Anda di halaman 1dari 73

FORMULASI DAN UJI STABILITAS MASKER GEL

PEEL-OFF DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH


(Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber)Britton & rose)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :

ROBI ALIRAHMAN HAKIM

D1A140976

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : FORMULASI DAN UJI STABILITAS MASKER GEL


PEEL-OFF DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA
MERAH (Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber)Britton &
rose)

PENYUSUN : ROBI ALIRAHMAN HAKIM


NIM : D1A140976

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi
persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Agustus 2018

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Kusdi Hartono, S.Si.,M.MKes Sri Maryam, M.Si.,Apt


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

Judul skripsi ini yaitu ”Formulasi Dan Uji Stabilitas Masker Gel Peel-

Off Dari Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus

(F.A.C.Weber) Britton & Rose)” adalah bentuk serangkaian tugas akhir yang

peneliti lakukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas

MIPA Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari Bandung.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran peneliti harapkan demi

perbaikan karya tulis ini.

Bandung, Agustus 2018

Peneliti
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Formulasi Dan Uji Stabilitas Masker Gel Peel-Off Dari

Ekstrak Kulit Buah Naga Merah”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) Pada Fakultas MIPA Jurusan Farmasi Univesitas Al-

Ghifari Bandung.

Kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari

arahan, bimbingan dan saran dari semua pihak yang sangat membantu dalam

penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin M.Si.S.I.P, selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza M.Si., Apt dan Ibu Ginayanti Hadisoebroto M.Si.,Apt

selaku Dekan dan Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari.

3. Bapak Kusdi Hartono, S.Si.,M.Mkes selaku Pembimbing 1 dan Ibu Sri

Maryam, M.Si.,Apt selaku Pembimbing 2 yang selalu membimbing,

mendampingi dan memberi dukungan hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt selaku Dosen Wali Program studi

Farmasi.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas MIPA Jurusan Farmasi yang telah

memberikan pelayanan yang baik selama penelitian berlangsung.

6. Bapak Enju Juhana dan Ibu Tati Rohaeti kedua orang tua tercinta, serta

kakaku Yudi Aliyudin Karim dan adiku Meisya Nuramalia Hasanah yang

tidak henti-hentinya mengalirkan dukungan, cinta, kasih sayang dan do’a dari

keluarga tersayang.

7. Penyemangat saya di setiap langkah Rekha Nurhidayah yang juga telah

mendengar setiap keluh kesah penulis serta memberikan do’a dan motivasi

dorongan yang sangat berarti demi suksesnya studi penulis.

8. Teman teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2014

terimasih untuk kebersamaanya, motivasi, dan semangat selama ini

9. Serta semua pihak yang sangat membantu dan mendukung kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan namanya satu

persatu.
ABSTRAK

Kulit buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose)
mengandung senyawa antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan polifenol
yang bisa berkhasiat sebagai anti penuaan (anti aging). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan sediaan peel-off ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus
(F.A.C.Weber) Britton & Rose) yang stabil, aman, dan nyaman digunakan serta untuk
mengetahui kestabilan fisikokimia. Dilakukan pembuatan masker gel peel-off dengan
formulasi dari beberapa variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah sebagai zat
aktif. Penelitian ini meliputi determinasi tanaman, pembuatan simplisia, ekstraksi,
skrining fitokimia, optimasi basis, formulasi sediaan, evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan
meliputi uji organoleptis, uji viskositas, uji pH, uji daya sebar, uji waktu mengering dan
uji hedonik. Hasil evaluasi sediaan menunjukan bahwa ketiga formulasi memenuhi syarat
masker gel peel-off yang baik, stabil, aman dan nyaman digunakan. Data hasil evaluasi
dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan
antara setiap formula yang dibuat secara signifikan (p > 0,05%). Formulasi yang paling
bagus dan terbaik berdasarkan evaluasi sediaan dan paling disukai panelis adalah formula
3 yaitu mengandung komposisi ekstrak kulit buah naga merah 2.5%, HPMC 2%, polivinil
alkohol 15%, propilenglikol 8%, nipagin 0.2%, oleum rosae 5 tetes dan aquadest 100 ml.

Kata kunci: Antipenuaan, Kulit Buah Naga Merah, Masker Peel-Off.

i
ABSTRAK

Rind red dragon fruit (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) this
compounds antioxidants as vitamins C, vitamins E, flavonoids and polyphenols that could
be useful anti aging. This research aim to get the peel-off preparations extract Rind red
dragon fruit (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) which is stable,
secure, and comfortable to use as well as for knowing physicochemical stability. Made
peel-off mask with formulations of several concentration variations extract Rind red
dragon fruit as an active substance. This research includes determination of plants,
making of simplicia, extraction, phytochemical screening, optimization base, dosage
formulations, evaluation of preparations. Evaluation of preparations including
organoleptic test, viscosity test, pH test, scatter test, test time dries up and hedonic test.
Result of evaluation of dosage shows that the three formulations qualify peel-off mask
which is good, stable, safe and convenient to use. The results of this evaluation data were
analyzed by One way Anova to find the significant difference (p <0,05). The best formula
based on the evaluation of the dosage and most preferably the panelists is formula 3
which contains the composition of the extract Rind red dragon fruit 2.5%, HPMC 2%,
polyvinyl alcohol 15%, propylenglycol 8%, nipagin 0.2%, oleum rosae five drops and
aquadest 100 ml.

Keywords: Antiaging, Rind red dragon fruit, Peel-off mask.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Identiikasi Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Kegunan Penelitian ............................................................................ 3
1.5 Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1 Tanaman Buah Naga ........................................................................ 5
2.1.1 Klarifikasi ............................................................................... 5
2.1.2 Buah Naga Merah ................................................................... 6
2.1.3 Kandungan Buah Naga ........................................................... 6
2.1.4 Nama Latin ............................................................................. 7
2.1.5 Morfologi Tanaman ................................................................ 7
2.2 Kulit ................................................................................................. 9
2.3 Lapisan Kulit ................................................................................. 10
2.3.1 Epidermis ............................................................................. 10
2.3.2 Dermis .................................................................................. 12
2.3.3 Lapisan Subkutan ................................................................. 13
2.4 Fungsi kulit ................................................................................... 14
2.5 Proses Penuaan Kulit .................................................................... 14
2.6 Mekanisme Photoaging ................................................................ 15
2.7 Kosmetik ....................................................................................... 16
2.8 Radikal Bebas ............................................................................... 17
2.9 Antioksidan ................................................................................... 19
2.10 Masker Gel Peel-Off ..................................................................... 22
2.10.1 Pengertian Masker Gel Peel-Off ........................................ 22
2.10.2 Metode Pembuatan ............................................................ 23
2.10.3 Formula Umum Masker Gel Peel-Off ............................... 24
2.11 EKSTRAKSI ................................................................................ 26
2.11.1 Pengertian Ekstraksi ........................................................... 26
2.11.2 Metode-metode Ekstraksi .................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 30
3.1 Alat .............................................................................................. 30
3.2 Bahan .......................................................................................... 30

