PNEUMONIA
Pembimbing :
Disusun Oleh :
112018074
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Presentasi Kasus: Rabu, 30 Oktober 2019
IDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. N Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 54 tahun Suku Bangsa: Jawa
Status Perkawinan: Menikah Agama: Islam
Pekerjaan: Sopir Taksi Pendidikan: SMEA
Alamat : No. RM: 11-28-44
Kav DKI blok 66/7, RT 006/010.
Meruya Utara, Kembangan.
ANAMNESIS
Diambil dari: Auto-anamnesis
Tanggal: 25 Oktober 2019, Jam: 14.30 WIB
2
Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cengkareng pada tanggal 23 Oktober 2019 dengan
keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS) dan
bertambah berat sejak 1 hari SMRS. Sesak dikatakan berat dan dirasakan sepanjang hari
sehingga pasien sulit untuk beraktivitas. Sesak dikatakan awalnya terasa ringan namun dirasa
terus memberat dan semakin memburuk. Sesak yang dialami pasien dikatakan tidak membaik
dengan perubahan posisi, baik itu dalam keadaan duduk, terlentang, maupun setengah tidur.
Pasien juga mengeluh batuk yang sudah dirasakan sejak 10 hari SMRS. Batuk disertai dahak
bewarna putih dengan volume dahak sekali batuk ± 1 sendok makan. Batuk dikatakan hilang
timbul. Pasien juga mengeluhkan adanya demam. Demam dikatakan muncul sejak 2 hari
SMRS. Demam dikatakan tidak terlalu tinggi dan berlangsung sepanjang hari. Pasien
mengatakan tidak ada mengonsumsi obat untuk meringankan keluhan tersebut. Riwayat batuk
darah, keringat dingin pada malam hari, dan penurunan berat badan disangkal oleh pasien.
Mual dan muntah disangkal oleh pasien, namun nafsu makan pasien dikatakan menurun
semenjak adanya keluhan sesak dan demam. Buang air kecil dan buang air besar pasien dalam
batas normal. Pasien juga mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung, dimana
sebelumnya pada bulan Agustus 2019 pasien datang ke poli jantung untuk dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan hasil pemeriksaan Echocardiografi EF 25%.
3
(-) Pneumonia (-) Ulkus duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi +
Asma +
Tuberkulosis +
Artritis +
Rematisme +
Hipertensi +
Jantung +
Ginjal +
DM + Ayah
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis
Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Pusing
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Berkunang-kunang
( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan
4
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir ( - ) Lidah
( - ) Gusi ( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput ( - ) Stomatisis
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher
Dada (Jantung / Paru – paru)
( - ) Nyeri dada ( + ) Sesak napas
( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe ( + ) Batuk
Abdomen (Lambung/ Usus)
( - ) Rasa kembung ( - ) Wasir
( - ) Mual ( - ) Mencret
( - ) Muntah ( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul
( - ) Sukar menelan ( - ) Benjolan
( - ) Nyeri perut
( - ) Perut membesar
Saluran kemih / Alat kelamin
( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah
5
( - ) Stranguri ( - ) Kolik
( - ) Polliuria ( - ) Oliguria
( - ) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
( - ) Ngompol (tidak disadari) ( - ) Penyakit prostat
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Partus normal, cukup bulan, berat badan lahir tidak ingat.
Riwayat Imunisasi
( + ) Hepatitis ( + ) BCG ( + ) Campak ( + ) DPT
( + ) Polio
Riwayat Konsumsi Obat
- ISDN, asam folat, B12
Riwayat Makanan
Frekuensi / hari : 3x makan besar/ hari
Jumlah / hari : Satu piring setiap kali makan
Variasi / hari : Bervariasi
Nafsu makan : Kurang
6
Pendidikan
( ) SD ( + ) SMEA ( ) SLTP ( - ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi ( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sakit sedang, tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 109/64 mmHg
Frekuensi nadi : 89x/menit
Frekuensi napas : 26x/menit
Suhu : 37.3oC
Berat badan : 87 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 31,5 (Obesitas)
Keadaan gizi : Obesitas
Sianosis : Tidak
Edema umum : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Habitus : Normal
Mobilitas : Kurang aktif
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : wajar / gelisah / tenang / hipoaktif / hiperaktif
Alam Perasaan : biasa / sedih / gembira / cemas / takut / marah
Proses Pikir : wajar / cepat / gangguan waham / fobia / obsesi
Kulit
Warna sawo matang, tidak terdapat kesan efloresensi abnormal, pertumbuhan rambut
merata, pigmentasi merata, lembap, turgor baik, varises tidak ada, jaringan parut tidak ada,
oedem tidak ada, ikterus tidak ada.
