Disusun oleh:
Wanda Damayanti
030.11.306
Pembimbing:
dr. Hj. Siti Rahma, Sp. A
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan ridho-NYA
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Defisiensi Growth HORMONE.
Referat yang berjudul Defisiensi Gowth Hormone. ini bertujuan untuk mengetahui
tentang kelainan dan mengenali tanda-tanda terjadinya secara lebih luas melalui
definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, diagnosis,penatalaksanaan,
komplikasi, prognosis, dan pencegahan.
Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan
dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun
dalam ruang lingkup Tumbuh Kembang, khususnya yang berhubungan dengan referat
ini.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada seluruh pembimbing di
DepartemenAnak Rumah Sakit Daerah Umum Kota Bekasi, atas ilmu dan
bimbingannya selama ini, khususnya kepada dr. Hj. Siti Rahma, SpA. selaku
pembimbing dalam penyusunan referat ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, baru dimulai lebih
dari 270 tahun yang lalu sejak publikasi buku tentang pertumbuhan yang di tulis oleh
Johann Augustin Stoelller (1729) dengan judul Wachstum der Menschen in die Lange,
dalam buku ini tidak memuat ukuran-ukuran antropometri. Penelitian tentang
pertumbuhan yang sebenarnya baru dilaporkan pertama kali beberapa tahun setelah
itu dalam sebuah tesis doktoral oleh Christian Freidrich Jampert (1754). Jampert
mengukur dan mencatat tinggi badan, berat badan, dan dimensi lain pada anak laki-
laki dan perempuan di Royal Orphange Berlin dalam rangka menyelesaikan penelitian
belah lintang tentang pertumbuhan. Count Philibert Gueneau de Montebeillard (1759-
1777) melakukan penelitian longitudinal yang pertama pada tinggi badan dengan
mencatat tinggi badan anak laki-lakinya sejak lahir sampai usia 18 tahun. Catatan ini
digunakan secara luas dan dijadikan rujukan selama beberapa tahun.Sampai akhir
abad 19, buku teks pediatri hanya sedikit yang membahas tentang
pertumbuhan.Penelitian klinis tentang pertumbuhan semakin berkembang setelah
diperkenalkan endokrinologi pediatri sebagai salah satu sub spesialisasi dan diketahui
tentang defisiensi hormon pertumbuhan (GH).
a. Faktor keturunan
c. Penyebab intrinsik
Sebagian besar anak yang lahir SGA mengalami kejar tumbuh postnatal dan tinggi
badannya normal saat dewasa, tetapi kira-kira 10% diantaranya tidak mengalami kejar
tumbuh. Kelompok ini masih tetap pendek (tinggi kurang dari -2 SD) dan cenderung
mempunyai nafsu makan rendah, badan kurus, akselerasi maturasi tulang sejak masa
mid- childhood, pubertas relatif lebih awal, dan insiden intoleransi karbohidrat
meningkat.Dengan terapi GH menunjukkan perbaikan skor SD tinggi badan,
meskipun anak tersebut tidak menderita defisiensi GH. Sehingga FDA
merekomendasikan terapi GH pada anak SGA yang gagal mengalami kejar tumbuh
pada usia 2 tahun.
Perawakan pendek juga dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa sindroma
genetik. Sangat penting memasukkan data pertumbuhan anak pada kurva
pertumbuhan sesuai sindroma yang dideritanya, dengan memakai kurva yang tepat
kita dapat meperkirakan tinggi badan dewasa, selain itu bila terjadi penurunan
pertumbuhan pada kurva dapat secara dini mengidentifikasi masalah kesehatan yang
mendasari. Sebagai contoh, anak dengan trisomi 21 menderita perawakan pendek
akibat sindroma Down. (lihat gambar 1 dan 2). Angka kejadian tiroiditis pada anak
tersebut lebih tinggi. Bila anak tersebut terus diikuti pertumbuhannya menggunakan
kurva populasi umum maka dokter anak akan melihat bahwa anak tersebut tumbuh
dibawah kurva. Jika anak yang sama data pertumbuhannya dimasukkan dalam
kurva sindroma Down maka terlihat jelas bahwa anak tersebut turun dibawah
persentil. Grafik tersebut dapat menjadi petunjuk bahwa anak ini menderita tiroiditis,
karena fenotip hipotiroidisme dan sindroma Down saling tumpang tindih.