iii
3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 30
3.3.1 Pengumpulan Data dan Pembuatan Simplisia Bahan
Uji..................................................................................... 30
3.3.2 Determinasi Tanaman ...................................................... 31
3.3.3 Skrining Fitokimia .......................................................... 32
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga .............................. 33
3.3.5 Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah ...................................................................... 34
3.3.6 Prosedur Pembuatan Masker Gel Peel-Off
Ekstrak Kulit Buah Naga Merah ...................................... 34
3.3.7 Evaluasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah ............................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37
4.1 Hasil Determinasi Tanaman ........................................................ 37
4.2 Hasil Pengolhan Simplisi ............................................................ 37
4.3 Hasil Penetapan Kadar Air .......................................................... 38
4.4 Hasil Skrining Fitokimia Terhadap Simplisia &
Eekstrak ....................................................................................... 38
4.5 Hasil Pembuatan Ekstrak ............................................................. 39
4.6 Hasil Evaluasi Sediaan Masker Gel
Peel-off ........................................................................................ 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 49
5.1 Simpulan ..................................................................................... 49
5.2 Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50

iv
DAFTAR TABEL

TABEL 1 Formulasi Masker Gel Peel-Off ................................................... 34

TABEL 2 Skrining Fitokimia ........................................................................ 38

TABEL 3 Hasil Rendemen Ekstrak Kulit Buah Naga Merah ...................... 39

TABEL 4 Uji Organoleptik Masker Gel Peel-Off ........................................ 40

TABEL 5 Uji pH Masker Gel Peel-Off ......................................................... 41

TABEL 6 Uji Viskositas Masker Gel Peel-Off ............................................. 42

TABEL 7 Uji Waktu Mengering Masker Gel Peel-Off ................................ 43

TABEL 8 Uji Daya Sebar Masker Gel Peel-Off ........................................... 44

TABEL 9 Uji Hedonik Masker Gel Peel-Off ................................................ 45

v
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Pohon Dan Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) ....... 5

GAMBAR 2 Morfologi Tanaman Buah Naga Merah ................................. 8

GAMBAR 3 Struktur Kulit Manusia .......................................................... 9

GAMBAR 4 Masker Gel Peel-Off ............................................................. 22

GAMBAR 5 Grafik Nilai Uji pH ............................................................... 41

GAMBAR 6 Grafik Nilai Viskositas ......................................................... 42

GAMBAR 7 Grafik Uji Waktu Mongering ............................................... 43

GAMBAR 8 Grafik Uji Daya Sebar .......................................................... 44

GAMBAR 9 Grafik Uji Hedonik Warna Maskel Gel Peel-Off ................. 45

GAMBAR 10 Grafik Uji Hedonik Sensasi Maskel Gel Peel-Off ................ 46

GAMBAR 11 Grafik Uji Hedonik Aroma Maskel Gel Peel-Off ................. 47

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Metode Penelitian ................................................................ 53

LAMPIRAN 2 Hasil Determinasi Kulit Buah Naga Merah ........................ 54

LAMPIRAN 3 Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit

Buah Naga Merah .............................................................. 55

LAMPIRAN 4 Hasil Analisis Data One Way Anova ................................... 56

LAMPIRAN 5 Format Surat Persyaratan Kesediaan Panelis ...................... 57

LAMPIRAN 6 Format Penilaian Uji Kesukaan .......................................... 58

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radikal bebas bisa menyebabkan berbagai macam penyakit seperti jantung

koroner, penyakit kanker, penyakit katarak dan penuaan dini (Kumalaningsih,

2006). Dalam tubuh sebenarnya sudah ada enzim yang dapat menangkal radikal

bebas, akan tetapi jika radikal bebas dalam tubuh terlalu banyak enzim tersebut

tidak mampu lagi bekerja maksimal. Akibatnya terjadi kerusakan sel-sel tubuh

pada kulit efeknya adalah penurunan elastisitas kulit secara perlahan sehingga

kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik kecoklatan (hiperpigmentasi)

(Muhtaram, 2013).

Salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas adalah

meningkatkan konsumsi buah-buahan atau sayur-sayuran yang mengandung

antioksidan (vitamin C, vitamin E, flavonoid dan polifenol). Buah naga merah

merupakan salah satu buah yang paling populer dikalangan masyarakat. Buah

naga merah diketahui mengandung sejumlah antioksidan seperti vitamin C,

vitamin E, antosianin dan lycopen (Winarsih, 2007: Le bellec et all, 2006).

Masyarakat pada saat mengkonsumsi buah naga merah seringkali hanya

memanfaatkan daging buahnya saja padahal kulit buah naga merah memiliki

persentase berat yang cukup banyak dari keseluruhan berat buah naga merah yaitu

30 - 35% (Pribadi et all., 2014: 86).

1
2

Kulit buah naga merah mengandung beberapa senyawa seperti vitamin B1,

vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar,

flavonoid, tiamin, niasin, pyridoxine, kobalamin, glukosa, fenol, betasianin,

polifenol, karoten, fosfor, besi dan fitoalbumin yang beberapa diantaranya

merupakan senyawa antioksidan. (Jaafar et all. 2009: 1341).

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan kosmetika wajah yang

umumnya digunakan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan salah satunya dalam

bentuk masker wajah peel-off yang memiliki beberapa manfaat diantaranya

mampu merilekskan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan

dan melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009).

Kualitas fisik masker wajah gel peel-off dipengaruhi oleh komposisi

bahan-bahan yang digunakan. Sebagai pembentuk lapisan film masker wajah gel

peel-off dapat digunakan polivinil alkohol (PVA) dengan rentang konsentrasi 10

- 16% (Lestari et all., 2013). Agen peningkat viskositas yang dapat digunakan

adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan rentang konsentrasi 2 - 4%

(Wade and Waller, 1994). Humektan yang digunakan adalah propilenglikol pada

rentang konsentrasi 10 - 20 % (Rowe et all., 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh PVA, HPMC dan propilenglikol terhadap sifat fisika dari

sediaan masker wajah gel peel-off dari ekstrak etanol 96% kulit buah naga merah

(Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose).


3

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengaruh ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus

Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) dengan konsentrasi yang

bervariasi sebagai zat aktif terhadap stabilitas fisik masker gel peel-off?

2. Bagaimana formula terbaik masker gel peel-off ekstrak kulit buah naga

merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose)

berdasarkan sifat fisik masker gel pee-off?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah naga merah

(Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) dengan formula

terbaik dan yang memiliki stabilitas sifat fisika dan kimia yang stabil serta

memberikan kemudahan pemakaian bagi konsumen.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi PVA, HPMC, dan

propolenglikol terhadap sifat fisika masker wajah gel peel-off ekstrak

etanol 96% kulit buah naga.

1.4 Kegunaan Penelitian

Menambah pengetahuan bagi penulis dalam bidang yang diteliti baik

secara teoritis maupun aplikasi serta untuk memberikan panduan yang ilmiah dan

masukan bagi universitas, masyarakat dan peneliti lain sebagai informasi dalam

penggunaan bahan alami tumbuhan kulit buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus

(F.A.C.Weber) Britton & Rose) tidak hanya berdasarkan pengalaman empiris saja

tetapi sudah terbukti secara ilmiah.


