Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FITOKIMIA

“SENYAWA SAPONIN”

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah fitokimia

Disusun Oleh :

1. Etik Wijayati (17020200025)


2. Risky Bayu Suprapto (17020200073)
3. Vita Dwi Anggreani (17020200084)

B2 FARMASI 2017

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA

2019
BAB I
PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa
buih yang disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke
dalam air.Secara fisika buih ini timbul karena adanya penurunan
tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan
permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa
latin = sapo) yang dapat mengkacaukan iktan hidrogen pada air.
Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak
sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung
senyawa sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda
struktur dengan senyawa sabun yang ada.
Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri dari glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan
aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin umumnya
berasal pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan
air.Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan
berdarah dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida
yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen.Saponin
steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul
karbohidrat.Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang dikenal sebagai saraponin.Saponin triterpenoid
tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat.Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
disebut sapogenin.Masing-masing senyawa ini banyak
dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono, 2009).
Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya
memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae.
Senyawa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae,
curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang
mengandung saponin adalah gingseng yang termasuk famili
araliaceae.
Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon
yang menempel. Baik steroid maupun triterpen biosintesis
saponin melalui jalur asam malonat yang nanti akan DPP dan
IPP yang membentuk triterpen dan steroid dengan membentuk
squalen terlebih dahulu dan terjadi siklisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. yang di maksud dengan saponin?
2. Apa saja klasifikasi dari saponin ?
3. Dimana saja persebaran senyawa saponin?
4. Apa Bagaimana biosintesis dari saponin ?
5. Bagaimana cara identifikasi senyawa saponin?
6. Bagaimana penetapan kadar saponin?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
pengertian senyawa saponin.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
klasifikasi saponin.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
persebaran saponin.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaska
biosintesis saponin.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
identifikasi saponin.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
penetapan kadar saponin.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian saponin.
2. Dapat mengetahui klasifikasi saponin.
3. Dapat mengetahui persebaran saponin.
4. Dapat mengetahui biosintesus saponin.
5. Dapat mengetahui identifikasi saponin.
6. Dapat mengetahui penetapan kadar saponin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Saponin


Saponin berasal dari kata Latin yaitu ‘sapo’ yang bearti
mengandung busa stabil bila dilarutkan dalam air.Kemampuan
busa dari saponin disebabkan oleh kombinasi dari sapogenin
yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai
gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al.,
2010).
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah
terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.Glikosida saponin
adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat
mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air
yang apabila dikocok.
Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat
aktif permukaan,dimana struktur molekulnya terdiri dari aglikon
steroid atau triterpen yang disebut dengan sapogenin dan glikon
yang mengandung satu atau lebih rantai gula (Osbourn,
2003;Guclu-Ustundag and Mazza, 2007; Vincken et al., 2007).
Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi
substans yang larut dalam lemak pada pencernaan, meliputi
pembentukan misel campuran yang mengandung garam
empedu, asam lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam
lemak dan dengan mineral (Cheeke, 20011).
Dari segi ekonomi, saponin penting juga karena kadang-
kadang menimbulkan keracunan pada ternak atau karena
rasanya yang manis. Pola glikosida saponin kadang-kadang
rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima
dan komponen yang umum adalah asam glukoronat (Harborne,
1996).
Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen
defaunasi dalam manipulasi proses fermentasi di dalam rumen.
Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum dapat
menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau
keseluruhan (Wiseman and Cole,1990).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin
mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai
detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran,
pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam
industri farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman, 2001).
2.2 Klasifikasi Sapoin
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang
memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen.Triterpen
merupakan jenis senyawa bahan alam yang memiliki 6
monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30.
Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu saponin
dengan steroid dan saponin dengan triterpen.
A. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul
karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu
aglikon yang dikenal sebagai sapogenin.Tipe saponin ini
memiliki efek anti jamur. Pada binatang menunjukan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid
diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan
digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat
kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid
yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.Jembatan
ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini
disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Gambar 1. Struktur dasar steroid

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida


(Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam
tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan
kering afrika.Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti
nyeri dan rematik oleh orang afrika (Sarker, 2009).

Gambar . Asparagus Struktur sparagus

(Asparagus officinalis.) (Asparagus officinalis.)

