Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS DENGAN PENDEKATAN PELAYANAN

KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PASIEN HIPERTENSI

Disusun Oleh:
Yogi Adhitya Arganatha – 112018074

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Rachmadhi Purwana, SKM

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PERIODE 14 SEPTEMBER – 21 NOVEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian di dunia. Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO)
mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22 % dari total
penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang
melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Di Indonesia
hipertensi masih merupakan tantangan besar dan merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan prevalensi sebesar 34,11% pada
penduduk berusia > 18 tahun sesuai dengan data Riskesdas 2018, naik sebesar 8,31 %
dibanding data Riskesdas 2013 yaitu 25,8 %.1,2
Hipertensi menjadi ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu
mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal. Penegakkan diagnosa dapat dilakukan melalui pengukuran tekanan darah oleh
tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh
tenaga kesehatan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi


Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh
darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut
dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan
diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah

2
dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih. Hampir semua
consensus/pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Pengukuran
tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar British Society of Hypertension mengunakan
alat sphygmomanometer air raksa, digital atau anaeroid yang telah ditera.1,3,4
Klasifikasi hipertensi yang didiagnosis dengan merujuk klasifikasi Joint National
Committee VII (JNC VII), yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1. Dan
klasifikasi terbaru saat ini dengan merujuk klasifikasi Joint National Committee VIII (JNC
VIII) yang dapat dilihat pada tabel 2, dimana klasifikasi hipertensi tersebut berdasarkan usia
dan penyakit komorbid.5,6

Tabel 1. Classification of blood pressure for adults in JNC-VII 5

Category Systolic Blood Pressure Diastolic Blood Pressure


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hypertension 120-139 80-89
Stage 1 hypertension 140-159 90-99
Stage 2 hypertension >160 >100

Tabel 2. Classification of blood pressure for adults in JNC-VIII 6

Patient Subgroup Target SBP Target DBP


(mmHg) (mmHg)
≥60 years <150 <90
<60 years <140 <90
≥18 years with CKD <140 <90
≥18 years with diabetes <140 <90

2.2 Epidemiologi Hipertensi


Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) mengestimasikan saat
ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22 % dari total penduduk dunia. Wilayah
Afrika memilik prevalensi hipertensi tertinggi di dunia sebesar 27 %. Asia Tenggara berada

3
di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25 % terhadap total penduduk. WHO juga
memperkirakan 1 di antara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah
ini lebih besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 di antara 4.1,2
Di Indonesia hipertensi masih merupakan tantangan besar dan merupakan kondisi
yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan prevalensi sebesar 34,11%
pada penduduk berusia > 18 tahun sesuai dengan data Riskesdas 2018, naik sebesar 8,31 %
dibanding data Riskesdas 2013 yaitu 25,8 %. Dengan provinsi tertinggi yaitu Kalimantan
Selatan dengan prevalensi 44,13 % dan provinsi terendah yaitu Papua dengan prevalensi
22,22 %.1,2

2.3 Etiologi Hipertensi


a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi
pada sekitar 90% penderita hipertensi.2
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya dapat ditentukan melalui tanda-tanda di
antaranya kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan hipertensi pada kehamilan.1,2

2.4 Gejala Hipertensi

Biasanya hipertensi tidak langsung menimbulkan gejala. Tekanan darah yang sangat


tinggi dapat menyebabkan:1,7

 Sakit kepala

 Pusing

 Jantung berdebar-debar

 Penglihatan kabur

 Kelelahan

 Telinga berdenging.1,7

2.5 Diagnosis Hipertensi

4
Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan
diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program
seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.4

Gambar 1. Algoritma Diagnosis Hipertensi Berdasarkan The Canadian


Recommendation for The Management of Hypertension 2014.4
2.5 Tatalaksana Hipertensi

2.5.1 Non Medikamentosa


Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah,
dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang
harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak
didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.4
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah:4
 Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,
seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.4
 Mengurangi asupan garam

5
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi
dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan
garam tidak melebihi 2 gr/ hari.4
 Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60 menit/hari, minimal 3
hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin
mereka di tempat kerjanya.4
 Mengurangi konsumsi alkohol
Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di Negara
kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.4
 Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular dikarenakan merokok dapat merusak sel endothel pembuluh
darah, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.4,8
2.5.2 Medikamentosa