4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (Mei-Juli 2018) di Laboratorium

Farmasetika dan Bahan alam Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Al-Ghifari, Bandung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Buah Naga Merah

2.1.1 Klasifikasi
Pada taksonomi tumbuhan buah naga dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (Hardjadinata, 2010: 19).

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subdivisio : Spermathophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Familia : Cactaceae

Subfamilia : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : - Hylocereus undatus (daging putih)

- Hylocereus polyrhizus (daging merah)

- Hylocereus costaricensis (daging super merah)

- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih tanpa

sisik)

Gambar 1. Pohon Dan Buah Naga Merah (Hylocereus


Polyrhizus)

5
6

2.1.2 Buah Naga Merah

Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) merupakan salah satu jenis

buah naga yang memiliki kulit buah berwarna merah dan daging buah berwarna

merah keunguan. Kulit buah hylocereus polyrhizus juga memiliki jumbai atau

sisik berwarna hijau. Hylocereus polyrhizus memiliki berat buah 350 - 550 gram

(Jamilah et all., 2011). Buah naga jenis ini lebih banyak ditanam dan diminati di

Indonesia, selain karena rasanya lebih manis dan pembudidayaannya lebih mudah

(Kristanto, 2008: 18).

2.1.3 Kandungan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)

Masyarakat pada saat mengkonsumsi buah naga merah seringkali hanya

memanfaatkan daging buahnya saja padahal kulit buah naga merah memiliki

persentase berat yang cukup banyak dari keseluruhan berat buah naga merah yaitu

30 - 35% (Pribadi et all., 2014: 86). Kulit buah naga merah mengandung beberapa

senyawa seperti vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C, protein,

lemak, karbohidrat, serat kasar, flavonoid, tiamin, niasin, pyridoxine, kobalamin,

glukosa, fenol, betasianin, polifenol, karoten, fosfor, besi dan fitoalbumin yang

beberapa diantaranya merupakan senyawa antioksidan (Jaafar et all., 2009).

Terdapat beberapa senyawa dalam ekstrak kulit buah naga merah yang memiliki

aktivitas sebagai antioksidan yaitu betasianin, flavonoid, dan fenol (Saneto 2008).
7

2.1.4 Nama Latin

Buah naga merupakan tanaman kaktus yang tergolong masih baru

dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah

dan Amerika Selatan bagian utara (Colombia). Pada daerah asalnya, buah naga

memiliki sebutan pithaya atau pithaya roja. Buah naga mulai diperkenalkan di

Asia lebih tepatnya di Vietnam oleh seorang berkebangsaan Perancis pada tahun

1870. Buah naga baru dikenal di Indonesia pada pertengahan tahun 2000 dan

pada saat itu Indonesia masih mengimpor dari Thailand. Pada tahun 2001 buah

naga mulai dikembangkan di Indonesia. Buah naga banyak dibudidayakan di

daerah Jawa Timur. Daerah yang pertama kali mengembangkan buah naga adalah

kota Pasuruan, Jawa Timur lalu diikuti dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur,

seperti: Jember, Banyuwangi, Jombang, Mojokerto. Luas areal lahan tanaman

buah naga sampai saat ini masih sangat sedikit karena memang buah naga

tergolong buah yang baru dikembangkan dan masih sedikit masyarakat yang

mengetahui cara membudidayakannya (Kristanto, 2008: 9 - 11).

2.1.5 Morfologi Tanaman

Ditinjau secara morfologis buah naga merupakan tanaman tidak lengkap

karena tidak memiliki daun hanya terdiri dari akar, batang, cabang, buah, bunga

dan biji dengan memiliki dua jenis akar yaitu akar yang terdapat di dalam tanah

dan akar yang tumbuh di batang atau biasa disebut akar aerial (akar udara) serta

memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik. Apabila akar yang terdapat di

dalam tanah dicabut buah naga dapat bertahan hidup dengan akar udara yang

mampu menyerap cadangan makanan dari udara (Hardjadinata, 2010: 20 - 21).


8

Batang tanaman buah naga berukuran sangat panjang serta dari batang

tumbuh cabang-cabang dengan bentuk dan warna yang sama dengan batang,

keduanya memiliki kandungan dan fungsi yang sama yaitu berfungsi dalam proses

fotosintesis dengan adanya kandungan klorofil dan berfungsi dalam proses

pertumbuhan dengan adanya kambium (Kristanto, 2008: 14). Bunga tanaman

buah naga merupakan bunga lengkap karena terdapat alat kelamin jantan dan

betina dalam satu bunga. Bunga ini berukuran besar dengan panjang sekitar 15 -

36 cm dan lebar sekitar 10 - 23 cm. Bunga dapat mekar penuh pada tengah malam

karena proses mekarnya bunga dirangsang oleh adanya sinar matahari pada siang

hari serta adanya perubahan suhu dari siang ke malam hari (Warisno dan Dahana,

2010: 11). Buah naga memiliki bentuk bulat lonjong, daging buah yang tebal serta

memiliki biji berwarna hitam, berukuran kecil dan keras. Buah naga tumbuh pada

ujung batang maupun cabang. Buah naga memiliki kulit yang agak tebal sekitar 2

- 3 cm dan pada permukaan kulitnya terdapat jumbai-jumbai menyerupai sisik

yang berukuran besar sekitar 1 - 2cm (Kristanto, 2008: 16).

Gambar 2. Morfologi Tanaman Buah Naga (Sumber: Kristanto, 2014)


Keterangan : a) Akar buah naga; (b) Batang dan cabang buah naga; (c) Kulit,
daging dan biji buah naga; (d) Bunga buah naga.
9

2.2 Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan

melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian

tubuh yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk memperindah kecantikkan,

selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien. Kulit

mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya termasuk kuku,

rambut dan kelenjar.

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi

dan melindungi permukaan tubuh. Kulit berhubungan dengan selaput lendir yang

melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat

dan kelenjar mukosa. Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari

dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis

dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit

dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus

berguna untuk merasakan sentuhan atau sebagai alat raba dan merupakan

indikator untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan pada kulit

(Syaifuddin, 2009).

Gambar 3. Struktur kulit Manusia


10

2.3 Lapisan Kulit

2.3.1 Epidermis

Lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur

utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis

tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada dilapisan bawah bermitosis

terus-menerus sedangkan lapisan paling luar epidermis akan mengelupas dan

gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan

sedikit serat elastis. Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang

menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa

jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis namun tetap penampilan

epidermis menjadi tujuan utama. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai

tubuh yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya ada telapak kaki dan

telapak tangan dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada

kelopak mata, pipi, dahi dan perut (Tranggono & Latifah, 2007).

Epidermis terdiri atas beberapa lapisan sel. Sel-sel ini berbeda dalam

beberapa tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap

sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri dari 5 lapis (Syaifuddin, 2009).

a. Stratum korneum (Stratum corneum)

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng,

kering dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin ke luar

letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang terkelupas

akan digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang
11

susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak

mengandung air karena adanya penguap air, elastisnya kecil dan sangat efektif

untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam (Syaifuddin,

2009).

b. Stratum lusidum (Stratum lucidum)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening.

Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya secara

keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah

tubuh yang berkulit tebal (Syaifuddin, 2009). Lapisan ini terletak dibawah stratum

corneum. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin

tipis yang disebut rein’s barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (impermeable)

(Tranggono & Latifah, 2007).

c. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan inti

ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin atau gabungan

keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya beda asing, kuman, dan

bahan kimia masuk ke dalam tubuh (Syaifuddin, 2009).

d. Stratum spinosum

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal,

inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut

pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat tersebut
12

sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini untuk

menahan gesekkan dan tekanan dari luar, tebal dan terdapat di daerah tubuh yang

banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal

telapak kaki (Syaifuddin, 2009).

e. Stratum malpigi

Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti

bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam amino. Stratum

malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang berbatasan dengan

dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang)

(Syaifuddin, 2009).

f. Stratum basal (Stratum germinativum atau membran basalis)

Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat

sel-sel melanosit yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya

hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit

melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit.

Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal (Tranggono & Latifah, 2007).

2.3.2 Dermis

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai

bentuk dan keadaan. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan

elastin yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari

gelatin mukopolisakarida. Batas dermis sulit ditentukan karena menyatu dengan

lapisan subkutis (hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih
13

tebal dari epidermis. Dermis bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk

melindungi bagian yang lebih dalam. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari

keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,

papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak

rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang

terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono &

Latifah, 2007: Syaipfuddin, 2009).

2.3.3 Lapisan Subkutan

Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri atas

jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis dan sel lemak. Sel-

sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang terdapat susunan

lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya, bila terdapat

lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal lemak yang disebut

pannikulus adiposa. Pada daerah perut lapisan ini dapat mencapai ketebalan 3 cm.

Sedangkan pada kelopak mata, penis, dan skortum, lapisan subkutan tidak

mengandung lemak. Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri,

pembuluh vena, dan anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit

bawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit

secara longgar terhadap jaringan di bawahnya (Syaifuddin, 2009).


14

2.4 Fungsi Kulit

Kulit memiliki beberapa fungsi, adapun fungsinya yaitu:

1) Fungsi proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis

atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,

misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan.

2) Fungsi absorpsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan atau

benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap begitu

pun yang larut lemak.

3) Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak

berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam

urat dan amonia.

4) Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis

dan subkutan terhadap rangsang panas yang terletak di dermis dan subkutis

serta rangsang dingin yang terletak di dermis.

5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi). Kulit melakukan peranan ini

dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)

pembuluh darah kulit.

2.5 Proses Penuaan Kulit

Proses penuaan antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau

kemunduran lain ketika masih muda. Ada dua teori yang dapat menjelaskan

proses penuaan yakni penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari

oleh semua mahluk hidup dan penuaan adalah akibat kerusakan anatomi maupun
15

fisiologi pada semua organ tubuh mulai dari pembuluh darah dan organ tubuh

lainnya sampai kulit.

Perubahan akibat proses penuaan yang terjdi pada kulit dapat dibagi atas

perubahan anatomi, fisiologis serta kimiawi. Beberapa perubahan anatomi dapat

terlihat langsung seperti hilangnya elastisitas kulit dan fleksibilitas kulit yang

menyebabkan timbulnya kerut dan keriput, berkurangnya jumlah rambut dikepala

walaupun pada wanita justru sering tumbuh kumis atau rambut panjang di leher

atau pipi, hiperpigmentasi dan tumor kulit terutama diusia 40 tahun ke atas akibat

terlalu lama terpapar sinar matahari, penebalan kulit, epidermis kering dan pecah-

pecah, perubahan bentuk kuku dan rambut dan sebagainya.

Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang terkuat adalah

sinar matahari (photoaging), khususnya sinar UV yang terdapat di dalam sinar

matahari (Knox et all.,). Menemukan perbedaan yang nyata antara kulit yang

tidak tertutup pakaian sehingga sering terpapar sinar matahari dan kulit yang

sering tertutup pakaian. Kulit yang terbuka cepat kering, keriput, kasar dan

menderita kerusakan lain akibat sinar UV matahari.

2.6 Mekanisme Photoaging

Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari radiasi UV yang terserap oleh

kulit yang dapat menghasilkan komponen yang berbahaya yaitu Reactive Oxygen

Species (ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen

selular seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria dan DNA. Radiasi UV

menyebabkan pembentukan ROS dan menginduksi activator protein (AP)-1 yang


16

merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan

meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang disebut

Matrix Metalloproteinase (MMPs). Selain itu, radiasi UV juga menyebabkan

penurunan Transforming Growth Factor (TGF)-β yang merangsang

pembentukkan kolagen sehingga pembentukkan kolagen menurun. Peningkatan

penghancuran kolagen dan penurunan produksi kolagen akibat radiasi sinar UV

inilah penyebab dari terjadinya photoaging (Helfrich, Sachs & Voorhees, 2008)

2.7 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan

menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI

No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap

untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambur, kuku, bibir dan

organ kelamin bagian luar) gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,

menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam

keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati

atau menyembuhkan suatu penyakit.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa

percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan

sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara

umum membantu seseorang lebih menikmati hidup.


17

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, penggolongan kosmetik menurut

menurut kegunaannya bagi kulit dibagi menjadi kosmetik perawatan kulit (skin-

care cosmetics) dan kosmetik riasan (dekoratif atau make-up). Kosmetik

perawatan kulit (skin-care cosmetics) terdiri dari kosmetik untuk membersihkan

kulit (cleanser) (sabun, cleansing cream, cleansing milk, penyegar kulit

(freshener), kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer) (moisturizing

cream, night cream, anti wrinkle cream), kosmetik pelindung kulit (sunscreen

cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion), kosmetik untuk

menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) (scrub cream yang berisi butiran-

butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)). Kosmetik riasan

(dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan,

peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono & Latifah, 2007).

2.8 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak

berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif dalam mencari

pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul lain yang ada

disekitarnya (Winarsi, 2007: 15). Radikal bebas dapat terbentuk dalam sel tubuh

dengan berbagai cara dapat karena radiasi sinar UV, sinar-X maupun sinar gamma

dari bahan radioaktif. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari aktivitas
18

lingkungan seperti polusi udara, asap rokok, makanan, minuman, ozon dan

pestisida (Rohmatussolihat, 2009: 5).

Pada sudut pandang kedokteran terdapat dua radikal bebas yang sangat aktif

yaitu radikal hidroksil ( ) dan radikal superoksida yang terdiri atas ikatan dua

atom oksigen ( ) dengan satu elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini

masing-masing memiliki satu elektron tunggal yang dapat menyerang dan

merusak molekul yang ada dalam tubuh. Radikal tersebut juga sangat aktif dalam

berikatan dan melepaskan elektronnya maupun menarik satu elektron dari

molekul lain (Youngson, 2005: 15).

