Disusun Oleh:
Yogi Adhitya Arganatha – 112018074
Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Rachmadhi Purwana, SKM
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih. Hampir semua
consensus/pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Pengukuran
tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar British Society of Hypertension mengunakan
alat sphygmomanometer air raksa, digital atau anaeroid yang telah ditera.1,3,4
Klasifikasi hipertensi yang didiagnosis dengan merujuk klasifikasi Joint National
Committee VII (JNC VII), yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1. Dan
klasifikasi terbaru saat ini dengan merujuk klasifikasi Joint National Committee VIII (JNC
VIII) yang dapat dilihat pada tabel 2, dimana klasifikasi hipertensi tersebut berdasarkan usia
dan penyakit komorbid.5,6
3
di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25 % terhadap total penduduk. WHO juga
memperkirakan 1 di antara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah
ini lebih besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 di antara 4.1,2
Di Indonesia hipertensi masih merupakan tantangan besar dan merupakan kondisi
yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan prevalensi sebesar 34,11%
pada penduduk berusia > 18 tahun sesuai dengan data Riskesdas 2018, naik sebesar 8,31 %
dibanding data Riskesdas 2013 yaitu 25,8 %. Dengan provinsi tertinggi yaitu Kalimantan
Selatan dengan prevalensi 44,13 % dan provinsi terendah yaitu Papua dengan prevalensi
22,22 %.1,2
Sakit kepala
Pusing
Jantung berdebar-debar
Penglihatan kabur
Kelelahan
Telinga berdenging.1,7
4
Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan
diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program
seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.4
5
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi
dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2 gr/ hari.4
Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60 menit/hari, minimal 3
hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin
mereka di tempat kerjanya.4
Mengurangi konsumsi alkohol
Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di Negara
kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.4
Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular dikarenakan merokok dapat merusak sel endothel pembuluh
darah, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.4,8
2.5.2 Medikamentosa
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek
samping, yaitu :4
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
6
Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia 55–80
tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs)
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.4
Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Hipertensi Berdasarkan the American Society of Hypertension and
the International Society of Hypertension 2013.4
2.6 Pencegahan Hipertensi
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
tindakan pencegahan dikarenakan hipertensi dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan
stroke. Jadi penting untuk menurunkan faktor risiko. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan meliputi:7,8
Hindari merokok
7
2.7 Prognosis Hipertensi
Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai.
Prognosis hipertensi bergantung pada:7
Hipertensi dapat menyebabkan prognosis yang buruk meskipun tidak memiliki gejala.
Ketika hipertensi ditangani dengan adekuat, prognosisnya jauh lebih baik. Perubahan gaya
hidup dan obat-obatan dapat mengontrol hipertensi.7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Laporan Kasus
3.1.1 Identitas Pasien
Anamnesis :Autoanamnesis
8
Sakit kepala sejak tiga hari yang lalu.
9
3.1.9 Riwayat Hubungan dengan Keluarga
Suami pasien telah meninggal dikarenakan penyakit jantung. Saat ini pasien tinggal
bersama 1 anak laki-laki berusia 37 tahun, 1 menantu perempuan berusia 34 tahun,
dan 1 cucu laki-laki berusia 11 tahun. Hubungan pasien terhadap anak, menantu, dan
cucunya baik.
3.4 Diagnosis
Hipertensi Derajat 2
10
b. Spesific protection: Edukasi khusus untuk pasien hipertensi harus membatasi jumlah
natrium (garam) dalam makanan dan meningkatkan jumlah kalium dalam makanan.
Penting juga untuk makan makanan yang rendah lemak, serta banyak buah-buahan,
sayuran, meningkatkan aktivitas fisik, dan pertahankan berat badan ideal.
c. Early diagnosis and prompt treatment: Edukasi pasien agar rutin minum obat yang
diberikan oleh dokter dan rutin periksa tekanan darah di fasilitas kesehatan untuk
memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol, selain itu juga bertujuan
mendeteksi adanya tanda-tanda kerusakan organ target dan komplikasi akibat
hipertensi tersebut.
3.6 Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : bonam
11
Pasien Ny. SH adalah kepala keluarga. Suami Ny. SH telah meninggal
dikarenakan penyakit jantung. Ny. SH tinggal bersama anak laki-lakinya,
menantu, dan satu cucu laki-laki. Ny. SH hanya memiliki satu orang anak.
