Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Pembimbing :

Dr. F. Sukma, Sp. S, M.kes

Disusun oleh :

Soraya Olyfia

030.10.258

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN SARAF


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN
ANTARIKSA
PERIODE 11 JANUARI – 15 FEBRUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi
dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang bawah. Hampir semua orang pernah
mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah
mengalami nyeri pada daerah pinggang bawah karena kesalahan postural tanpa
mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan.[1]

Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut
Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Dari hasil penelitian
Cropcord Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis
kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Sedangkan dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih
selama hidupnya antara 60% hingga 90%. [1]

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
No. RM : 25.xx.xx
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Cililitan besar RT/RW 01/01 No. 36A Jakarta Timur
Tanggal berobat : 04 Februari 2018

II. ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa, tanggal 04 Februari 2018, pukul 13.00 di
Poli Syaraf RSAU dr. Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma

Keluhan Utama : Nyeri pinggang


Keluhan Tambahan : Nyeri menjalar sampai kaki kiri

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Seorang wanita 59 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang yang sudah
dirasakan sejak 7 hari SMRS. Nyeri terus menerus, bertambah berat bila pasien
duduk atau berdiri dan berkurang bila pasien berbaring, nyeri menjalar sampai kaki
kiri.
7 hari SMRS, nyeri yang dirasakan hilang timbul, timbul pada saat pasien
sedang berjalan dan melakukan kegiatan rumah tangga seperti mengangkat ember,
dirumah. Tetapi nyeri hilang saat pasien duduk atau tidur. Nyeri menjalar sampai ke

3
kaki kiri. Pasien memutuskan untuk pergi ke poli saraf RSAU dr. Esnawan
Antariksa.
2 hari SMRS, pasien merasakan nyeri pada pinggang semakin bertambah
berat, nyeri dirasakan terus menerus, bertambah berat bila pasien duduk atau berjalan
dan bertambah ringan bila berbaring. Nyeri menjalar sampai kaki kiri dan merasa
seperti ditarik.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :


Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, kencing manis, penyakit
jantung. Riwayat trauma (+) 3 tahun yang lalu terjatuh di lantai dalam posisi
terduduk.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat hipertensi, DM, dan alergi dalam keluarga disangkal oleh keluarga
pasien

Riwayat Kebiasaan :
Pasien tidak merokok, tidak meminum kopi dan jarang berolah raga.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan tanggal 04 Februari 2018 pukul 13.00 WIB

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan gizi : Gizi cukup
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Laju Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36°C
KGB : tidak teraba membesar
Kepala
4
Bentuk : Normocephali

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Hidung : Septum deviasi(-), sekret(-)

Telinga : Normotia, serumen +/+, sekret -?-

Mulut : Mukosa tidak hiperemis, pucat (-), sianosis (-)

Thorax

 Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


 Paru : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada oedem

Status Neurologis
GCS : GCS 15 (E4V5M6)
Rangsang Selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) / (+)
Kernig : (-) / (+)

Peningkatan tekanan intracranial :


Penurunan kesadaran : (-)
Muntah proyektil : (-)
Sakit kepala : (-)
Edema papil : tidak diperiksa

Saraf-saraf cranial
5
SARAF KRANIAL

1. N. I (Olfactorius )
Tidak dilakukan

2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan

Daya penglihatan Baik Baik Normal


Lapang pandang Baik Baik Normal
Pengenalan warna Tidak dilakukan

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan

Ptosis (-) (-) Normal


Pupil
Bentuk Bulat Bulat Normal
Ukuran 3 mm 3 mm Normal
Gerak bola mata Baik Baik Normal
Refleks pupil
Langsung (+) (+) Normal
Tidak langsung (+) (+) Normal

4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan

Gerak bola mata Baik Baik

6
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan

Motorik (+) (+) Normal


Sensibilitas (+) (+) Normal
Refleks kornea Tidak dilakukan

6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan

Gerak bola mata Baik Baik


Strabismus (-) (-) Normal
Deviasi (-) (-) Normal

7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan

Motorik:
- sudut mulut dbn dbn
- mengerutkan dahi dbn dbn
- mengangkat alis dbn dbn
- lipatan nasolabial dbn dbn
- meringis dbn dbn
- mulut mencucu dbn dbn