Reaksi yang sangat aktif dan tidak terkontrol ini dapat merusak molekul-

molekul penting dalam tubuh seperti DNA, protein dan lipid sehingga akan

menimbulkan kerusakan oksidatif pada gugus fungsional sel. Kerusakan sel akan

berdampak negatif pada struktur dan fungsi sel yang akan mengganggu sistem

kerja organ secara umum, menyebabkan proses penuaan dan resiko berbagai

penyakit seperti penyakit jantung dan kanker (Silalahi, 2006: 40). Radikal bebas

mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron pasangannya.

Radikal bebas sangat reaktif secara kimiawi tidak stabil, umumnya terdapat hanya

dalam kadar yang kecil dan cenderung ikut serta atau mengawali reaksi rantai.

Serangkaian reaksi dapat terjadi, yang menghasilkan serangkaian radikal bebas.

Setelah itu, radikal bebas dapat mengalami tubrukan kaya energi dengan molekul

lain, yang merusak ikatan dalam molekul (Corwin, 2007). Ketika hal tersebut

terjadi di dalam tubuh maka dapat terjadi kerusakan pada sel, asam nukleat,

protein dan lemak dikarenakan serangan terhadap molekul biologi akan


19

menyebabkan kerusakan jaringan sistem imun. Radikal bebas menyebabkan lipid

peroksidase yang dapat mempermudah proses penuaan (Vimala et all., 2003).

Radikal bebas dapat timbul melalui dua mekanisme utama yaitu,

penimbunan energi (ionisasi air oleh radiasi, elektron terepas dan terjadi radikal

bebas) dan interaksi antara oksigen (substansi lain dan elektron bebas dengan

reaksi oksidasi-reduksi) dalam hal ini akan terbentuk radikal superoksid. Para ahli

biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk

senyawa oksigen reaktif. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dipicu oleh

bermacam-macam faktor. Radikal bebas bisa terbentuk misalnya ketika

komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme.

Pada proses metabolisme ini, seringkali terjadi kebocoran elektron dan mudah

terbentuknya radikal bebas misalnya hidrogen peroksida (Winarsi, 2007).

Radikal bebas merupakan Reaktive Oxygen Species (ROS) yang akan

menyerang molekul lain disekitarnya sehingga menyebabkan reaksi berantai

terjadi dan menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti anion peroksida

( ), dan hidrogen peroksida ( ) yang sudah dijelaskan sebelumnya,

hidrogen bebas (OH), asam hipoklorous (HOCl), dan peroksinitrat (ONOO-)

(Vimala et all., 2003).

2.9 Antioksidan

Senyawa antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron

donors). Antioksidan mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh,

dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
20

(Winarsi, 2007: 77). Tubuh manusia memiliki antioksidan yang diproduksi secara

berlanjut untuk menangkal atau meredam senyawa radikal bebas seperti enzim

superoksida dismutase (SOD), enzim katalase dan enzim glutation peroksidase

(GSH-Px). Apabila jumlah senyawa radikal bebas melebihi jumlah senyawa

antioksidan maka tubuh membutuhkan asupan antioksidan yang mampu

melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Asupan antioksidan bisa

didapatkan pada berbagai jenis buah, sayuran dan biji-bijian. Berbagai jenis bahan

makanan nabati tersebut banyak mengandung antioksidan seperti vitamin E,

vitamin C, betakaroten dan antioksidan dari kelompok flavonoid, salah satunya

kuersetin yang memiliki aktivitas antioksidan kuat (Ide, 2008: 75).

Berdasarkan mekanisme kerja dan sumbernya, antioksidan diklasifikasikan

menjadi 3 golongan antara lain antioksidan primer, antioksidan sekunder dan

antioksidan tersier. Antioksidan primer dapat disebut juga sebagai antioksidan

endogen karena antioksidan ini secara alami diproduksi dalam tubuh. Antioksidan

primer meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), enzim katalase dan enzim

glutation peroksidase (GSH-Px).

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal

bebas baru dengan cara memutus reaksi berantai (polimerisasi), kemudian

mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil (chain-breaking-antioxidant)

(Winarsi, 2007: 79). Enzim superoksida dismutase bekerja dengan cara

mengkatalisis reaksi dismutase dari radikal anion superoksida yang berbahaya

menjadi radikal bebas yang lebih aman yaitu hidrogen peroksida ( ). Enzim
21

katalase dan glutation peroksidase bekerja untuk memecah hidrogen peroksida

( ) menjadi air ( ) dan oksigen ( ) (Youngson, 2005: 20).

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogen yang merupakan

senyawa antioksidan yang berasal dari luar tubuh dan didapatkan melalui asupan

nutrisi dari sayuran maupun buah-buahan. Antioksidan sekunder meliputi vitamin

E, vitamin C, karoten, flavonoid, asam urat, albumin dan bilirubin. Antioksidan

sekunder bekerja untuk menghambat terbentuknya senyawa radikal bebas dengan

cara menangkap radikal bebas (free radical scavenger) kemudian mencegah

reaktivitas amplifikasinya sehingga reaksi radikal bebas tidak akan berlanjut pada

komponen seluler (Winarsi, 2007: 80 - 81).

Antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas

ditandai dengan rusaknya single dan double strand baik gugus non-basa maupun

basa, dimana adanya kerusakan DNA ini akan mengawali terjadinya penyakit

degeneratif serta aging. Antioksidan tersier berperan dalam sistem perbaikan

DNA yang rusak akibat reaksi radikal bebas yang telah berlanjut pada komponen

seluler sehingga akan mencegah terjadinya penyakit degeneratif maupun aging

(Winarsi, 2007: 81).


22

2.10 Masker Gel Peel-off

Gambar 4. Masker Gel Peel-Off

2.10.1 Pengertian Masker Gel Peel-Off

Salah satu jenis masker wajah adalah masker gel peel-off. Masker wajah

gel peel-off biasanya dalam bentuk gel atau pasta yang dioleskan ke kulit muka.

Setelah berkontak selama 15 – 30 menit lapisan tersebut diangkat dari permukaan

kulit dengan cara kerja dikelupaskan (Slavtcheff, 2000). Masker gel peel-off

mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan masker jenis lain

diantaranya penggunaan yang mudah serta mudah untuk dibersihkan. Selain itu,

dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Harry, 1973).

Masker gel peel-off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan

otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan

kulit wajah (Vieira, 2009). Bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel

peel-off dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah. Cara kerja

masker gel peel-off ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan

biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat (Septiani,

2011).
23

2.10.2 Metode pembuatan

Masker gel peel-off dapat dibuat dengan dengan cara mengembangkan

PVA dalam aquadest panas suhu 80°C, kemudian diaduk hingga homogen.

Dikembangkan pula HPMC dalam aquadest dingin hingga mengembang.

Selanjutnya ditambahkan HPMC yang telah mengembang, humektan dan bahan

pengawet yang telah dilarutkan dalam aquadest panas ke dalam basis PVA, lalu

diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan zat aktif ke dalam basis sedikit

demi sedikit sambil diaduk hingga homogen (Septiani et all., 2012).