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek
samping, yaitu :4
 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
 Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

6
 Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia 55–80
tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
 Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs)
 Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.4

Algoritma tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines


memiliki persamaan prinsip, dan gambar 2 dibawah ini adalah algoritma tatalaksana
hipertensi secara umum, yang dikutip dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension 2013.4

Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Hipertensi Berdasarkan the American Society of Hypertension and
the International Society of Hypertension 2013.4
2.6 Pencegahan Hipertensi
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
tindakan pencegahan dikarenakan hipertensi dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan
stroke. Jadi penting untuk menurunkan faktor risiko. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan meliputi:7,8

 Lakukan olahraga aerobik secara teratur

 Batasi asupan garam dan minuman beralkohol

 Makan makanan yang kaya serat dan rendah lemak jenuh

 Hindari merokok

 Pertahankan berat badan yang diinginkan

 Hindari minuman beralkohol

 Kurangi kolesterol LDL yang tinggi.7,8

7
2.7 Prognosis Hipertensi

Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai.
Prognosis hipertensi bergantung pada:7

 Berapa lama penderita mengidap hipertensi

 Seberapa parah (derajat hipertensi)

 Penderita mempunyai komorbid seperti DM

Hipertensi dapat menyebabkan prognosis yang buruk meskipun tidak memiliki gejala.
Ketika hipertensi ditangani dengan adekuat, prognosisnya jauh lebih baik. Perubahan gaya
hidup dan obat-obatan dapat mengontrol hipertensi.7

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Laporan Kasus
3.1.1 Identitas Pasien

Nama Penderita : Ny. SH

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 16 Juli 1964 (56 tahun)


Alamat : Jl. Rambutan Barat IV no.14 Rt 10 Rw 04, Jakarta
Barat.

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Pemeriksaan : 07 Oktober 2020

Anamnesis :Autoanamnesis

3.1.2 Keluhan Utama

8
Sakit kepala sejak tiga hari yang lalu.

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien perempuan berusia 56 tahun mengeluh sakit kepala. Keluhan sudah
dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Dua bulan sebelumnya pasien ke puskesmas untuk
berobat dengan keluhan yang sama dan oleh dokter dilakukan pemeriksaan fisik,
didapatkan tekanan darah pasien 170/100 mmHg. Kemudian pasien diberikan obat
dan disarankan untuk kontrol. Pasien mengaku tidak rutin minum obat dari puskesmas
tersebut.
Dalam kesehariannya pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan tinggi
garam seperti ikan asin dan pasien juga jarang berolahraga. Keluhan lain seperti mual,
muntah, penglihatan berbayang, telinga berdenging, jantung berdebar-debar disangkal
oleh pasien. BAB dan BAK dalam batas normal.

3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada.

3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Suami pasien meninggal sejak 7 tahun yang lalu dengan riwayat penyakit jantung dan
riwayat hipertensi.

3.1.6 Riwayat Alergi


Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, minuman,
cuaca dingin, dan debu.

3.1.7 Riwayat Pengobatan


Saat ini pasien mengkonsumsi captopril 25 mg/hari dan amlodipine 5 mg/hari dari
puskesmas.

3.1.8 Riwayat Pribadi dan Sosial


Pola makan pasien teratur. Makanan yang dimakan cukup bervariasi dan pasien makan
makanan yang sebagian besar dimasak sendiri di rumah. Sebelumnya pasien sering
mengkonsumsi makanan tinggi garam seperti ikan asin.

9
3.1.9 Riwayat Hubungan dengan Keluarga
Suami pasien telah meninggal dikarenakan penyakit jantung. Saat ini pasien tinggal
bersama 1 anak laki-laki berusia 37 tahun, 1 menantu perempuan berusia 34 tahun,
dan 1 cucu laki-laki berusia 11 tahun. Hubungan pasien terhadap anak, menantu, dan
cucunya baik.