8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan

Pendengaran Tidak dilakukan

7
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan

Arkus farings Simetris Simetris


Daya perasa Tidak dilakukan
Refleks muntah Tidak dilakukan

10. N. X (Vagus)
Keterangan

Bicara Normal
Menelan Normal

11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan

Mengangkat bahu (+) (+) Normal


Memalingkan (+) (+) Normal
kepala

12. N. XII (Hipoglossus)


Kanan Kiri Keterangan

Pergerakan lidah Deviasi (-)


Artikulasi Jelas
Fasikulasi (-)

SISTEM MOTORIK

Motorik

 Tonus normotoni
Kekuatan 5 5
5 3
8
SISTEM SENSORIK

Kanan Kiri Keterangan

Raba Tidak dilakukan


Nyeri Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan

REFLEKS

Kanan Kiri Keterangan

Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal
(+) (+)
KPR Normal
APR Normal

Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)

9
FUNGSI KORDINASI

Kanan Kiri Keterangan

Test telunjuk hidung Tidak dilakukan


Test tumit lutut Tidak dilakukan
Gait Tidak dilakukan
Tandem Tidak dilakukan
Romberg Tidak dilakukan

SISTEM OTONOM

Miksi : Baik, lancar

Defekasi : Baik, lancar

PEMERIKSAAN KHUSUS

Kanan Kiri

Lasegue sign - +
Patrick sign - +
Anti Patrick sign - +
Bragard sign - +
Sicard sign - +

10
FOTO RONTGEN LUMBOSACRAL

11
12
13
IV.RESUME

Seorang wanita 59 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang yang sudah
dirasakan sejak 7 hari SMRS. Nyeri terus menerus, bertambah berat bila pasien
duduk atau berdiri dan berkurang bila pasien berbaring, nyeri menjalar sampai kaki
kiri.7 hari SMRS, nyeri yang dirasakan hilang timbul, timbul pada saat pasien
sedang berjalan dan melakukan kegiatan rumah tangga dirumah. Tetapi nyeri hilang
saat pasien duduk atau tidur. Nyeri menjalar sampai ke kaki kiri. Pasien memutuskan
untuk pergi ke poli saraf RSAU dr. Esnawan Antariksa. 2 hari SMRS, pasien
merasakan nyeri pada pinggang semakin bertambah berat, nyeri dirasakan terus
menerus, menjalar sampai kaki kiri dan merasa seperti ditarik.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit ringan, kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 130/ 80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Laju Nafas 20
kali/menit, Suhu 36°C. Status generalis dalam batas normal. Pada status neurologis,
ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :

 GCS : E4V5M6
 Pupil : Bulat isokor, ø3mm/ø3mm, RCL +/+, RCTL +/+
 Tanda Rangsang
Meningeal : Lasegue sign (-) / (+)
Kernig sign (-) / (+)
 Nervus cranialis : Tidak terdapat kelainan
 Motorik :5 5
5 3
 SISTEM SENSORIK

Kanan Kiri Keterangan

Raba Tidak dilakukan


Nyeri Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan

14
 REFLEKS

Kanan Kiri Keterangan

Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal
(+) (+)
KPR Normal
APR Normal

Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)

SISTEM SENSORIK

Kanan Kiri Keterangan

Raba Tidak dilakukan


Nyeri Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan

REFLEKS

Kanan Kiri Keterangan


Fisiologis

Biseps (+) (+) Normal


(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal

15
KPR (+) (+) Normal

APR Normal

Patologis

Babinski (-) (-)

Chaddock (-) (-)

HoffmanTromer (-) (-)

Schaefer (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

V. DIAGNOSA KERJA

D/ klinis : Low Back Pain

D/ topis : Spondylolisthesis L4-L5, Spondiloartrosis L4-L5

D/ etiologis : Trauma , Degeneratif

VI. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

 Hindari faktor pencetus (aktivitas berlebihan, mengangkat beban berat, dll)


 Rutin kontrol ke dokter dan minum obat secara teratur jangan sampai putus
obat
Medikamentosa

 Neurodex 2 x 1
 Ranitidin 150 mg 2 x 1
 Na Diklofenak 50 mg 3 x 1

16
VII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanasionam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

17
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang
torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan
lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan
koksigeus. [2]

Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga


berat kepala dan dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3)
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk
perlekatan otot-otot, (5) memungkinkan gerakan kepala dan batang . [2]

Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar sampai
mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari tulang
koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus ditanggung semakin
membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian beban tersebut
ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca.