Sindroma Turner merupakan sindroma genetik dengan ciri gangguan
pertumbuhan akibat gangguan perkembangan tulang postnatal dan tidak ada tumbuh
kejar pubertas.Anak dengan sindroma Turner biasanya lahir dengan tinggi dan berat
badan -1 SD populasi normal.Kecepatan pertumbuhan pada 3 tahun pertama
kehidupan normal, selanjutnya mengalami penurunan secara bermakna (lihat gambar
3). Anak tersebut mengalami disgenesis gonad, bila tidak mendapat terapi pengganti
estrogen maka tidak akan terjadi tumbuh kejar pubertas yang merupakan efek
estrogen pada sekresi GH hipofisis.
Walaupun anak dengan sindroma Turner umumnya akan mengikuti pola
pertumbuhan sesuai dengan pola sindromanya, sifat genetik masih berpengaruh pada
pertumbuhannya. Oleh karena itu, persentil tinggi badan anak ini pada kurva
pertumbuhan masih berkorelasi dengan tinggi badan orang tuanya pada kurva
d. Penyakit sistemik
Diagnosis IBD lebih sulit ditegakkan, perawakan pendek bisa terjadi beberapa tahun
sebelum timbul keluhan klasik berupa nyeri abdomen, diare disertai darah, atau
manifestasi sistemik IBD lainnya.Perawakan pendek terjadi pada 50% anak pada saat
ditegakkan diagnosis.Perawakan pendek pada IBD dapat disebabkan oleh malabsorpsi
protein dan kalori, inflamasi yang terus berlangsung, resistensi GH, dan efek dari
pengobatan yang diberikan. Pada IBD kadar IGF-I serum rendah dan pasien dalam
keadaan katabolik sehingga seringkali sukar menegakkan diagnosis; pada anak yang
hanya dengan perawakan pendek diagnosis dapat keliru dengan defisiensi GH dan
mendapat terapi GH sebelum akhirnya gejala klasik saluran cerna muncul. Terapi
medis, operatif dan nutrisi yang optimal dapat memperbaiki pertumbuhan dan
meningkatkan kadar IGF-I pada pasien dengan penyakit Crohn, meskipun sebagian
pasien tetap mengalami kelambatan pertumbuhan. Laporan tentang kecukupan sekresi
GH pada pasien dengan penyakit Crohn masih kontroversial dan beberapa penelitian
yang mengevaluasi efektivitas terapi GH untuk meningkatkan pertumbuhan
memberikan hasil yang beragam.
Pubertas dini, terjadi akselerasi umur tulang, sehingga anak dengan pubertas dini
lebih tinggi dibandingkan usia kronologisnya, persentil tinggi badannya berada diatas
target tinggi badan orang tuanya. Karena terjadi akselerasi maturasi tulang maka
menyebabkan akhir pertumbuhan lebih dini. Jika pubertas mulai lebih awal atau
berjalan dalam waktu yang sangat cepat maka lempeng pertumbuhan menutup lebih
dini dan anak akan kehilangan pertumbuhan tinggi badan sebesar 5 cm / tahun. Hasil
akhirnya adalah anak pada awalnya tumbuh lebih tinggi, namun tinggi badan saat
dewasa lebih pendek dibanding potensi genetiknya.Terapi dengan agonist
gonadotropin-releasing hormon dapat menahan maturasi tulang sehingga umur tulang
bertambah sesuai dengan umur kronologis.
Defisiensi GH sangat jarang ditemukan, hanya 1 : 3500 anak usia 5 sampai 12 tahun.