3.2 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
 Tekanan Darah : 165 / 100 mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 Pernapasan : 20 x/menit
 Berat Badan : 67 kg
 Tinggi Badan : 155 cm
 IMT : 27.9 kg/m2 (Pre Obesitas)

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan.
Dianjurkan untuk periksa darah rutin, elektrokardiogram, urinalisis, fasting glucose,
LDL, HDL, trigliserida, kolesterol total, dan fungsi ginjal (urea dan kreatinin).

3.4 Diagnosis
Hipertensi Derajat 2

3.5 Penatalaksanaan Awal dan Edukasi

a. Health promotion: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit hipertensi,


tentang faktor resiko, gejala, serta cara pencegahan seperti olahraga teratur, batasi
asupan garam, makan makanan yang kaya serat dan rendah lemak jenuh, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal pasien.

10
b. Spesific protection: Edukasi khusus untuk pasien hipertensi harus membatasi jumlah
natrium (garam) dalam makanan dan meningkatkan jumlah kalium dalam makanan.
Penting juga untuk makan makanan yang rendah lemak, serta banyak buah-buahan,
sayuran, meningkatkan aktivitas fisik, dan pertahankan berat badan ideal.
c. Early diagnosis and prompt treatment: Edukasi pasien agar rutin minum obat yang
diberikan oleh dokter dan rutin periksa tekanan darah di fasilitas kesehatan untuk
memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol, selain itu juga bertujuan
mendeteksi adanya tanda-tanda kerusakan organ target dan komplikasi akibat
hipertensi tersebut.

d. Disability Limitation: Pengobatan dan perawatan yang sempurna dilakukan untuk


mencegah terjadinya komplikasi yang dapat menyebabkan disabilitas seperti stroke,
penyakit jantung koroner, dan penyakit ginjal. Bila telah terjadi disabilitas,
diusahakan agar seminimal mungkin agar kualitas hidup pasien tetap baik.

e. Rehabilitation:Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada


mempertahankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup
berat. Pada pasien saya belum perlu dilakukan tindakan rehabilitatif selain
pemeriksaan tekanan darah teratur ke fasilitas kesehatan untuk memastikan tekanan
darah dalam batas terkontrol dan untuk pencegahan komplikasi akibat hipertensi
tersebut.

3.6 Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : bonam

3.7 Pendekatan Holistik


3.7.1 Profil Keluarga

11
Pasien Ny. SH adalah kepala keluarga. Suami Ny. SH telah meninggal
dikarenakan penyakit jantung. Ny. SH tinggal bersama anak laki-lakinya,
menantu, dan satu cucu laki-laki. Ny. SH hanya memiliki satu orang anak.
Saat ini pekerjaan Ny. SH adalah ibu rumah tangga dan anaknya bekerja
sebagai karyawan swasta. Kedua orang tua pasien diketahui telah meninggal
dikarenakan sakit yang tidak diketahui oleh pasien.

3.7.2 Karakteristik Demografi Keluarga

- Identitas kepala keluarga : Ny. SH

- Identitas pasangan : Tn. M


- Alamat : Jl. Rambutan Barat IV no.14 Rt 10 Rw 04,
Jakbar.

Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah


Hubungan Jenis Keadaan
No Nama Umur Pekerjaan Agama Imunisasi
dengan pasien Kelamin Kesehatan
1 H Anak L 37 Karyawan Islam Sehat -
2 S Menantu P 34 IRT Islam Sehat -
3 FN Cucu L 11 Pelajar Islam Sehat Lengkap

3.7.3 Genogram

Keterangan:

12
- : Keluarga Ny. SH
- : Laki-laki meninggal dunia
- : Laki-laki normal
- : Perempuan meninggal dunia
- : Perempuan sakit hipertensi
- : Perempuan normal

a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Single Parent Family yaitu keluarga yang terdiri dari
ibu dan dua anaknya, menantu, dan cucu. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas
di rumah dari pagi hari pukul 05.00 sampai 12.00, setelahnya pasien istirahat.

b. Hubungan Anggota Keluarga


Hubungan antara Ny. SH dan anggota keluarga baik, mereka sering berkumpul
dan berkomunikasi.