Propilenglikol ditambahkan ke dalam formulasi sediaan masker gel peel-

off sebagai humektan akan menjaga kestabilan sediaan melalui absorbsi lembab

dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan sehingga selain

menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit

(Rowe et all., 2006). Selain propilenglikol, humektan lain yang sering digunakan

dalam formulasi gel peel-off adalah gliserin (Rahmawanty et all., 2015).

Metil paraben dan propil paraben diperlukan dalam formulasi sediaan gel untuk

mencegah kontaminasi mikroba karena tingginya kandungan air pada sediaan.

Kombinasi konsentrasi 0,02% propil paraben dengan 0,18% metil paraben akan

menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe

& Owen, 2006).


24

2.10.3 Formula Umum Masker Gel Peel-off

a) Zat aktif

Zat aktif yang digunakan adalah simplisia yang telah diekstraksi.

b) Basis gelling agent

Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk

jaringan (jala) yang merupakan bagian terpenting dari sistem gel.

Beberapa senyawa pembentuk gel, yaitu:

1) Hidroxy prophyl methyl cellulose (HPMC)


Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) atau hipermelosa secara luas

digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi sediaan farmasi oral,

mata, hidung dan topikal. Selain itu HPMC digunakan juga secara luas dalam

kosmetik dan produk makanan. Kegunaan HPMC diantaranya sebagai zat

peningkat viskositas, zat pendispersi, zat pengemulsi, penstabil emulsi, zat

penstabil, zat pensuspensi, pengikat pada sediaan tablet dan zat pengental.

HPMC berupa serbuk granul berwarna putih atau putih-krem. Sangat sukar

larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas HPMC

dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral. Konsentrasi yang

digunakan antara 2 - 10% sebagai pembentuk gel (Rowe et all., 2009).

2) Polivynyl alcohol (PVA)


Salah satu polimer yang digunakan sebagai basis dalam sediaan masker

peel-off adalah polivinil alkohol (PVA). PVA dapat menghasilkan gel yang

cepat mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis dan

melekat baik pada kulit (Rekso dan Sunarni, 2007). Polivinil alkohol umumnya
25

dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. PVA berupa serbuk berwarna

putih hingga krem dan tidak berbau. Larut dalam air panas, sedikit larut dalam

etanol 95% dan tidak larut dalam pelarut organik (FI IV. 1995). Pada

konsentrasi 12 - 15 % dapat dihasilkan gel yang dapat disebarkan dan secara

fisiologis tak tersatukan yang digunakan khususnya sebagai preparat kosmetik

(Septiani, 2011).

Salah satu keunggulan PVA diantaranya dapat membuat gel yang dapat

mengering secara cepat. Selain itu film yang terbentuk sangat kuat dan plastis

sehingga memberikan kontak yang baik antar obat dan kulit (Rowe et all.,

2009).

c) Zat tambahan

Beberapa bahan tambahan pada formulasi sediaan gel diantaranya yaitu

(Dysperse system vol. II) :

1) Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi

semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai

antimikroba. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben

(nipagin). Nipagin berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau,

tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal. Larut

dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol

(95%), dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali

hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak
26

lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Anonim, 1979).

Penggunaan nipagin atau metil paraben antara 0,02 - 0,3 % (Rowe et all.,

2009).

2) Penambahan bahan hidroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya propilenglikol

dengan konsentrasi 10 - 20%. Propilenglikol berupa cairan kental, jernih tidak

berwarna, tidak berbau, rasa agak manis dan memiliki rasa yang sedikit tajam

menyerupai gliserin. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan

air, tidak larut dengan minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan

melarutkan beberapa minyak esensial. Konsentrasi propilenglikol yang biasa

digunakan adalah 15 % (Rowe et all., 2009).

2.11 Ekstraksi

2.11.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan

distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya

zat terlarut yang diekstraksi bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu

pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat

ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan

senyawa-senyawa yang akan diisolasi (Harborne, 1996). Senyawa yang aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan miyak

atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan

mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap


27

pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemiliha pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes

RI, 1995).

2.11.2 Metode-metode Ekstraksi

Ditjen POM (2000) membagi beberapa metode ekstraksi dengan

menggunakan pelarut yaitu :

A. Cara dingin

Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total

yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil

yang terdapat pada sampel. Sebagian senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi

cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki keterbatasan

kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan.

Terdapat sejumlah metode ekstraksi yang paling sederhana adalah ekstraksi

dingin dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar

secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolaran makin tinggi. Keuntungan

cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan

sehingga kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai.


28

Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam secara

berurutan memungkinkan pemisahan bahan bahan alam berdasarkan kelarutanya

dan polaritasnya dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat mempermudah proses

isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstrak, meskipun

beberapa senyawa memiliki pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et all.,

2004).

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Maserasi bertujuan untuk menarik zat zat berkhasiat yang tahan pemanasan

maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan

(Depkes RI, 2000)

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna

(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada satu bejana

silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap

pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya

penetesan/penampungan ekstrak, terus menerus sampai diperoleh (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).


29

B. Cara panas

1. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakuka pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3 - 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dnegan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti merupkan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40 - 50°C.

4. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 90 - 98°C selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

5. Dekok

Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

temperatur sampai titk didih air (Depkes RI, 2000).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Timbangan analitik,

bunsen, kertas perkamen, gelas ukur 100 ml, erlemeyer, batang pengaduk, pipet

tetes, spatel, mortir dan stamfer, cawan penguap, pot salep, botol gel, sudip, kaca

arloji, pH meter, plastik transparan, beker glass, plat kaca, kaca diameter 20 20,

botol maserasi, kain flanel, krus porselen, corong, viskometer Brookfield, rotary

evaporator, kertas saring, labu evaporasi dan alat-alat yang biasa digunakan di

Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Fitokimia.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: ekstrak kulit buah

naga merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose), alkohol

96%, polivinil alkohol (PVA), propilenglikol, hidroksi propil metil selulosa

(HPMC), metil paraben (nipagin) dan propil paraben (nipasol), oleum rosae,

aquadest, masker peel-off pembanding dan bahan-bahan kimia yang biasa

digunakan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Fitokimia.

3.3 Metoda Penelitian

3.3.1 Pengumpulan Dan Pembuatan Simplisia Bahan Uji

Kulit buah naga merah yang digunakan dalam penelitian adalah kulit yang

tidak bersisik dan berwarna merah keseluruhan. Tahapan pertama yang dilakukan

adalah buah naga merah dibuang sisik pada kulitnya kemudian dilakukan

30
31

pemisahan antara kulit buah naga merah dan daging buah naga merah. Kulit buah

naga merah yang telah dikupas, lalu dicuci dengan air mengalir hingga bersih.