GH tidak adekuat dapat karena GHD (insufisiensi hormonal) dan resistensi GH
(penurunan respon terhadap GH).GHD dibagi menjadi kongenital dan didapat.GHD
dapat terjadi akibat defisit hormon tunggal atau bagian dari disfungsi hormon
hipofisis anterior multipel.Karena gejala klinis muncul lambat, maka tidak semua
penyebab kongenital dapat terdiagnosis saat bayi.Namun, pada diagnosis banding
harus selalu dipikirkan penyebab kongenital dan akuisita.
C. DIAGNOSIS
Pola pertumbuhan anak perlu dicocokkan dengan pola pertumbuhan keluarga agar
mendapatkan interpretasi yang tepat.Riwayat keluarga dapat memberikan informasi
tentang keadaan yang diturunkan bila perawakan pendek merupakan tanda awal atau
satu-satunya gejala pada anak.Mengkaji semua sistem, termasuk sistem neurologi,
merupakan hal yang penting untuk menskrining berbagai keadaan seperti yang
disebutkan dalam diagnosis banding.Riwayat pertumbuhan gigi, seperti umur saat gigi
pertama erupsi dan umur saat gigi pertama hilang, juga dapat digunakan sebagai
informamsi tambahan.Riwayat pertumbuhan gigi dapat digunakan sebagai perkiraan
umur tulang anak yang menunjukkan maturasi tulang.
sehingga dalam pemeriksaan perlu ditekankan pada ahli radiologi agar memeriksa
kelenjar hipofisis secara lebih teliti.
D. EVALUASI
Akibat sulitnya menegakkan diagnosis GHD, maka untuk evaluasi sebaiknya
diserahkan pada ahli endokrinologi anak. Namun perlu ditekankan pada dokter yang
mengirim bahwa perawakan pendek yang terjadi bukan disebabkan oleh penyakit non
endokrinologi. Pada saat merujuk disarankan untuk menyertakan salinan grafik
pertumbuhan anak; grafik ini dapat memberikan banyak informasi.Selain itu juga
disarankan untuk menyertakan salinan hasil pemeriksaan laboratorium untuk
mencegah pemeriksaan yang tidak diperlukan.
Puncak sekresi GH yang tidak adekuat setelah stimulasi menunjukkan bahwa kelenjar
hipofisis tidak mampu mensintesis dan/atau melepaskan GH secara adekuat.Akan
tetapi jika lesi terjadi pada tingkat hipothalamus maka uji provokatif hasilnya tidak
dapat dipercaya.Kelenjar hipofisis normal mensekresi GH secara adekuat jika
dirangsang oleh bahan farmakologis eksogen, tetapi ekskresi GH sebenarnya pada
pasien ini tetap rendah akibat adanya gangguan penghantaran sinyal endogen.
Defisiensi GH sekunder ini disebut juga dengan GHD neurosekretori, dapat di uji
dengan mengukur kadar GH secara serial, setiap 20 menit sekali dari jam 20.00
sampai 08.00. Kontroversi masih tetap ada
mengenai apakah jumlah dan amplitudo puncak GH atau kadar GH dalam satu malam
dapat berperan sebagai marker GHD yang baik. Namun pengukuran dalam satu
malam merupakan prosedur invasif dan memerlukan perawatan di rumah sakit, serta
pengambilan sampel darah yang banyak untuk pemeriksaan GH dan tentunya
memerlukan biaya yang tidak sedikit.Dahulu pemeriksaan ini merupakan satu-satunya
uji untuk GHD.Sekarang test ini menjadi pilihan terakhir pada anak yang lolos uji
provokasi, tetapi secara klinis masih dicurigai GHD. Pengetahuan mengenai GHD
neurosekretori sangat penting karena pasien ini memberikan respon terhadap terapi
GH sehingga dapat mencapai tinggi badan yang memuaskan, sama seperti pasien
dengan GHD klasik. Sebaliknya, pada anak pendek dengan fungsi GH normal terapi
GH tidak dapat memperbaiki tinggi badan dewasa.