Gambar 2. Asparagus dan stukturnya


B. Saponin triterpenoid
Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30.Saponin
jenis ini bersifat asam.Tersusun atas inti triterpenoid dengan
molekul karbohidrat.Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon
yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang
mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan.
Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).

Gambar 3. Struktur Dasar Triterpen

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida.


Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh
didaerah India.Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik
(Anonim, 2009).
Gambar..Gatu kola / Pegagan Struktur pegagan

(Centella asiatica) (Centella asiatica)

Gambar 4. Pegagan dan strukturnya

2.3 Persebaran Saponin


Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan
tanaman makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari,
kedelai, kacang tanah .Saponin umumnya mempunyai
karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat
penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek
dengan asam empedu dan kolesterol (Sutrisno, 1998).

2.4 Biosintesis Saponin

Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama


baik saponin denga steroid maupun triterpen. Semua senyawa
ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil
CoA.

Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk


senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang
merupakan gabungan dari dua farnesil piroposfat.Setelah
membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom
C nomor 3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi
pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi
siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar
dari senyawa steroid (Arifin, 1986). Sedangkan perbedaannya
dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bnetuk cincin
keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin
tersebut memiliki 5 atom karbon.
Gambar 5. Biosintesis saponin
2.5 Identifikasi Saponin
Secara kualitatif untuk menyatakan keberadaan saponin
pada contoh bahan dapat dilakukan dengan uji busa dan
menghemolisis sel-sel darah merah, bila larutan saponin
diinjeksikan ke dalam aliran darah. Pembentukan busa yang
mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu
memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya
akan adanya saponin. Selanjutnya golongan sapogeninnya dapat
ditentukan dengan reaksi warna menggunakan pereaksi
Liebermann-Burchard. Berdasarkan warna yang terbentuk,
apabila terbentuk warna merah atau ungu menunjukkan saponin
triterpen, sedangkan bila terbentuk warna hijau atau
birumenunjukkan saponin steroid (Harborne, 1996).
Secara kualitatif, saponin steroid yang termasuk
golongan spirostanol dapat dibedakan dengan furostanol.
Glikosida furostanol menunjukkan warna merah pada lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) bila disemprot dengan pereaksi
Ehrlich (p-dimetil amino benzaldehida dan asam klorida) dan
warna kuning dengan pereaksi anisaldehida, sebaliknya tidak
terjadi perubahan warna pada glikosida spirostanol(Mahato et
al., 1982)
Secara konvensional, elusidasi struktur saponin
dilakukan melalui studi Derivatisasi dan degradasi (Chen and
Snyder, 1993; Qiu et al., 1999; Thakur et al.,2011; Sirohi et al.,
2014). Derivatisasi saponin dilakukan melalui reaksi metilasi
atau asetilasi. Degradasi saponin dilakukan melalui reaksi
hidrolisis total dan atau hidrolisis parsial. Hidrolisis saponin
dapat dilakukan dengan cara enzim, basa, atau asam yang
menghasilkan sapogenin dan gula. Hidrolisis dalam suasana
asam menghasilkan hidrolisis total maupun hidrolisis parsial
tergantung konsentrasi asam,waktu, dan suhu. Secara khusus
hasil hidrolisis total saponin adalah untuk mengidentifikasi
sapogenin dan glikon. Posisi ikatan glikosidik inter glikon
maupun antar glikon dan sapogenin, di identifikasi dengan
melakukan reaksi permetilasi dan diikuti dengan reaksi
hidrolisis secara total satuan-satuan gula yang menyusun
aglikonnya. Bagian yang tidak termetilasi pada masing-masing
satuan gula adalah sisi yang berikatan.
2.6 Penetapan Kadar Saponin
Banyak tumbuhan obat yang mengandung saponin.
Saponin adalah senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya
busa yang dapat bertahan lama ketika bahan tumbuhan tersebut
direbus dalam air dan kemudian dikocok. Kemampuan
pembusaan rebusan air dari bahan tumbuhan dan ekstraknya
diukur dengan istilah indeks pembusaan.