18
Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis juga oleh
suatu persendian sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang punggung,
kendati hanya memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk mempertahankan
stabilitas kolumna vertebralis guna melindungi struktur medula spinalis yang
berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan
kekuatan masing-masing vertebra, diskus intervertebralis, ligamen dan otot-otot. [2]

Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal dan
sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang berukuran
besar, kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan
vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban tubuh bagian
atas .

Setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen fungsional yaitu :

1. Elemen anterior atau korpus vertebra

Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi untuk


mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan
saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.

2. Elemen posterior

Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang mengenai
kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis memberikan
mekanisme locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus
vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan aksesorius menjadi tempat
melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk memperbesar kerja otot-otot
tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus dan prosesus
artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan terhadap trauma seperti fraktur pars
artikularis.

3. Elemen tengah

Elemen tengah terdiri dari pedikel. Pedikel berfungsi menghubungkan elemen


posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen
posterior ke anterior.
19
Persendian pada kolumna vertebralis ada 2 yaitu persendian antara 2 korpus
vertebra (amphiarthrodial) dan antara 2 arkus vertebra (arthrodial). Persendian antara
2 vertebra disebut persendian amfiartrodial dimana permukaan tulang dihubungkan
baik oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamen interoseus, sehingga pergerakan
menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra bergerak maka rentang gerakan
dapat diperhitungkan.

Persendian amfiartrodial melibatkan komponen-komponen sebagai berikut:

1. Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis merupakan suatu bantalan penghubung antar dua korpus


vertebra yang di desain untuk menahan beban peredam getaran (shock absorbers)
selama berjalan, melompat, berlari dan memungkinkan terjadinya gerakan kolumna
vertebralis.

Diskus intervertebralis terdiri dari 3 komponen yaitu :

1) Nukleus sentralis pulposus gelatinous

Nukleus pulposus terdiri dari matrik proteoglikans yang mengandung


sejumlah air (±80%), semitransparan, terletak ditengah dan tidak mempunyai
anyaman jaringan fibrosa.

2) Anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus

Anulus fibrosus merupakan suatu cincin yang tersusun oleh lamellae


fibrocartilogenea yang konsentris yang membentuk circumfereria dari diskus
intervertebralis. Cincin tersebut diselipkan di cincin epifisis pada fasies artikularis
korpus vertebra. Serabut-serabut yang menyusun tiap lamella berjalan miring dari
satu vertebra ke vertebra lainnya, serabut-serabut dari suatu lamella secara khas
berjalan pada sisi kanan menuju yang berdekatan. Pola seperti ini, walaupun
memungkinkan terjadinya suatu gerakan antar dua vertebra yang berdekatan juga
berfungsi sebagai pengikat yang erat antar dua vertebra tersebut.

20
3) Sepasang vertebra endplate yang mengapit nukleus

Sepasang vertebra endplate adalah merupakan permukaan datar teratas dan


terbawah dari suatu diskus intervertebralis.

Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang
diletakkan di antara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata
bekerja pada vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh
diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nukleus
polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang
berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti
fleksi, ekstensi, laterofleksi. Diskus intervertebralis sendiri merupakan jaringan non
innervasi dan non vaskuler sehingga apabila terjadi kerusakan tidak bisa terdeteksi
oleh pasien meskipun sudah berlangsung dalam waktu lama.

2. Ligamen longitudinal anterior

Ligamen longitudinal anterior melapisi dan menghubungkan bagian anterolateral


korpus vertebra dan diskus intervertebralis, terbentang dari permukaan anterior
sakrum hingga ke tuberkulum anterior vertebra servikal 1 dan tulang oksipital di
sebelah anterior foramen magnum. Ligamen ini melekat pada korpus vertebra dan
diskus intervertebralis Fungsi ligamen anterior tersebut adalah untuk memelihara
stabilitas pada persendian korpus vertebralis dan mencegah hiperekstensi kolumna
vertebralis.