Tahap kedua adalah memastikan bahwa bila anak tersebut pendek tetapi
sehat.Terdapat tiga point utama yang dapat membantu.Point pertama adalah potensi
tinggi badan genetik berdasarkan tinggi badan orang tua.Jika anak pendek tapi masih
dalam rentang tinggi badan midparental disertai dengan kecepatan pertumbuhan yang
normal maka anak di diagnosa sebagai perawakan pendek familial dan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.Point kedua adalah umur tulang, karena dapat
membantu memperkirakan tinggi badan dewasa.Sebagian besar endokrinopati dan
penyakit sistemik yang mengganggu pertumbuhan biasanya menyebabkan
keterlambatan umur tulang.Jika umur tulang terlambat masih dalam rentang 2 SD dan
perkiraan tinggi badan dewasa sesuai dengan tinggi badan midparental, maka anak
lebih cenderung menderita terlambat tumbuh konstitusional. Kecepatan pertumbuhan
yang normal menunjukkan bahwa tidak ada proses penyakit yang dapat menghambat
pertumbuhan linier anak. Point ketiga membedakan antara gangguan pertumbuhan
linier primer dengan pertambahan berat badan yang tak adekuat.Anak kadang bisa
mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.Mengkaji kurva
pertumbuhan anak sebelumnya sangat penting jika penurunan pertambahan berat
badan terjadi sebelum penurunan pertumbuhan linier.Jika terdapat keadaan seperti ini
maka pemeriksaan selanjutnya ditekankan pada masalah gizi. Dalam kasus ini
selanjutnya ditentukan apakah anak menderita nutritional dwarfing.
Bila anak perkiraan tinggi badan akhirnya dibawah tinggi badan midparental dan atau
kecepatan pertumbuhan yang rendah maka harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati.Fungsi tiroid harus di evaluasi.Karena sulitnya menegakkan diagnosis
GHD maka pasien sebaiknya dirujuk pada ahli endokrinologi anak.
F. TERAPI
Terapi disesuaikan penyebab yang mendasari. Kadang hanya diperlukan edukasi dan
pemberian pengertian yang benar, antara lain pada kasus perawakan pendek familial
atau konstitusional. Terapi nutrisi dan sistemik telah dijelaskan sebelumnya.Terapi
untuk endokrinopati dibahas diatas, disini ditekankan terapi GH.
Terapi GH untuk GHD pada anak pendek telah dilakukan sejak tahun 1960. Dari
tahun 1963 1985, National Hormone and Pituitary Program (NHPP) of The National
Institute of Health (NIH) memberikan GH dari kadaver manusia pada sekitar 8000
anak di Amerika dan di seluruh dunia. Program ini dihentikan pada tahun 1985,
karena 3 anak yang mendapat GH meninggal akibat penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)
suatu penyakit neurodegeneratif. Pada follow up tahun 1999, kematian akibat CJD di
Amerika Serikat bertambah menjadi 22 dan 6 kematian lainnya diseluruh dunia.
Ditemukan juga 62 kasus CJD di Prancis, 32 kasus di Inggris, 1 di Belanda dan 1 di
Australia.
Pada waktu yang sama NHPP ditutup, perkembangan teknik biologi molekuler
memungkinkan untuk memproduksi rekombinan human GH (rhGH). Gen GH
manusia di klon kedalam bakteri nonpatogen sehingga dapat memproduksi GH secara
massal. Semua produk rhGH yang ada dipasaran saat ini dibuat dengan teknik
tersebut dan teknik tersebut menghasilkan peptida yang identik dengan struktur
isoform GH endogen yang beredar dalam sirkulasi.Setelah kasus CJD yang
menakutkan, peredaran rhGH dimonitor secara ketat dan didapatkan bahwa rhGH
terbukti mempunyai efek samping yang minimal pada lebih dari 110.000 pasien yang
diberikan obat ini. Peningkatan tekanan intrakranial ringan dilaporkan terjadi pada
0,07 1,6 / 1000 pasien yang mendapat terapi rhGH untuk GHD idiopatik;
peningkatan tekanan intrakranial tersebut akan membaik dengan menghentikan terapi
rhGH. Efek samping lainnya akibat fenomena pergeseran cairan adalah edema perifer,
dimana fenomena ini merupakan penyebab terbanyak
sindroma karpal tunnel pada orang dewasa yang diberikan dosis rhGH pediatrik.