Gambar 6. Diagram indeks pembusaan

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi


tinggi pada bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietas
tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-
tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk
penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh tumbuhan. Kemungkinan lain adalah
sebagai pelindung terhadap serangan. Sifat-sifat Saponin adalah
sebagai berikut:
1. Mempunyai rasa pahit.
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil.
3. Menghemolisa eritrosit.
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi.
5.Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan
hidroksisteroid lainnya.
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan
formula empiris yang mendekati (Liener,1969)
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan
butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun
bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan
sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa
disebut sebagai Sapotoksin. Kematian pada ikan, mungkin
disebabkan oleh gangguan pernafasan. Ikan yang mati karena
racun saponin, tidak toksik untuk manusia bila dimakan.
Tidak toksiknya untuk manusia dapat diketahui dari
minuman seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin.
Contoh glikosida lain adalah tioglikosida dan bensiltioglikosida.
Bila dihidrolisa dengan enzim menghasilkan tiosianat,
isotiosianat dan bensilsianat yang merupakan racun dan
mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat toksik tersebut ada pada
bawang, selada air, kacang-kacangan, seperti kacang tanah,
kacang kedele dan juga pada macam-macam kol. Toksisitasnya
mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan
sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan
saccharic acid) (Liener,1969). Berdasarkan atas sifat
kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1. Steroids dengan 27 C atom.
2. Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin steroid
dan saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti
steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin di
hidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai
saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek anti jamur. Pada
binatang menunjukkan penghambatan aktifitas otot polos.
Saponin steroid diekskresikan setelah konjugasi dengan asam
glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses
biosintesis dari obat kortikosteroid. Contoh senyawa saponin
steroid diantaranya adalah Asparagosides (Asparagus
officinalis), Avenocosides (Avena sativa), Disogenin (Dioscorea
floribunda dan Trigonella foenum graceum). Saponin
triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Di hidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah
dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe
saponin ini adalah turunan β-amyirine. Contoh senyawa
triterpen steroid adalah Asiaticoside (Centella asiatica),
Bacoside (Bacopa monneira), Cyclamin (Cyclamen persicum)
(Liener,1969.).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini adalah:


1. Saponin merupkan metabolisme sekunder yang
mempunyai berbagai akivitas
2. Dalam saponi diklasifikasikan menjadi dua yaitu saponin
steroid dan triterpen
3. Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan
tanaman makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari,
kedelai, kacang tanah,pepaya dll.
4. Biosinesis sapoin yaitu melalui jalur asam mevalonat
yang diperoleh dari asetil CoA.
5. Identifikasi saponin dapat di isolasi dengan menggunkan
metode maserasi dan KLT (Kromatograpi Lapis Tipis).
6. Penetapan kadar saponin dapa diukur melalui
pembusaan rebusan air dari bahan tumbuhan dan
ekstraknya diukur dengan istilah indeks pembusaan.
Daftar Pustaka

 Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi


III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
 Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2008.Kimia
Farmasi Analisis.Yogyakarta: PustakaPelajar
 Harborne. 1987. Metode Fitokimia :Penuntun cara
modernmenganalisis tumbuhan. Edisi II.Terjemahan Kosasih
Padmawinatadan Iwang Soediro.Bandung:ITB
 Jaya, Ara Miko. 2010. Isolasi dan UjiEfektivitas Antibakteri
SenyawaSaponin dari Akar Putri Malu(Mimosa pudica)
[skripsi]. JurusanKimia Fakultas Sains danTeknologi
Universitas Islam Negeri(UIN) Maulana Malik
Ibrahim,Malang.
 Liener IE. (ed). Toxic constituents of plant foodstuffs.
Academic Press, New York, 1969. Diakses tanggal 07
Oktober 2019.
 M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy 1, Jovie M.
Dumanauw.isolasi dan identifikasi senyawa saponin dari
ekstrak methanolbatang pisang ambon(musa paradisiaca
var. sapientum l.).jurnal
 Sarker, Satyajit dan Lutfun Nahar.2009 .Kimia untuk
Mahasiswa Farmasi.Yogyakarta: Pustaka Belajar,
 Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimiadalam Farmasi.
Penerbit ITB,Bandung
 Sjahid, Landyyun Rahmawan. 2008.Isolasi dan Identifikasi
Flavonoiddari Daun Dewandaru (Eugeniauniflora L.)
[skripsi]. FakultasFarmasi UniversitasMuhammadiyah
Surakarta,Surakarta
 Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008.Pisang, Budi Daya,
Pengolahandan Prospek Pasar. Edisi Revisi.Penebar
Swadaya, Jakarta
 Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisangsebagai Obat
Alternatif TradisionalPenyembuh Luka Luar
MenjadiPeluang sebagai Produk Industri.Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai