Viral yang
aktif melawan HIV

My Presentation Design 16

bestpowerpointtemplates.com
TUJUAN TERAPI ARV
• Secara Klinis : mengurangi morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV,
Memperbaiki mutu hidup

Secara Imunologi : memulihkan sistem dan


memelihara sistem imun kekebalan dan
mengurangi terjadinya IO

Secara Virologi : menekan replikasi


virus semaksimal mungkin dalam
Your text waktu yang lama dengan menekan
viral load

Secara epidemiologi :
mengurangi penularan HIV-
treatmen is prevention

My Presentation Design 17

bestpowerpointtemplates.com
PENATALAKSANAAN TERAPI HIV
Penatalaksanaan HIV/AIDS menggunakan strategi terapi yang
meliputi :

Terapi suportif , seperti pemberian gizi yang


baik dan multivitamin

Terapi ART dengan menggunakan obat


ARV
Your text
Terapi infeksi oportunistik pada
pasien HIV yang terdapat IO

My Presentation Design 18

bestpowerpointtemplates.com
TES YANG MENGIDENTIFIKASI
• ANTIBODI
– ELISA
– Western Blot
– Dipstick

• VIRUS HIV → PCR


20
21
Obat Antiretroviral
Prinsip prinsip terapi ARV
• Viral load, tingginya replikasi virus hiv
• CD4, tingkat kerusakan sistem imun
• Nilai keduanya menentukan progresivitas penyakit dan menentukan saat
memulai atau mengubah terapi ART
Obat Antiretroviral
Obat Antiretroviral
Ada 4 kelompok arv
1. Kelompok reverse trancripttase inhibitor, meliputi
a. Analog nucleoside (NRTI)
b. Analog nucleotide (NtRTI)
2. Non Nucleoside reverse trancritase inhibitor (NNRTI)
3. HIV protease inhibitor
4. Fusion inhibitor
Reverse Transcriptase Inhibitor

• RTI adalah obat ARV yang bekerja melalui inhibisi


reverse transcriptase hiv (enzim yang mengkatalisis
konversi RNA HIV menjadi DNA double stranded)
menghentikan proses trankripsi dari RNA menjadi DNA
(RNA HIV tidak menjadi DNA HIV). Hasilnya HIV tidak
dapat masuk pusat ruangan pabrik dan HIV tidak dapat
menjadi bagian material sel-sel tubuh.
NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE
INHIBITOR
1. Zidovudine (AZT/ZDV)-Thymidine
analogue
2. Stavudine (d4T)-Thymidine analogue
3. Lamivudine (3TC)-Cytosine analogue
4. Zalcitabine (ddC)-Cytosine analogue
5. Abacavir (ABC)-Guanine analogue
6. Didanosine (ddI)-Adenine analogue
7. Emtricitabine (FTC)-Cytosine terfluorinasi
analogue
Ada 2 RTI
a. Nucleosid reverse transcriptase inhibitor (NRTIs)
Mrp obat arv pertama yang digunakan, dibagi mjd 2 :
- Thymidines : ZDV dan d4t – Stavudin (tdk bekerja sama)
- Non thymidine : 3TC (Lamivudin) , ABC (Abacavir), ddC (Zalcitabine)
Non Nucleosid Reverse Transcriptase
Inhibitor (NNRTIs)

• Secara struktur berbeda dengan NRTI, terikat


pada tempat yang berbeda pada enzim reverse
transcriptase dan merupakan inhibitor poten dari
RT.
• Ex. NVP (Nevirapine) , EFV (Efaviren)
Protease Inhibitor (PI)
• Bekerja dengan mengikat enzim proteasevirus,
mencegahpemecahan protein virus, mencegah HIV
merangkai diri dan melepaskan diri dari sel yang
terinfeksi sehingga tidak terbentuk calon virus baru.
• Ex. Ritonavir, lopinavir
Zidovudin (AZT/ZDV)