Akhirnya, sekarang ini untuk terapi pengganti rhGH pada GHD orang dewasa,
dosisnya diturunkan lebih rendah dari dosis pediatrik, sehingga efek samping
sindroma karpal tunnel jauh berkurang.Karena rhGH mempercepat pertumbuhan,
maka dapat terjadi skoliosis dan pergeseran epifisis kaput femoris (SCFE) seperti
yang dapat terjadi pada tumbuh kejar pubertas normal.Ginekomastia dilaporkan
terjadi pada beberapa anak laki- laki yang mendapat rhGH, dan pada anak dengan
nevus cenderung mengalami peningkatan jumlah dan ukuran nevus tetapi tidak terjadi
transformasi maligna.Karena GH adalah hormon insulin counterregulator, maka
terapi dengan rhGH dapat meningkatkan resistensi terhadap insulin.Sebagian besar
anak tetap euglikemia dengan cara kompensasi meningkatkan produksi
insulin.Terakhir yang menjadi perhatian utama adalah karena pemberiannya dalam
jangka panjang mungkin dapat meningkatkan insiden kanker. Namun data yang ada
menunjukkan bahwa insiden kanker sama dengan insiden pada populasi normal. Yang
harus diperhatikan adalah bahwa sebagian besar anak yang menderita kanker setelah
mendapat terapi rhGH, sebelumnya sudah mempunyai faktor predisposisi adanya
keganasan. Beberapa penelitian case-control menunjukkan bahwa risiko kanker
(seperti kanker prostat, paru, kolorektal) lebih tinggi pada individu dengan kadar IGF-
I dalam serum yang tinggi, kadar IGFBP-3 yang tinggi dikaitan dengan risiko kanker
yang rendah. Hubungan tersebut tidak terbukti kausatif, dan hubungan antara kadar
IGF-I di sirkulasi dengan IGF-I lokal dalam karsinogenesis masih belum jelas. Terapi
rhGH akan meningkatkan kadar IGF-I dan IGFBP-3 dalam sirkulasi. Demi keamanan
menggunakan rhGH maka kadar IGF-I dan IGFBP-3 sebaiknya diperiksa secara rutin
dan dosis rhGH harus di titrasi untuk mencegah kadar IGF-I yang berlebihan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Allen DB, Fost N. hGH for short stature: ethical issues raised by expanded access. J
Pediatr 2004;144: 64852.
Allen DB. Growth Hormone Therapy for Short Stature: Is the Benefit Worth the
Burden?. Pediatrics. 2006;118: 343-8
Arya AD. Small for Gestation and Growth Hormone Therapy. Indian J Pediatr 2006;
73: 73-8
Bajpai A, Menon PSN. Insulin like Growth Factors Axis and Growth Disorders.
Indian J Pediatr 2006; 73: 67-71
Cohen P, Rogol AD, Howard CP, Bright GM, Kappelgaard Anne-Marie, Rosenfeld
RG. Insulin Growth Factor-Based Dosing of Growth Hormone Therapy in Children:
A Randomized, Controlled Study. J Clin Endocrinol Metab.2007; 92: 24806.
Joshi S. Approach to a child with short stature. Pediatric on call child heath
care.http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/diseasesandcondition/approach_to_sho
rtstature .asp
Lee PA, Kendig JW, Kerrigan JR. Persistent Short Stature, Other Potential Outcomes,
and the Effect of Growth Hormone Treatment in Children Who Are Born Small for
Gestational Age. Pediatrics. 2003; 112: 150-62.
Presutti RJ, Cangemi JR, Cassidy HD, Hill DA. Celiac Disease. Am Fam Physician.
2007;76:1795-1802
Wheeler PG, Bresnahan K, Shephard BA, Lau J, Balk EM. Short Stature and
Functional Impairment. Arch Pediatr Adolesc Med. 2004;158: 236-43.