Kepala
Normocephali, simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
7
Mata
Eksoftalmus : tidak ada
Kelopak : tidak oedem
Lensa : jernih
Konjungtiva : tidak anemis
Visus : baik
Gerakan mata : tidak ada hambatan
Sklera : tidak ikterik
Lapang penglihatan : normal
Tekanan bola mata : tidak meningkat
Telinga
Tuli : tidak ada
Membran timpani : intak
Liang : lapang
Penyumbatan : tidak ada
Serumen : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Hidung
Napas cuping hidung : tidak ada
Septum deviasi : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Mukosa dan konka : tidak ada oedem/ livid/ hiperemis/ pucat
Sekret dan darah : tidak ada
Mulut
Bibir : bentuk normal, tidak ada kelainan, tampak pucat
Lidah : normoglosia, tidak hiperemis, tidak atrofi
Bukal : tidak hiperemis, tidak sianosis
Faring : arkus faring simetris, tidak hiperemis
Tonsil : ukuran T1-T1, tenang, tidak hiperemis
Gigi : teratur, tidak ada caries dentis
Trismus : tidak ada
8
Leher
Bentuk leher normal, tampak lurus ditengah, JVP 5+2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar, kelenjar getah bening leher tidak tampak membesar.
Dada
Bentuk : simetris, datar, tidak ada lesi kulit
Pembuluh darah : tidak melebar
Paru-paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Vocal fremitus meningkat Vocal fremitus meningkat
Kanan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Vocal fremitus normal Vocal fremitus normal
Perkusi Kiri Redup Redup
Jantung
Inpeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis tidak teraba
Perkusi Batas kanan jantung ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung ICS 6 line axillaris anterior sinistra
Batas atas jantung ICS 3 linea sternalis sinistra
9
Auskultasi Tidak terdapat murmur dan gallop
Pembuluh Darah
Arteri temporalis : teraba pulsasi
Arteri femoralis : teraba pulsasi
Arteri karotis : teraba pulsasi
Arteri poplitea : teraba pulsasi
Arteri brakialis : teraba pulsasi
Arteri tibialis posterior : teraba pulsasi
Arteri radialis : teraba pulsasi
Arteri dorsalis pedis : teraba pulsasi
Abdomen
Inspeksi Agak kembung, warna kulit tidak ikterik, tidak ada spider nevi, tidak
tampak efloresensi bermakna, tidak tampak dilatasi vena.
Auskultasi Bising usus terdengar, dalam batas normal.
Palpasi Dinding perut supel, tidak ada defans muscular, nyeri tekan negatif,
hepar tidak membesar, Murphy’s sign negatif, lien tidak teraba,
balotemen negatif, undulasi negatif.
Perkusi Timpani pada seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA negatif,
shifting dullness negatif.
Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot Tonus Hipotonus Hipotonus
10
Hematom Tidak ada Tidak ada
Refleks
Tipe Kanan Kiri
Refleks tendon + +
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achilles + +
Refleks patologis - -
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
30 – 59 : Moderately
impaired GFR
15 – 29 : Severely impaired
GFR
<15 : Established renal
failure
pH 7.37 7.35 – 7.45
Pco2 32 mmHg 35 - 48
Po2 71 mmHg 83 - 108
HCO3 18 Mmol/L 21 - 28
SBC 24 Mmol/L 22.5 – 26.9
SBE -8.5 Mmol/L -1.5 – (+) 3.0
ABE -7.8 Mmol/L (-2) – (3)
So2 93 % 95 - 99
Tco2 38 % Vol
Radiologi
Rontgen Thorax
24 Oktober 2019
13
EKG
24 Oktober 2019
RESUME
Laki-laki 54 tahun datang ke IGD RSUD Cengkareng dengan keluhan sesak nafas.