• Sediaan:
• 100 mg (Reviral)
• 300 mg (FDC AZT Azidotimidin + 3TC Lamivudin)-
Duviral
• 300 mg setiap 12 jam
• Efek samping:
• Supresi sumsum tulang (netropeni)
• Intoleransi GI
Stavudine (d4T)
• Sediaan 30 mg (staviral)
• Dosis 30 mg setiap 12 jam
• Efek samping:
• Neuropati perifer
• Lipodistrofi
• Laktat asidosis
• Pankreatis
Stavudine
• Golongan NRTI yang poten dan telah lama digunakan,
tidak butuh data laboratorium awal untuk memulai,
harga relatif murah
• WHO memberikan rekomendasi untukmengganti
stavudine dengan tenofovir
Lamivudine

• Sediaan : 150 mg (Hiviral)


• Dosis 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg tiap 24 jam
• Toksisitas rendah
Tenofovir (TDF)
• Sediaan 300 mg
• Dosis diberikan single dosis tiap 24 jam
• Efek samping : Insufisiensi fungsi ginjal
• FDC (Fix Drug Combination):TDF + FTC
emtricitabine (Truvada)
Nevirapine (NVP)
• Sediaan 200 mg
• Dosis 200mg tiap 24 jam selama 14 hari, kemudian 200
mg tiap 12 jam
• Efek samping : rash, hepatotoksik
• Stop jika terjadi SJS, tidak boleh diulang lagi, efavirens
tidak direkomendasikan untuk mengganti
Efavirens (EFV)

• Sediaan 200mg, 600mg


• Dosis 600 mg tiap 24 jam (malam hari)
• Efek samping: SSP (pusing, mengantuk, sukar
tidur, halusinasi), peningkatan kadar
transaminase, ruam
• Teratogenik
• Aman untuk TB/HIV yang mdpt terapi rifampisin
Konsep Umum ART
• Start yaitu memulai terapi ARV pada ODHA yang baru belum
pernah menerima sebelumnya atau restart memulai kembali
setelah berhenti sementara.
• Subtitute yaitu mengganti salah satu / sebagian komponen
ART dengan obat dari lini yang sama.
• Switch yaitu mengganti rejimen ART dengan obat dari lini
yang berbeda (pindah lini)
• Stop yaitu menghentikan pengobatan ARV
Pertimbangan Pemilihan ARV
• Potensi / Efektivitas
• Toksisitas / Efek samping
• Interaksi Obat
• Adherence
• Cost
Tujuan Terapi
• 1. Meningkatkan kualitas hidup
• 2. Mencegah munculnya IO
• 3. Mencegah progres penyakit
• 4. Mengurangi penularan ke orang lain
Prasyarat Mulai ARV
• 1. Konseling – Adherence
• 2. Pemeriksaan fisik
• 3. Pemeriksaan lab
• 4. Pengobatan IO yang timbul
• 5. Logistik obat (Drug supply and
management) – pemilihan obat, distribusi,
penyimpanan dan pengawasan
Prinsip dalam pemberian ARV

• Paduan ARV hrs menggunakan 3 jenis obat


yang berada dalam dosis terapetik untuk
menjamin efektivitas penggunaan obat
• Membantu pasien agar patuh minum obat
• Menjaga kesinambungan ketersediaan obat
ARV dgn manajement logistik
Saat Memulai ART (Dewasa)

Target Stadium Jumlah Rekomend


populasi klinis CD4 asi
ODHA 1 dan 2 CD4 > 350 Monitor
sel/mm3 klinis dan
pemeriksaa
n CD4 tiap
6 bulan
HIV/TB Berapapun Berapapun Mulai terapi
Hep.B/HIV Berapapun Berapapun Mulai terapi
Ibu hamil Berapapun Berapapun Mulai terapi
Prinsip Penggunaan ARV

• JANGAN menggunakan monoterapi


• JANGAN menggunakan bi-terapi
• Gunakan selalu 3 regimen terapi
Regimen ARV
• Lini I : 2 NRTI + 1 NNRTI
• Lini II : 2 NRTI + Boosted PI
• Lini Pertama
• AZT + 3TC + EFV
• AZT + 3TC + NVP
• Alternatif
• TDF + 3TC (FTC) + EFV
• TDF + 3TC (FTC) + NVP
ARV keadaan Khusus
• Pada koinfeksi HIV/Hep. B
• Mulai dengan regimen yang mengandung
TDF/3TC atau TDF/FTC.
• Pada Ko-infeksi TB
• Mulai pengobatan TB terlebih dahulu selama
2 bulan, penggunaan Efafirens lebih
direkomendasikan.
• Pada kehamilan
• AZT + 3TC + EFV ( pada kehamilan trimester 2 atau 3)
• AZT + 3TC + NVP
• TDF + 3TC/FTC + NVP
• TDF + 3TC/FTC + NVP
Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)