3.7.4 Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


Keadaan rumah pasien di Jl. Rambutan Barat IV no.14 Rt 10 Rw 04
Status kepemilikan rumah: Milik Sendiri

Daerah perumahan : Padat


Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 10 x 3 m2 (1 lantai) Keluarga Ny. SH tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 milik sendiri. Ny. SH tinggal dalam
orang rumah yang relatif kecil dengan
Luas halaman rumah : 3 x 2 m2 lingkungan rumah yang padat
Lantai rumah dari : keramik dengan ventilasi udara dan cahaya
Dinding rumah dari : Beton semen
yang kurang memadai dan dihuni
Ventilasi udara : kurang memadai oleh 4 orang. Dengan penerangan
Jamban keluarga : 1 buah

13
Tempat bermain : tidak ada
Penerangan listrik : 900 VA listrik 900 VA. Air PDAM sebagai
sarana air bersih keluarga. Dan
Penerangan matahari : kurang memadai
Ketersediaan air bersih : PDAM
Sumber Air minum : Air galon
Tempat pembuangan sampah : ada didalam
rumah dan diluar rumah (petugas
kebersihan mengambil sampah setiap hari)

3.7.5 Kepemilikan Barang-barang Berharga


Keluarga Ny. SH memiliki beberapa barang berharga antara lain, satu buah rice
cooker, dua buah kipas angin yang terletak di kamar, sebuah televisi, sebuah mesin
cuci, dan satu buah sepeda motor milik anak Ny. SH.

3.7.6 Penilaian Perilaku Kesehatan


- Jenis tempat berobat : Puskesmas
- Asuransi/Jaminan Kesehatan : BPJS

3.7.7 Pola Konsumsi Keluarga


Menu makanan sehari-hari keluarga Ny. SH bervariasi. Menu makanan yang biasa
dihidangkan oleh Ny. SH terdiri dari nasi, sayur, dan lauk yang digoreng yang
biasanya dimasak sendiri oleh Ny. SH beserta menantu. Lauk yang dikonsumsi cukup
bervariasi seperti ikan asin, telur, tahu, tempe, ayam. Sayur yang dikonsumsi juga
cukup bervariasi antara lain, kacang panjang, toge, bayam, labu yang direbus ataupun
ditumis. Keluarga Ny. SH jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pola makan keluarga
Ny. SH tiga kali per hari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan malam.
Hari Pertama
Menu pagi: nasi – telur dadar – tumis toge – tempe – air putih
Menu siang: nasi – telur dadar – tumis toge - tempe – air putih
Menu malam: nasi – telur dadar – tumis kangkung – air putih
Hari Kedua
Menu pagi: nasi – ayam goreng – tumis kacang – sambal – air putih

14
Menu siang: nasi – ayam goreng – tumis kacang – sambal – air putih
Menu malam: nasi – ayam goreng – sambal – air putih
Hari Ketiga
Menu pagi: nasi – ikan asin goreng – sayur bayam – sambal – air putih
Menu siang: nasi – ikan asin goreng – sayur bayam – sambal – air putih
Menu malam: nasi goreng – air putih
Hari Keempat
Menu pagi: nasi – telur kecap – sayur bayam – air putih
Menu siang: nasi – telur kecap – sayur bayam – air putih
Menu malam: nasi – telur kecap – air putih
Hari Kelima
Menu pagi: nasi – ikan asin – sayur labu - tahu – air putih
Menu siang: nasi – ikan asin – sayur labu - tahu – air putih
Menu malam: nasi – ikan asin – sayur labu – air putih
Hari Keenam
Menu pagi: nasi – telur balado – sayur kacang – tempe – air putih
Menu siang: nasi – telur balado – sayur kacang – air putih
Menu malam: nasi – telur balado – air putih

Hari Ketujuh
Menu pagi: nasi goreng – telur ceplok – teh tawar hangat
Menu siang: nasi – telur dadar – sayur bayam – tahu – sambal – teh tawar
Menu malam: nasi – telur dadar – sayur bayam – sambal – air teh tawar

3.7.8 Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Pasien memiliki anak dan menantu yang selalu mendukung serta menasehati
pasien dalam mengubah pola hidup dan melanjutkan kontrol pengobatan.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Pasien terkadang tidak rutin minum obat. Hanya jika ada keluhan seperti sakit
kepala.

3.8 Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)

15
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan
oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga, antara lain:
- Adaptation : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaki
emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0

Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita


Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
(2) Pernah
(1)
(0)
1. Adaptasi
Saya Puas bahwa saya dapat kembali
kepada keluarga saya, bila saya √

menghadapi masalah

16
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan cara-cara keluarga

saya membahas serta membagi masalah
dengan saya

3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan √

saya melaksanakan kegiatan dan


ataupun arah hidup yang baru
4.
Affection (Kasih Sayang)

Saya puas dengan cara-cara keluarga



saya menyatakan rasa kasih sayang dan
menaggapi emosi
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan cara keluarga saya √
membagi waktu bersama
Total Skor 9

Dari tabel APGAR diatas total skor 9 yang menunjukkan fungsi keluarga Ny. SH sehat.
3.9 Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
- Social
Hubungan pasien baik dengan tetangga sekitar.
- Cultural
Pasien adalah orang Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi. Pasien sangat
menyukai lauk ikan asin dan telur sebagai makanan pendampingnya sehingga
konsumsi natirum (garam) dan kolesterol harian pasien melebihi batas yang
dianjurkan.
- Religious
Keluarga pasien taat beribadah shalat 5 waktu.
- Economy
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi sekarang hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan cucu pasien.

17
- Education
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA.
- Medication
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari fasilitas
kesehatan pemerintah yaitu puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.

BAB IV
ANALISIS KASUS

4.1 Faktor Perilaku


Pola makan pasien cukup teratur yaitu 3 kali sehari dengan porsi yang cukup. Pasien
sangat menyukai ikan asin sebagai makanan pendampingnya, sehingga asupan garam
harian pasien melebihi batas anjuran. Setelah pasien didiagnosa hipertensi oleh dokter,
pasien telah mengurangi asupan garam seperti ikan asin. Pasien jarang berolahraga.
Aktivitas sehari-hari yaitu memasak dan dibantu oleh menantunya. Pasien tidak rutin
meminum obat antihipertensi yang diberikan oleh dokter puskesmas sehingga tekanan
darah pasien terkadang meningkat. Setiap 1 bulan sekali pasien kontrol ke puskesmas.

4.2 Faktor Lingkungan


Luas rumah pasien, kurang layak untuk dihuni. Dikarenakan luas rumah yang

18
kurang untuk dihuni oleh 4 anggota keluarga, sehingga rumah terlalu padat, hal tersebut
berdampak kurang baik terhadap kesehatan penghuninya. karena rentan mentransmisikan
penyakit infeksi jika salah satu anggota keluarga terkena. Untuk ventilasi rumah pasien
termasuk buruk sehingga sirkulasi pertukaran udara kurang baik. Ventilasi yang ada di
tempat tinggal bertujuan untuk menjaga kelembaban ruangan dan menjaga sirkulasi
pertukaran udara tetap baik yang bertujuan untuk mencegah bakteri dan virus patogen
berkembang biak. Untuk akses sinar matahari dirumah pasien termasuk buruk. Jamban
dan tempat mandi pasien memiliki kebersihan yang baik. Untuk dapur pasien bersih
namun ukurannya kurang luas.
Lingkungan rumah pasien tidak pernah banjir, namun lingkungan tempat tinggal
pasien sangat padat penduduk, sehingga rentan terjadi penularan penyakit apabila salah
seorang warganya terkena penyakit infeksi. Untuk sistem kebersihan dan akses
pembuangan sampah, setiap hari terdapat petugas kebersihan yang akan menangani
sampah di lingkungan rumah pasien. Ketersediaan air untuk mandi dan mencuci berasal
dari PDAM, untuk air minumnya menggunakan air galon isi ulang. Secara keseluruhan
kebersihan rumah pasien di dalam maupun di luar rumah pasien sudah cukup baik.
Kesimpulannya kriteria rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat
dimana salah satu syaratnya adalah memiliki ventilasi dan akses sinar matahari yang
memadai dan luas rumah pasien termasuk kurang luas untuk dihuni 4 orang anggota
keluarga.
4.3 Faktor Genetik
Adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi dan penyakit jantung yaitu
suami pasien merupakan faktor risiko bagi anak dan cucu pasien. Dikarenakan genetik
merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang
untuk menderita hipertensi dan penyakit jantung.