Sesak dirasakan sejak 1 minggu SMR dan bertambah berat sejak 1 hari SMRS. Sesak dikatakan
berat dan dirasakan sepanjang hari sehingga pasien sulit untuk beraktivitas. Terdapat keluhan
batuk yang hilang timbul sejak 10 hari SMRS, disertai dahak bewarna putih. Pasien juga
mengeluhkan adanya demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung sepanjang hari. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung, dimana sebelumnya pada bulan Agustus
2019 pasien datang ke poli jantung untuk dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil
pemeriksaan Echocardiografi EF 25%.
Pada pemeriksaan fisik palpasi didapatkan vokal fremitus meningkat pada kedua lapang
paru, dan pada auskultasi didapatkan suara nafas tambahan yaitu rhonki pada kedua lapang
paru. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis 14.000 uL, glukosa sure step 265
mg/dl, ureum 193 mg/dl, kreatinin 4.5 mg/dl, Po2 71 mmHg, PcO2 32 mmHg, SaO2 93 %.
Dan pada pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan gambaran kesuraman homogen di paru kiri.
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia, CHF EF 25 %, CKD.
PENGELOLAAN
Oksigen 5 lpm
Paracetamol 3x1
Asam Folat 3 x 1
ISDN 3 x 5 mg
Concor 1 x 1,25 mg
14
Ceftriaxone Injeksi 2 x 2 gram
Omeprazole Injeksi 2 x 40 mg
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
Follow Up
26 Oktober 2019
S O A P
Masih sesak dan batuk. KU : Tampak sakit sedang Pneumonia, CHF EF Oksigen 5 Lpm
BAB dan BAK dbn Kesadaran : Compos Mentis 25 %, CKD.
TTV Paracetamol 3 x 1
- S : 37,1ºC
Asam Folat 3 x 1
- P : 25 x/m
- N : 82 x/m ISDN 3 x 5 mg
- TD : 118/76 mmHg Concor 1 x 1,25 mg
Mata :
Ceftriaxone Injeksi
Konjungtiva anemis(-/-)
Sklera ikterik (-/-) 2 x 2 gram
THT: Normotia Omeprazole Injeksi
Nafas Cuping Hidung (-) darah (-
2 x 40 mg
) sekret (-)
T1-T1 tidak hiperemis
Mulut : mukosa bibir kering,
tidak ada sianosis, lidah tidak
atrofi, tidak ada gusi berdarah.
Leher : Tidak ada pembesaran
KGB
Thorax : simetris kanan & kiri,
tidak ada retraksi
Bunyi nafas bronkial (+/+) ronkhi
(+) dan wheezing (-)
Bunyi jantung I,II reguler tidak
ada murmur dan gallop
Abdomen : tampak membuncit
Ekstremitas: akral hangat
15
Follow Up
27 Oktober 2019
S O A P
Masih sesak dan batuk. KU : Tampak sakit sedang Pneumonia, CHF EF Oksigen 5 Lpm
Sudah tidak demam, BAB Kesadaran : Compos Mentis 25 %, CKD.
dan BAK dbn TTV Asam Folat 3 x 1
- S : 36,6 ºC ISDN 3 x 5 mg
- P : 26 x/m
Concor 1 x 1,25 mg
- N : 77 x/m
- TD : 123/82 mmHg Ceftriaxone Injeksi
Mata : 2 x 2 gram
Konjungtiva anemis(-/-)
Omeprazole Injeksi
Sklera ikterik (-/-)
THT: Normotia 2 x 40 mg
Nafas Cuping Hidung (-) darah (-
) sekret (-)
T1-T1 tidak hiperemis
Mulut : mukosa bibir kering,
tidak ada sianosis, lidah tidak
atrofi, tidak ada gusi berdarah.
Leher : Tidak ada pembesaran
KGB
Thorax : simetris kanan & kiri,
tidak ada retraksi
Bunyi nafas bronkial (+/+) ronkhi
(+) dan wheezing (-)
Bunyi jantung I,II reguler tidak
ada murmur dan gallop
Abdomen : tampak membuncit,
yang lain dbn
Ekstremitas: akral hangat
16
Follow Up
28 Oktober 2019
S O A P
Os mengatakan Sesak dan KU : Tampak sakit sedang Pneumonia, CHF EF Oksigen 3 Lpm
batuk berkurang. BAB dan Kesadaran : Compos Mentis 25 %, CKD.
BAK dbn TTV Asam Folat 3 x 1
- S : 36,8ºC ISDN 3 x 5 mg
- P : 22 x/m
Concor 1 x 1,25 mg
- N : 90 x/m
- TD : 119/78 mmHg Ceftriaxone Injeksi
Mata : 2 x 2 gram
Konjungtiva anemis(-/-)
Omeprazole Injeksi
Sklera ikterik (-/-)
THT: Normotia 2 x 40 mg
Nafas Cuping Hidung (-) darah (-
) sekret (-)
T1-T1 tidak hiperemis
Mulut : mukosa bibir kering,
tidak ada sianosis, lidah tidak
atrofi, tidak ada gusi berdarah.
Leher : Tidak ada pembesaran
KGB
Thorax : simetris kanan & kiri,
tidak ada retraksi
Bunyi nafas bronkial (+/+) ronkhi
(+) dan wheezing (-)
Bunyi jantung I,II reguler tidak
ada murmur dan gallop
Abdomen : tampak membuncit,
yang lain dbn
Ekstremitas: akral hangat
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pneumonia
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pnemunonia
dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia
komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan
pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah
dirawat di rumah sakit. Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi
paling sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia
(pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar
pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif.1
Klasifikasi
18
Etiologi
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.2
Patogenesis
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan (imunitas)
pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama
lain. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Adanya bakteri di paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit. Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2) Penyebaran melalui darah; 3)
Inhalasi bahan aerosol, dan 4) Kolonosiasi di permukaan mukosa. Dari keempat cara tersebut,
cara yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.
Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia.1,3
19
Manifestasi Klinis
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.1
Diagnosis
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan rhonki
e. Leukositosis.1,4
20
Tabel 1. PORT Skoring
PSI membagi kelompok CAP menjadi lima kelas berdasarkan risiko mortalitas yang
dimiliki pasien, dimana kelas I-III merupakan pasien dengan mortalitas rendah, kelas IV
merupakan pasien dengan mortalitas sedang dan kelas V merupakan pasien dengan mortalitas
tinggi. PSI juga digunakan untuk menentukan pasien akan diterapi dengan rawat jalan atau
rawat inap, seperti yang tertera pada tabel 2.5,6
21
Tatalaksana
Dalam memilih antibiotika yang tepat harus dipertimbangkan faktor sensitivitas bakteri
terhadap antibiotika, keadaan tubuh pasien, dan faktor biaya pengobatan. Pada infeksi
pneumonia (CAP dan HAP) seringkali harus segera diberikan antibiotika sementara sebelum
diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pemilihan ini harus didasarkan pada pengalaman
empiris yang rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotika
terbaik untuk infeksi tersebut.1
a. Makrolid
b. Doxicilin
2. Ada komorbid (penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, alkhol, keganasan, asplenia, obat
immunospresi, antibiotik 3 bulan sebelumnya)
b. β lactam + makrolid
3. Pada daerah dengan angka infeksi tinggi dan dengan resisitensi tinggi makrolid terhadap
S.pneumoniae, dipertimbangkan antibiotik sesuai poin 2.
22
Rawat inap tidak di ICU
Diperkirakan pseudomonas
Prognosis
Secara umum, angka kematian pneumonia oleh pneumokokkus adalah sebesar 5%,
namun dapat meningkat pada lanjut usia dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan
influenza di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian terbesar ke-6 dengan kejadian
sebesar 59%. Sebagian besar pada lanjut usia, yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien PK yang
dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan faktor
modifikasi yang ada pada pasien.1
Kesimpulan
23
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2009.
h.2196-2205.
3. Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi:
konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC. h.796-815.
5. Kim HI, et al. Mortality of Community-Acquired Pneumonia in Korea: Assessed with the
Pneumonia Severity Index and the CURB-65 Score. Journal Of Korea Medicine Science.
2013.p.3.
24