3. Ligamen longitudinal posterior

Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah dari ligamen anterior,
terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari korpus vertebralis. Ligamen ini
melekat pada diskus intervertebralis dan tepi posterior dari korpus vertebra mulai
vertebra servikal 1 sampai sakrum. Ligamentum ini dilengkapi akhiran saraf nyeri
(nociceptor). Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi kolumna vertebralis
serta mencegah herniasi diskus intervertebralis.

Persendian antara 2 arkus vertebra (arthrodial) dibentuk oleh prosesus


artikularis superior dari 1 vertebra dengan prosesus artikularis inferior vertebra di

21
atasnya disebut sebagai zygapophyseal joint/facet joint atau sendi faset. Arah
permukaan sendi faset mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan
permukaan sendi faset. Di regio lumbal, sendi fasetnya memiliki arah arah sagital
dan medial, sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi dan lateral fleksi,
namun tidak memungkinkan terjadinya gerakan rotasi. Pada sikap lordosis lumbalis
(hiperekstensi lumbal) kedua faset saling mendekat sehingga gerakan kelateral,
obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis
dikurangi) kedua faset saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral
berputar.

Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio lumbal


adalah :

a. Ligamen flavum

Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih
tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah
terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus
intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan
kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna
veretbralis setelah posisi fleksi.

b. Ligamen interspinosus

Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus spinosus


mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir menyerupai
membran .

22
c. Ligamen intertranversus

Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus tranversus


yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat membranosa.

d. Ligamen supraspinosus

Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex vertebra


servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial bergabung
dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali (Yanuar,
2002).

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya.


Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif
mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : m. quadraus lumborum, m.
sacrospinalis, m. intertransversarii dan m. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah
muskulus abdominalis mencakup : m. obliqus eksternus abdominis, m. internus
abdominis, m. transversalis abdominis dan m. rectus abdominis, m. psoas mayor dan
m. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah m. quadratus lumborum, m. psoas
mayor dan minor, kelompok m. abdominis dan m. Intertransversarii. Jadi dengan
melihat fungsi otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan punggung bawah
dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri).[2]

Medulla spinalis dilindungi oleh vertebra. Radik saraf keluar melalui kanalis
[2,3]
spinalis, menyilang diskus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.

Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu
ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut
mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang vertebra dengan radik
saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan jebakan radik saraf tersebut. Semua
ligamen, otot, tulang dan sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen flavum,
diskus intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak dirawat oleh
saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di
atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Nyeri punggung
bawah sering berasal dari ligamentum longitudinal anterior atau posterior yang
23
mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari fasies
artikularis vertebra beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri.
Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena aktivitas motor neuron,
ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. [3]

DEFINISI LOW BACK PAIN

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. [4]

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal
yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah
diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam. [4]

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :

A. Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya


sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang
acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

B. Chronic low back pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan
sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena

24
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang


termasuk dalam low back pain terdiri dari : [4]

a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: Superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.

b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior.

c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain

ETIOLOGI

Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi : [5]

a) LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah


pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita
LBP viserogenik yang mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk
mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih
berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.

25
b) LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri


punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat
saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga
sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh
presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat yang
mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.
Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh
iritasi radiks.

c) LBP neurogenic

 Neoplasma:

Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas


dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.

 Araknoiditis:

Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul


bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut

 Stenosis kanalis spinalis:

Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi


discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala
klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan
dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.

d) LBP spondilogenik

Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna


vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses
patologik di artikulatio sacroiliaka.

26
e) LBP psikogenik

Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi


atau campuran keduanya.

f) LBP osteogenik

Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis


tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang
timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu
sisi, metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.

g) LBP diskogenik

 Spondilosis

Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis,


sehingga jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya
osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan
iritasi persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena
gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis,
fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS
dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava)
atau dengan menekan kedua venajugularis (percobaan Naffziger).