• Luka tusuk jarum pada petugas kesehatan


• Regimen AZT + 3TC + EFV atau LPV/r
• Paling baik sebelum 4 jamatau maksimal 72 jam stl
kejadian
• ARV diberikan selama 1 bulan
• Pastikan yang terpajan adalah HIV negatif
• Lakukan tes pada bulan 3 dan 6
• Jika yg terpajan menderita hepatitis B maka PPP
sebaikanya TDF/ 3TC
Peran farmasis dalam penatalaksanaan
pasien HIV

• Pada pelayanan farmasi di apotek maka farmasis mempunyai


peran mendeteksi dini kemungkinan pasien yang mengidap
HIV dan merujuknya pada pelayanan VCT.
• Pada pelayanan farmasi di rumah sakit yang merupakan RS
rujukan pasien HIV maka farmasis mempunyai peran
diantaranya :
1. Melakukan pengkajian resep pasien ODHA
2. Menjamin ketersediaannya ARV
3. Melakukan praktek farmasi klinik
4. Melakukan konseling
VCT (Voluntary
Counselling and Testing)
ALUR PELAYANAN KLINIK VCT

PRE TEST CONSELLING


-Faktor Risiko penularan
-Info Seputar HIV-AIDS
-Bersedia di tes

Ambil sampel darah

Ya → POST TEST CONSELLING


Evaluasi 3 bl lagi
55

Periode Jendela? Negatif Positif (3 reagent berbeda)

Tidak →
Hindari risiko
Penularan Rujuk ke Tim CST
(Care, Support, Treatment)
• VCT (Voluntary Counselling and Testing) / KTS
(Konseling Tes Sukarela)

•3 C :
–Counselling
–Consent
–Confidentiality
Konseling

 Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk belajar


mencari solusi bagi masalah emosi, interpersonal dan pengambilan
keputusan

 Konseling dalam VCT merupakan komunikasi bersifat rahasia antara


klien dan konselor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi
stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV/AIDS.

 Proses konseling termasuk evaluasi risiko penularan HIV pribadi,


memfasilitasi perubahan perilaku, dan evaluasi mekanisme coping
ketika klien dihadapkan pada hasil tes (+)
Mengapa konseling HIV/AIDS penting?

• Konseling pencegahan dan perubahan perilaku dapat


mencegah penularan
• Diagnosis HIV mempunyai banyak dampak – psikologik,
sosial, fisik dan spiritual.
• HIV merupakan penyakit yang mengancam kehidupan
dan terapinya seumur hidup
Tujuan Konseling HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan proses


Konseling

dengan 3 tujuan umum :

1. Merupakan dukungan psikologik,misal dukungan emosi,psikologi,


sosial, spiritual sehingga rasa sejahtera terbangun pada odha dan
yang terinfeksi virus lainnya

2. Pencegahan penularan HIV melalui informasi tentang perilaku


berisiko (seperti seks tak aman atau penggunaan alat suntik
bersma ) dan membantu orang untuk membangun ketrampilan
pribadi yang penting untuk perubahan perilaku dan negosiasi
praktek aman

3. Memastikan terapi efektif dengan penyelesaian masalah dan isu


kepatuhan
Tes HIV selalu didahului konseling.
Pemberian informasi tidak dapat
menggantikan fungsi konseling
Consent
• Consent adalah ketika 2 atau lebih orang setuju akan sesuatu
dengan persepsi yang sama