4.4 Anjuran untuk Pasien dan Anggota Keluarga


Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan rutin
mengkonsumsi obat antihipertensi yang diberikan oleh dokter Puskesmas agar untuk
memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol, selain itu juga bertujuan mendeteksi
dini jika ada tanda-tanda kerusakan organ target dan komplikasi akibat hipertensi
tersebut. Selain itu anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga aerobik
dengan intensitas ringan-sedang setidaknya 30 menit perhari. Anjurkan juga pasien untuk

19
membatasi konsumsi garam harian sesuai rekomendasi WHO yaitu 2.400 mg atau sekitar
1 sendok teh garam perhari. Pasien juga disarakan untuk mengkonsumsi makanan kaya
serat seperti sayuran dan buah-buahan.
Anjuran untuk anak pasien beserta anggota keluarga lainnya agar rutin pemeriksaan
tekanan darah ke fasilitas kesehatan yang bertujuan mendeteksi sedini mungkin terhadap
risiko terjadinya hipertensi dikarenakan mempunyai faktor risiko genetik. Yang terakhir
anjurkan pola hidup sehat seperti olahraga, kurangi konsumsi garam, jaga kebersihan diri
dan tempat tinggal.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kunjungan ke rumah pasien dan setelah melakukan anamnesis beserta
pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien yaitu 165/100 mmHg. Dua bulan
sebelumnya pasien didiagnosa dokter puskesmas dengan hipertensi derajat 2 dan pasien
diberikan obat amlodipine dan captopril. Faktor risiko utama pada pasien yaitu pola hidup
pasien yang kurang baik yaitu sering mengkonsumsi makan tinggi garam melebihi batas
anjuran harian, jarang olahraga atau aktivitas fisik, dan pasien juga tidak rutin minum obat
yang diberikan dokter. Dilihat dari rumah pasien, belum memenuhi kriteria rumah sehat
karena memiliki ventilasi dan akses sinar matahari yang kurang memadai dan luas rumah
pasien termasuk kurang luas untuk dihuni 4 orang anggota keluarga.
Hipertensi ialah meningkatnya tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90

20
mmHg. Penatalaksanaan yang baik dalam kasus hipertensi diperlukan pendekatan
berorientasi pasien dan keluarga. Peran penting pasien sendiri dan keluarga dapat mengontrol
faktor risiko penyebab hipertensi dan dapat menunjang pengobatan yang maksimal.

Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Infodatin Hipertensi si Pembunuh Senyap. Jakarta: Pusdatin; 2019. h.1-
3.
2. Kemenkes RI. Infodatin Mencegah dan Mengontrol Hipertensi . Jakarta: Pusdatin;
2014. h.2-4.
3. Nuraini B. Faktor Risiko Hipertensi. Bandar Lampung: FK UNILA; 2015. h.1-2.
4. PERKI INA Heart Association. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI; 2015. h.5-16.
5. Martin J. Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7 Recommendations. US: The
Journal of Lancaster General Hospital; 2008.p.2.
6. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.
Jakarta: Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2016. h.3,5.

7. Harvard Medical School. High Blood Pressure (Hypertension). US: Harvard Health
Publishing; 2018.p.2,4,6.

21
8. Messner B, Bernhard D. Smoking and Cardiovascular Disease Mechanisms of
Endothelial Dysfunction and Early Atherogenesis. Cardiac Surgery Research
Laboratory, Department of Surgery, Medical University of Vienna; Austria:
2013.p.1.

Lampiran

22
23
Gambar Ruang Tamu Ny. SH
1. Bagian ruang tamu sangat kecil
2. Jendela hanya satu bagian.
3. Ruang tamu tampak kurang rapi

Dapur, Toilet, Obat Ny. SH


1. Tampak dapur yang kurang luas
dan berantakan
2. Tampak jamban dan bak mandi
3. Obat dari puskesmas (amlodipine
dan captopril) 24

Anda mungkin juga menyukai