Kulit buah naga yang telah bersih dirajang hingga menjadi ukuran lebih

kecil dan tipis untuk selanjutnya dilakukan pengeringan, semakin tipis bahan

yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air sehingga akan mempercepat

waktu pengeringan (Prasetyo dan Inoriah, 2013: 18). Kulit buah naga merah

kemudian diletakkan diatas baki dan diangin-anginkan hingga kering di tempat

yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung (Ma’mun et al., 2006: 321),

pengaruh sinar ultraviolet yang terdapat pada cahaya matahari dapat

menimbulkan kerusakan kandungan kimia pada bahan. Kulit buah naga merah

diangin-anginkan selama ± 3 - 4 hari. Kulit buah naga merah yang telah diangin-

anginkan selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40ºC selama ± 2

jam. Pengeringan dianggap selesai apabila bahan telah dapat dipecah atau retak

apabila diremas dengan tangan (Ma’mun et all., 2006: 317). Kulit buah naga

merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) diperoleh dari

Perkebunan Tanaman Obat Manoko Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

3.3.2 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran, Jatinangor,

Sumedang.
32

3.3.3 Skrining Fitokimia

Skrining Fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol kulit

buah naga merah (Hylicereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) untuk

memeriksa adanya metabolit sekunder. Secara umum senyawa ini meliputi

alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.

1) Alkaloid

Sampel dibasakan oleh ammonia, kemudian ditambahkan kloroform di

gerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring kemudian kedalamnya

ditambahkan asam klorida 2N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terdapat dua

lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi tiga bagian:

a. Bagian pertama ditambahkan pereaksi mayer. Bila terjadi endapan atau

kekeruhan putih, berarti simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.

b. Bagian dua ditambhakan pereaksi dragendroff. Bila terjadi endapan atau

kekeruhan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan

terkandung alkaloid.

c. Bagian tiga digunakan sebagai blanko (Harbone, 2007).

2) Flavonoid

Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk

magnesium dan asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas tangas air,

disaring filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol lalu di kocok kuat.

Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga

merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol (Harborne, 2007).


33

3) Saponin

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditambahkan aquadest panas

10 ml kemudian didinginkan dan dikocok kuat selama 10 detik. Terbentuk busa

setinggi 1 - 10 cm yang stabil selama 10 menit. Pada penambahan 1 tetes asam

klorida 2N, busa tidak hilang (Harbone, 2007).

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylicereus Polyrhizus

(F.A.C.Weber) Britton & Rose)

Metode yang digunakan adalah metode maserasi. Simplisia kering kulit

buah naga merah sebanyak 500 gram dimaserasi dalam 2.5 L etanol 96%

kemudian didiamkan selama 24 jam dilakukan 3 kali pergantian pelarut selama 3

hari dan ditempatkan dalam tepat gelap. Maserat yang diperoleh ditampung,

kemudian diremaserasi sebanyak 3 kali. Maserat dievaporasi dengan rotary

evaporator untuk di pekatkan. Setelah pekat diuapkan kembali untuk

mendapatkan ekstrak kental kulit buah naga merah (Hylicereus Polyrhizus

(F.A.C.Weber) Britton & Rose).

Ekstrak daun kulit buah naga merah kental yang diperoleh ditimbang dan

dilakukan perhitungan rendemen, sebagai berikut :

o o
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
o o np n
34

3.3.5 Formulasi Masker Gel Peel-off Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

Tabel 1
Formulasi Masker Gel Peel-Off

FORMULA (%)
No BAHAN
F1 F2 F3
Ekstrak kulit
1 0.5 1.5 2.5
buah naga merah
2 HPMC 2 2 2
3 Polivinil alkohol 15 15 15
4 Propilenglikol 8 8 8
5 Nipagin 0.18 0.18 0.18
6 Nipasol 0.02 0.02 0.02
7 Oleum rosae 5 tetes 5 tetes 5 tetes
8 Aquades 100 100 100

3.3.6 Prosedur Pembuatan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Naga
Merah

Masing-masing bahan ditimbang kemudian PVA ditambahkan aquadest

lima kalinya dilebur diatas cawan sambil di aduk hingga PVA larut (Fase 1). Di

cawan yang berbeda HPMC di larutkan dengan aquadest dingin dan aduk, setelah

HPMC larut diamkan selama 15 menit (Fase 2). Nipagin di masukan kedalam

cawan kemudian di larutkan menggunalan propilengglikol aduk hingga larut (Fase

3). Selanjutnya masukan F1 + F2 + F3 kedalam mortir aduk hingga homogen

kemudian masukan zat aktif ekstrak kulit buah naga merah beserta oleum rosae

aduk hingga homogen terakhir adukan dengan aquadest hingga 100 ml.

3.3.7 Evaluasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

Penetapan profil stabilitas fisika dilakukan dengan mengevaluasi sifat fisika

sediaan selama 28 hari penyimpanan pada suhu 28°C - 30°C. Sampling dilakukan
35

pada hari ke 0, 1, 7, 14, 21 dan 28 dimana hari ke 0 merupakan waktu sediaan

selesai dibuat (Abdassah et all., 2009).

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,

warna, bau dari gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah

padat (Ansel, 1998).

2. Uji pH

Dilakukan dengan menimbang 10 gram sediaan dilarutkan dalam 50 mL aquadest

dalam beaker glass, ditambahkan aquadest hingga 100 mL lalu aduk hingga

merata. Larutan diukur pH nya dengan pH meter yang sudah distandarisasi

(Sudarmadji, 1984). Ukur dengan pH meter dan catat pH yang ditunjukkan. Hasil

pengukuran menunjukan target pH pada kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Naibaho, 2013).

3. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan cara sebanyak 100 mL gel dimasukkan ke dalam

wadah berbentuk tabung lalu dipasang spindle 64. Spindle harus terendam dalam

sediaan uji. Viskometer dinyalakan dan dipastikan rotor dapat berputar pada

kecepatan 60 rpm. Diamati jarum penunjuk dari viskometer yang mengarah ke

angkan pada skala viskositas lalu dicatat dan dikalikan faktor 100 (Zularnanin,

2013). Nilai viskositas sediaan gel peel-off yang baik yaitu 2000 - 4000 cps (Garg

et all., 2002).

4. Uji Waktu Mengering

Dilakukan dengan cara mengoleskan masker gel peel-off ekstrak kulit buah naga

merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose) ke punggung


36

tangan dan amati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering yaitu waktu

dari saat mulai dioleskannya masker gel peel-off hingga benar-benar terbentuk

lapisan yang kering. Persyaratan untuk waktu sediaan mengering yaitu selama 15

- 30 menit (Slavtcheff, 2000). Kemudiaan waktu tersebut dibandingkan dengan

waktu kering masker produk inovator yang beredar dipasaran (Vieira et all,.

2009).

5. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel saat

dioleskan pada kulit. Sebanyak 1 gram sediaan gel peel-off diletakkan dengan

hati-hati diatas kaca berukuran cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca

yang lain dan digunakan pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 100 gram

dan diukur diameternya setelah 1 menit. Persyaratan daya sebar yaitu antara 5 - 7

cm (Garg et all., 2002).