Saat ini pekerjaan Ny. SH adalah ibu rumah tangga dan anaknya bekerja
sebagai karyawan swasta. Kedua orang tua pasien diketahui telah meninggal
dikarenakan sakit yang tidak diketahui oleh pasien.
3.7.3 Genogram
Keterangan:
12
- : Keluarga Ny. SH
- : Laki-laki meninggal dunia
- : Laki-laki normal
- : Perempuan meninggal dunia
- : Perempuan sakit hipertensi
- : Perempuan normal
a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Single Parent Family yaitu keluarga yang terdiri dari
ibu dan dua anaknya, menantu, dan cucu. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas
di rumah dari pagi hari pukul 05.00 sampai 12.00, setelahnya pasien istirahat.
13
Tempat bermain : tidak ada
Penerangan listrik : 900 VA listrik 900 VA. Air PDAM sebagai
sarana air bersih keluarga. Dan
Penerangan matahari : kurang memadai
Ketersediaan air bersih : PDAM
Sumber Air minum : Air galon
Tempat pembuangan sampah : ada didalam
rumah dan diluar rumah (petugas
kebersihan mengambil sampah setiap hari)
14
Menu siang: nasi – ayam goreng – tumis kacang – sambal – air putih
Menu malam: nasi – ayam goreng – sambal – air putih
Hari Ketiga
Menu pagi: nasi – ikan asin goreng – sayur bayam – sambal – air putih
Menu siang: nasi – ikan asin goreng – sayur bayam – sambal – air putih
Menu malam: nasi goreng – air putih
Hari Keempat
Menu pagi: nasi – telur kecap – sayur bayam – air putih
Menu siang: nasi – telur kecap – sayur bayam – air putih
Menu malam: nasi – telur kecap – air putih
Hari Kelima
Menu pagi: nasi – ikan asin – sayur labu - tahu – air putih
Menu siang: nasi – ikan asin – sayur labu - tahu – air putih
Menu malam: nasi – ikan asin – sayur labu – air putih
Hari Keenam
Menu pagi: nasi – telur balado – sayur kacang – tempe – air putih
Menu siang: nasi – telur balado – sayur kacang – air putih
Menu malam: nasi – telur balado – air putih
Hari Ketujuh
Menu pagi: nasi goreng – telur ceplok – teh tawar hangat
Menu siang: nasi – telur dadar – sayur bayam – tahu – sambal – teh tawar
Menu malam: nasi – telur dadar – sayur bayam – sambal – air teh tawar
15
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan
oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga, antara lain:
- Adaptation : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaki
emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
menghadapi masalah
16
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan cara-cara keluarga
√
saya membahas serta membagi masalah
dengan saya
3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan √
Dari tabel APGAR diatas total skor 9 yang menunjukkan fungsi keluarga Ny. SH sehat.
3.9 Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
- Social
Hubungan pasien baik dengan tetangga sekitar.
- Cultural
Pasien adalah orang Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi. Pasien sangat
menyukai lauk ikan asin dan telur sebagai makanan pendampingnya sehingga
konsumsi natirum (garam) dan kolesterol harian pasien melebihi batas yang
dianjurkan.
- Religious
Keluarga pasien taat beribadah shalat 5 waktu.
- Economy
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi sekarang hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan cucu pasien.
17
- Education
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA.
- Medication
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari fasilitas
kesehatan pemerintah yaitu puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.
BAB IV
ANALISIS KASUS
18
kurang untuk dihuni oleh 4 anggota keluarga, sehingga rumah terlalu padat, hal tersebut
berdampak kurang baik terhadap kesehatan penghuninya. karena rentan mentransmisikan
penyakit infeksi jika salah satu anggota keluarga terkena. Untuk ventilasi rumah pasien
termasuk buruk sehingga sirkulasi pertukaran udara kurang baik. Ventilasi yang ada di
tempat tinggal bertujuan untuk menjaga kelembaban ruangan dan menjaga sirkulasi
pertukaran udara tetap baik yang bertujuan untuk mencegah bakteri dan virus patogen
berkembang biak. Untuk akses sinar matahari dirumah pasien termasuk buruk. Jamban
dan tempat mandi pasien memiliki kebersihan yang baik. Untuk dapur pasien bersih
namun ukurannya kurang luas.