 Hernia nucleus pulposus (HNP):

Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian


menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
27
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar
lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme
otot – otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya lordosis
lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis
flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada
L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat
dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua bokong dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki juga
berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa
nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas
pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada
tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang.
Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.

 Spondilitis ankilosa:

Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar


keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung
bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada
foto roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas – ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.

h) LBP miogenik

 Ketegangan otot

Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan pada
kapsula.

 Spasme otot atau kejang otot

28
Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai dengan
nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus
menambah kontraksi.

 Defisiensi otot

Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang

 Otot yang hipersensitif

Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan


menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu

Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:

a) Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Secara patologis anatomis, pada
Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti: o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat
perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya
penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada
pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas. o Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat menyebabkan
perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan

29
robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat
di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan
gerak.

b) Infeksi

Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi
kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan. Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada
vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan
ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis


ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum
vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri
lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan
kelainan ini bersifat progresif.

c) Neoplasma Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.

Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang
sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat
nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor
tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama
waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di
kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah
tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar
dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.

d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada


tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan

30
anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang
disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain:

 Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga


menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang
hingga ke pinggang.

 Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini


ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa
nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

e) Kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang


penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah
adalah :

 Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae


(in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.
Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5) tergeser ke
depan. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam
kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )
sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis dapat
mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.

 Spina Bifida

31
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh
kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada
tersembunyi suatu spina bifida okulta. Pada foto rontgen tampak bahwa
terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena
adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu
ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-
sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang. o
Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit


telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita
berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila
si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti
jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita
lantas jalan sambil membungkuk.

 Spondylosis lumbal

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus


intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

 Spondylitis

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini


merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang
belakang.

f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,
coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan
berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan

32
terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

PATOFISIOLOGI

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis)
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. [6]

Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping


menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal
dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di
daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan
pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia


bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak
teratur.

Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan

33
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

FAKTOR RESIKO

Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut : [6]

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Faktor Indek Massa Tubuh

4. Pekerjaan.

5. Aktivitas atau Olahraga

6. Faktor Risiko Lain Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan
psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti
duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi
tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar, dan kehamilan.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

a) Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

b) Iritasi pada radik

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai

34
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

c) Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada


dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.

d) Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam


ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

e) Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.

f) Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian
besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan


bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
35
meningginya tekanan intra- abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,
bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu
kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan


miksi- defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana
harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow
incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini merupakan
suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu diagnosis segera dan
dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.

Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit


metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya
nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan,
namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan nyeri hilang,
walaupun kompresi radiks masih ada.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung


meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks. [6]

a) Inspeksi :

 Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi
diskus.

 Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

36
 Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri


pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri


pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan
pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada
fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

b) Palpasi :

 Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan


suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

 Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri


dengan menekan pada ruangan intervertebralis.

 Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)


pada palpasi di tempat/level yang terkena.

 Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk


mencari adanya fraktur pada vertebra.

 Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

 Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.

c) Pemeriksaaan Motorik

37
 Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.

 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

o Berjalan dengan menggunakan tumit.

o Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

o Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

d) Pemeriksaan Sensorik

 Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian


dari penderita dan tak jarang keliru

 Nyeri dalam otot.

 Rasa gerak.

e) Refleks

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya
lesi pada saraf spinal.

Pemeriksaan Khusus [7]

1. Tes Lasegue:

Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak


dapatmengangkat tungkai kurang dari 70° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati,
terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

38
2. Tes Patrick dan anti-patrick:

Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan


diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit
sendi panggul, negative pada ischialgia

3. Tes kernig:

Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh


mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme
involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi
ekstensi lutut dan timbul nyeri.

4. Tes Naffziger:

39
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif
pada spondilitis.

5. Tes valsava:

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya
sama dengan percobaan Naffziger

6. Bragard Test

Ekstremitas bawah tertekuk di bagian pinggul dengan lutut ekstensi dan seluruh
jari kaki dorsofleksi. Peningkatan rasa sakit adalah tanda positif yang
menunjukkan keterlibatan saraf.