• Consent yang valid didahului dengan informasi faktual, dan informasi


harus dimengerti

• Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus memberikan


persetujuan tertulis (informed consent)
Informasi yang Diberikan meliputi

– Penularan dan pencegahan HIV


– Proses tes dan periode jendela
– Pengobatan dan perawatan yang tersedia
– Tersedianya konseling pasca tes
– Jaminan konfidensialitas
Syarat Informed Consent
• Klien telah diberi penjelasan cukup tentang risiko dan dampak yang
mengikuti tindakan, dan menyetujuinya
• Klien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu
menyatakan persetujuannnya (secara intelektual dan psikiatrik)
• Klien tak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan meski
konselor patut memahami bahwa mereka sangat memerlukan
pemeriksaan HIV
Confidentiality

• Confidentiality/kerahasiaan selalu harus dijaga dan semua materi dalam


proses konseling tidak boleh didengar ataupun diketahui orang lain, dan
tidak akan pernah disampaikan kepada siapapun tanpa ijin klien.
• Hasil tes bersifat rahasia penuh.
• Hasil dapat diperlihatkan pada pihak ke tiga bila dilengkapi ijin tertulis dari
klien.
Confidentiality

• Shared confidentiality– Dalam lingkup klinis para petugas kesehatan dapat


memberitahukan status HIV seseorang pada petugas kesehatan lainnya
hanya untuk kepentingan klinis pasien. Harus disertai ijin dari pasiennya.
Apa keuntungan pencatatan VCT ?

• VCT mengurangi perilaku berisiko, terutama mereka yang HIV (+)


• VCT membantu seseorang mampu memutuskan tes dan menghadapi
hasilnya
• VCT membantu status HIV diungkapkan kepada keluarga atau
mereka yang dicintai
• VCT memfasilitasi akses dukungan masyarakat, materi dan layanan
psikososial
SYARAT
KEBERHASILAN PENERAPAN VCT
• Pelatihan dan dukungan konselor yang realistik
• Pemasaran sosial dan penggerakan masyarakat.
• Jejaring rujukan dan dukungan layanan
• Fasilitas memadai – manajemen waktu, pribadi, informasi
konfidensialitas, aksesibilitas
• Monitoring dan evaluasi efektif dan bertanggung jawab
MENGAPA VCT/ KTS PENTING ?
• Mengetahui status lebih dini akan memudahkan
perencanaan penanganan
• Meningkatkan kualitas hidup sehingga
mengurangi angka kesakitan dan kematian
(walaupun tidak dapat disembuhkan, penyakit
dapat dikendalikan dengan baik)
• Memutus mata rantai penularan HIV yang meluas
STIGMA ODHA
• Sikap negatif yang diberikan pada ODHA(“Cap Buruk”)

• Mendorong keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi


HIV. Mengingat HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan seks, penggunaan
narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan
takut terhadap penyakit ini.

• Menyebabkan beberapa ODHA dan orang yang rentan terhadap HIV dan
AIDS menjadi kurang dihargai dan merasa malu. Sedangkan kelompok
lainnya merasa superior.
DISKRIMINASI ODHA
• Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang
atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang
didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang.

• Contoh diskriminasi: para staf rumah sakit atau penjara menolak


memberikan pelayanan kesehatan pada ODHA; atasan yang
memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka status HIV
mereka; atau keluarga atau masyarakat yang menolak mereka yang hidup
atau dipercaya hidup dengan HIV dan AIDS.
PERAN ODHA DALAM PENCEGAHAN

• Memberikan motivasi pada teman-teman dan pasangannya


untuk melakukan tes

• Saling memberikan dukungan antara sesama ODHA untuk


menjalankan hidup sehat

• Melakukan diseminasi informasi dan advokasi untuk


menghapus diskrimasi dan stigmatisasi terhadap ODHA

• Memperluas jaringan layanan dalam rangka memudahkan


dukungan layanan terkait dengan kebutuhan ODHA

• Pemutusan mata rantai penularan terhadap pasangan melalui


pencegahan dan perilaku aman
TUGAS PETUGAS LAPANGAN

• Menyebarkan informasi tentang


pengetahuan dasar HIV dan AIDS

• Promosi pencegahan

• Promosi layanan-layanan yang terkait


dengan HIV dan AIDS

• Merujuk KD melakukan KTS

• Tindak lanjut hasil rujukan KTS

Anda mungkin juga menyukai