Lingkungan rumah pasien tidak pernah banjir, namun lingkungan tempat tinggal
pasien sangat padat penduduk, sehingga rentan terjadi penularan penyakit apabila salah
seorang warganya terkena penyakit infeksi. Untuk sistem kebersihan dan akses
pembuangan sampah, setiap hari terdapat petugas kebersihan yang akan menangani
sampah di lingkungan rumah pasien. Ketersediaan air untuk mandi dan mencuci berasal
dari PDAM, untuk air minumnya menggunakan air galon isi ulang. Secara keseluruhan
kebersihan rumah pasien di dalam maupun di luar rumah pasien sudah cukup baik.
Kesimpulannya kriteria rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat
dimana salah satu syaratnya adalah memiliki ventilasi dan akses sinar matahari yang
memadai dan luas rumah pasien termasuk kurang luas untuk dihuni 4 orang anggota
keluarga.
4.3 Faktor Genetik
Adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi dan penyakit jantung yaitu
suami pasien merupakan faktor risiko bagi anak dan cucu pasien. Dikarenakan genetik
merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang
untuk menderita hipertensi dan penyakit jantung.
19
membatasi konsumsi garam harian sesuai rekomendasi WHO yaitu 2.400 mg atau sekitar
1 sendok teh garam perhari. Pasien juga disarakan untuk mengkonsumsi makanan kaya
serat seperti sayuran dan buah-buahan.
Anjuran untuk anak pasien beserta anggota keluarga lainnya agar rutin pemeriksaan
tekanan darah ke fasilitas kesehatan yang bertujuan mendeteksi sedini mungkin terhadap
risiko terjadinya hipertensi dikarenakan mempunyai faktor risiko genetik. Yang terakhir
anjurkan pola hidup sehat seperti olahraga, kurangi konsumsi garam, jaga kebersihan diri
dan tempat tinggal.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien dan setelah melakukan anamnesis beserta
pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien yaitu 165/100 mmHg. Dua bulan
sebelumnya pasien didiagnosa dokter puskesmas dengan hipertensi derajat 2 dan pasien
diberikan obat amlodipine dan captopril. Faktor risiko utama pada pasien yaitu pola hidup
pasien yang kurang baik yaitu sering mengkonsumsi makan tinggi garam melebihi batas
anjuran harian, jarang olahraga atau aktivitas fisik, dan pasien juga tidak rutin minum obat
yang diberikan dokter. Dilihat dari rumah pasien, belum memenuhi kriteria rumah sehat
karena memiliki ventilasi dan akses sinar matahari yang kurang memadai dan luas rumah
pasien termasuk kurang luas untuk dihuni 4 orang anggota keluarga.
Hipertensi ialah meningkatnya tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
20
mmHg. Penatalaksanaan yang baik dalam kasus hipertensi diperlukan pendekatan
berorientasi pasien dan keluarga. Peran penting pasien sendiri dan keluarga dapat mengontrol
faktor risiko penyebab hipertensi dan dapat menunjang pengobatan yang maksimal.
Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Infodatin Hipertensi si Pembunuh Senyap. Jakarta: Pusdatin; 2019. h.1-
3.
2. Kemenkes RI. Infodatin Mencegah dan Mengontrol Hipertensi . Jakarta: Pusdatin;
2014. h.2-4.
3. Nuraini B. Faktor Risiko Hipertensi. Bandar Lampung: FK UNILA; 2015. h.1-2.
4. PERKI INA Heart Association. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI; 2015. h.5-16.
5. Martin J. Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7 Recommendations. US: The
Journal of Lancaster General Hospital; 2008.p.2.
6. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.
Jakarta: Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2016. h.3,5.
7. Harvard Medical School. High Blood Pressure (Hypertension). US: Harvard Health
Publishing; 2018.p.2,4,6.
21
8. Messner B, Bernhard D. Smoking and Cardiovascular Disease Mechanisms of
Endothelial Dysfunction and Early Atherogenesis. Cardiac Surgery Research
Laboratory, Department of Surgery, Medical University of Vienna; Austria:
2013.p.1.
Lampiran
22
23
Gambar Ruang Tamu Ny. SH
1. Bagian ruang tamu sangat kecil
2. Jendela hanya satu bagian.
3. Ruang tamu tampak kurang rapi