7. Sicard Test

Ekstremitas bawah tertekuk di bagian pinggul dengan lutut ekstensi dan ibu jari
kaki dorsofleksi. Peningkatan rasa sakit adalah tanda positif yang menunjukkan
adanya radikulopati.

Pemeriksaan Penunjang [6]

a) Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

b) Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin
yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.

c) Pemeriksaan Radiologis :

Foto polos sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan


ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan

40
suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.

 CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

 Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada


pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi
metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk
melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau
araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila
akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal
vertebralis.

 MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:

o vertebra dan level neurologis belum jelas

o kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

o untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

o kecurigaan karena infeksi atau neoplasma Mielografi atau CT mielografi


dan atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga pada diagnosis
LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya
sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
Diskus prolaps pada mielografi 25% negatif palsu dan 10% positif palsu
(akurasi 67%).

PENATALAKSANAAN

Nyeri punggung yang paling rendah dapat diobati tanpa operasi. Pengobatan
melibatkan menggunakan analgesik, mengurangi peradangan, memulihkan fungsi

41
yang tepat dan kekuatan ke belakang, dan mencegah kambuhnya cedera.
Kebanyakan pasien dengan nyeri punggung sembuh tanpa kehilangan fungsional
residual. Pasien harus menghubungi dokter jika tidak ada penurunan nyata dalam
rasa sakit dan peradangan setelah 72 jam perawatan diri. [7]

Bed rest - 1-2 hari paling banyak. Pasien harus melanjutkan kegiatan sesegera
mungkin. Pada malam hari atau selama istirahat, pasien harus berbaring di satu sisi,
dengan bantal di antara lutut (beberapa dokter menyarankan beristirahat di belakang
dan menempatkan bantal di bawah lutut).

Latihan mungkin cara yang paling efektif untuk mempercepat pemulihan dari
sakit punggung rendah dan membantu memperkuat otot punggung dan perut.
Mempertahankan dan membangun kekuatan otot sangat penting untuk orang dengan
penyimpangan tulang. Dokter dan terapis fisik dapat memberikan daftar latihan
lembut yang membantu menjaga otot-otot bergerak dan mempercepat proses
pemulihan. Rutinitas kegiatan punggung yang sehat mungkin termasuk latihan
peregangan, berenang, berjalan, dan terapi gerakan untuk meningkatkan koordinasi
dan mengembangkan postur tubuh yang tepat dan keseimbangan otot. Setiap
ketidaknyamanan ringan terasa pada awal latihan ini harus menghilang sebagai otot
menjadi lebih kuat. Tapi jika rasa sakit adalah lebih dari ringan dan berlangsung
lebih dari 15 menit selama latihan, pasien harus berhenti berolahraga dan hubungi
dokter .

Obat yang sering digunakan untuk mengobati nyeri punggung akut dan
kronis rendah. Nyeri yang efektif mungkin melibatkan kombinasi obat resep dan
obat over-the-counter. Pasien harus selalu memeriksa dengan dokter sebelum
mengambil obat untuk menghilangkan rasa sakit. Obat-obatan tertentu, bahkan
mereka dijual di atas meja, tidak aman selama kehamilan, mungkin bertentangan
dengan obat lain, dapat menyebabkan efek samping termasuk mengantuk, atau dapat
menyebabkan kerusakan hati. [7,8]

 Analgesik, termasuk obat anti-inflamasi non steroid (aspirin, naproxen, dan


ibuprofen), diambil secara lisan untuk mengurangi kekakuan, pembengkakan,
dan peradangan dan untuk meringankan sakit punggung ringan rendah
sampai sedang. Analgesik topikal juga dapat mengurangi peradangan dan
42
merangsang aliran darah. Pada setiap kerusakan sel akan menghasilkan
prostaglandin (PG) yang dapat menyebabkan rasa nyeri, OAINS bekerja
menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin terhambat. Banyak dari senyawa ini mengandung
salisilat, bahan yang sama ditemukan dalam obat nyeri oral yang
mengandung aspirin.

 AH-2, termasuk diantaranya adalah ranitidin yang berguna untuk


menghambat sekresi asam lambung. Penggunaan analgesik NSAID
menghambat enzim COX-1 memproduksi prostasiklin yang berfungsi untuk
melindungi mukosa lambung. Dengan demikian penghambatan sekresi asam
lambung membantu untuk melindungi mukosa lambung.

 Muscle Relaxan – Penggunaan pelemas otot perlu dipertimbangkan bila


pasien sudah diberi analgetik tapi tidak ada perbaikan. Beberapa spasmolytics
otot juga berpotensi adiktif dan memiliki potensi penyalahgunaan, agen
tradisional terutama lebih seperti diazepam, butalbital, dan fenobarbital.
Kategori dari relaksan otot termasuk kelompok heterogen obat yang beberapa
ahli membagi menjadi benzodiazepin dan nonbenzodiazepines.
Benzodiazepin mungkin cocok untuk keadaan kecemasan bersamaan, dan
dalam kasus-kasus, clonazepam harus dipertimbangkan untuk penggunaan
klinis. Clonazepam adalah benzodiazepin yang beroperasi melalui GABA-
dimediasi melalui mekanisme neuron internuncial dari sumsum tulang
belakang untuk memberikan relaksasi otot. Biasa dikombinasikan dengan
analgesik. Pertimbangkan tambahan relaksan otot tetapi hanya untuk jangka
pendek, mengingat bahaya ketergantungan.

 Beberapa antidepresan, antidepresan trisiklik (TCA) terutama seperti


amitriptyline dan desipramine, telah ditunjukkan untuk meredakan nyeri
(independen efeknya pada depresi) dan membantu tidur. Antidepresan
mengubah tingkat kimia otak untuk mengangkat suasana hati dan sinyal nyeri
tumpul. Mekanisme dugaan tindakan yang berkaitan dengan kapasitas TCA
„untuk memblokir penyerapan serotonergik, yang menghasilkan potensiasi
aktivitas sinaptik noradrenergik di batang otak-dorsal sistem SSP yang

43
nociceptive-modulasi tanduk.Juga, penelitian pada hewan menunjukkan
bahwa TCA dapat bertindak sebagai anestesi lokal dengan memblokir saluran
natrium di mana debit ektopik dihasilkan. Dua tinjauan sistematis
menemukan bahwa antidepresan mengurangi intensitas nyeri di LBP.

 Opioid seperti kodein, oxycodone, hydrocodone, dan morfin sering


diresepkan untuk mengatasi rasa sakit punggung yang parah akut dan kronis
tetapi harus digunakan hanya untuk waktu singkat dan di bawah pengawasan
dokter. Efek samping bisa termasuk rasa kantuk, penurunan waktu reaksi,
gangguan penilaian, dan potensi untuk kecanduan. Banyak ahli yakin bahwa
penggunaan kronis obat ini merugikan pasien sakit punggung, menambah
depresi dan bahkan meningkatkan rasa sakit.

Ketika sakit punggung tidak merespon pendekatan yang lebih konvensional,


pasien dapat mempertimbangkan pilihan berikut:

1. Acupuncture

2. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

3. Ultrasound

4. Surgery.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Setyohadi. Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Medan. Fakultas .


Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.

2. Snell, R. Anatomi Vertebrae. In Anatomi Klinik Dasar. Jakarta : EGC. 2010


3. Spinal Anethesia. Anatomy of Vertebrae. Available at :
http://www.nysora.com/regional_anesthesia/neuraxial_techniques/3119-
spinal_anesthesia.html . Access on July 26, 2013.
4. Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang.
Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004
5. Ullrich, PF. Low Back Pain Symptoms and Causes. Available at :
http://www.spine-health.com/conditions/lower-back-pain/lower-back-pain-
symptoms-and-causes. Access on July 26, 2013.
6. Low Back Pain Fact Sheet. Available at:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detail_backpain.htm. Access on
July 27, 2013.
7. Liebenson, C. Vleeming's active SLR test as a screen for lumbopelvic
dysfunction.Dynamic Chiropractic, Feb. 24, 2003.

8. Schofferman J, Mazanec D. Evidence-informed management of chronic low


back pain with opioid analgesics. Spine J. Jan-Feb 2008;8(1):185-94.

45

Anda mungkin juga menyukai