6. Uji Kesukaan (Uji Hedonik)

Uji hedonik dilakukan dengan melakukan analisis menurut uji kesukaan

(parameter aroma, sensasi di kulit dan warna sediaan) menggunakan 20 orang

panelis yang diberikan contoh sediaan masker gel peel-off. Untuk melihat tingkat

kesukaan responden terhadap sediaan krim berdasarkan masing-masing parameter

digunakan skala numerik yaitu 0 (sangat tidak suka), 1 (agak tidak suka), 2

(netral), 3 (agak suka), 4 (sangat suka), 5 (amat sangat suka) (Panjaitan et all.,

2012).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi ini bertujuan untuk meyakinkan tanaman yang diuji dari genus

dan spesies yang benar. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan adalah buah naga merah dengan nama ilmiah: Hylocereus Lemairei

(Hook.) Britton & Rose. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan pada penelitian ini adalah Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber)

Britton & Rose dengan nama lokal pacar air.

4.2 Hasil Pengolahan Simplisia Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus

Polyrhizus)

Simplisia kulit buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber)

Britton & Rose) didapatkan di Perkebunan Percobaan Manoko Lembang,

Bandung Barat, Jawa Barat. Simplisia kulit buah naga merah yang telah

terkumpul dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian dicuci dengan air

mengalir sampai bersih. Selanjutnya kulit buah naga merah disimpan diwadah dan

dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung dengan

ditutup kain hitam hingga kering selama 2 minggu hingga sebagian kandungan air

dalam simplisia menguap. Diperoleh bobot simplisia kulit buah naga merah

kering sebanyak 500 gram.

37
38

4.3 Hasil Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moistur balance

dengan berat simplisia 2 gram, diperoleh hasil kadar air simplisia kulit buah naga

merah sebesar 3% .

4.4 Hasil Skrining Fitokimia Skrining Fitokimia Terhadap Simplisia Dan

Ekstrak

Kulit buah naga merah bertujuan untuk menentukan golongan metabolit

sekunder yang terdapat didalam daunnya. Metode yang digunakan dalam skrining

fitokimia adalah dengan cara uji warna. Hasil skrining fitokimia dari kulit buah

naga merah dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2.
Skrining Fitokimia

Hasil
No Metabolit Reaksi Pustaka Simplisia Ekstrak
Sekunder

1 Alkaloid Sampel+ pereaksi -Endapan Negatif Positif


mayer putih/jingga

2 Flavonoid Sampel+Mg+HCl -Kuning hingga Positif Positif


2N dan amil merah
alcohol

3 Saponin Sampel + aquades Berbuih Positif Positif

4 Tanin Sampel+ FeCl3 Endapan Negatif Positif


1%+Gelatin1% berwarna
putih/keruh
Keterangan :

Positif : Teridentifikasi senyawa yang diuji

Negatif : Tidak teridentifikasi senyawa yang diuji


39

Berdasarkan hasil skrining fitokimia tersebut dapat diketahui bahwa

simplisia dan ekstrak kulit buah naga merah memiliki kandungan metabolit

sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin dan saponin. Hasil skrining

simplisia dan ekstrak mempunyai perbedaan karena pada sempel simplisia

kemungkinan zat alkaloid dan saponin hanya sedikit sehingga tidak teridentifikasi.

4.5 Hasil Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

Simplisia kulit buah naga merah yang telah kering sebanyak 500 gram

diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dan pelarut yang digunakan

yaitu etanol 96% sebanyak 2.5 liter. Ekstraksi dilakukan selama 3 hari, simplisia

dimasukkan ke dalam alat maserator dan direndam dengan etanol 96% diaduk

pada temperatur ruangan (kamar) kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat.

Filtrat kemudian diuapkan dengan penguap vakum hingga menjadi ekstrak cair,

kemudian ekstrak cair dipekatkan di atas waterbath pada suhu 40°C hingga

diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat sebanyak 43.71 gram. Hasil

rendemen ekstrak dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:

= 8. 742%

Tabel 3.

Hasil Rendemen Ekstrak Kulit Buah Naga Merah


Berat simplisia (g) Berat ekstrak (g) Rendemen ekstrak (%)

500 43.71 8.742%


40

Kadar air yang dari simplisia kulit buah naga merah kering yaitu 3%.

Ekstrak kental kulit buah naga disimpan dalam cawan dan ditutup dengan

menggunakan kertas aluminium foil agar terlindung dari cahaya matahari.

4.6 Hasil Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-off Ekstrak Kulit Buah Naga

Merah

1) Organoleptik

Tabel 4.
Uji Organoleptik Masker Gel Peel-off

Hari Ke-
No Formula Organoleptik
0 7 14 21 28

Bentuk GSP GSP GSP GSP GSP

1 F1 Warna CAK CAK CAK CAK CAK

Bau KM KM KM KM KM

Bentuk GSP GSP GSP GSP GSP

2 F2 Warna CP CP CP CP CP

Bau KM KM KM KM KM

Bentuk GSP GSP GSP GSP GSP

3 F3 Warna C C C C C

Bau KM KM KM KM KM
Keterangan:

GSP: Gel Setengah Padat

CAP: Coklat Agak Kekuningan

CP : Coklat Pucat

C : Coklat

KM: Khas Mawar


41

Perbedaan konsistensi antar formula disebabkan karena konsentrasi

ekstrak yang digunakan berbeda dan jenis pengaroma yang digunakan sama

sehingga aromanya sama. Dari hasil evaluasi organoleptis terhadap masker yang

meliputi bentuk, warna dan bau ini menunjukkan bahwa sediaan masker tidak

mengalami perubahan selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena kesesuaian

antara bahan-bahan dan cara penyimpanan sehingga tidak terjadi interaksi kimia

antara bahan yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sediaan dan

menghasilkan suatu sediaan yang stabil pada penyimpanan.

2) Uji pH
Tabel 5.
Uji pH Masker Gel Peel-off

pH Krim
No Formula (hari ke-)
0 7 14 21 28
1 F1 5 5.2 5.3 5.2 5.3
2 F2 5.4 5.4 5.3 5.3 5.4
3 F3 5.7 5.7 5.8 5.9 5.9

5.5 F1
pH

f2
5
f3
4.5
0 7 14 21 28

waktu

Gambar 5. Grafik Nilai Uji pH


42

Hasil uji pH sediaan masker gel peel-off yang dibuat memiliki pH yang

sesuai dengan pH kulit Persyaratan pH untuk kulit yaitu 4,5 - 6,5 (Tranggono,

2007). Bila pH sediaan berada di luar interval pH kulit dikhawatirkan akan

menyebabkan kulit bersisik atau bahkan terjadi iritasi sedangkan jika berada di

atas pH kulit dapat menyebabkan kulit terasa licin, cepat kering serta dapat

mempengaruhi elastisitas kulit. Dari hasil evaluasi ketiga formula masker gel

peel-off menunjukan pH dengan kriteria yang sesuai dan dipilih itu yang

mendekati pH basa yaitu pada formula 3. Karena jika pH terlalu asam atau basa

akan dapat mengiritasi kulit. pH yang stabil akan membantu menghindari atau

mencegah kerusakan produk selama penyimpanan atau penggunaan.

3) Uji Viskositas
Tabel 6.
Uji Viskositas Masker gel Peel-off

No Formula Viskositas Masker Gel Peel-off (hari ke-)


0 7 14 21 28
1 FI 1200 1260 1270 1250 1200
2 F2 1500 1200 1350 1300 1900
3 F3 1400 1800 1920 1900 2550

3000

F1
2000
viskositas

F2
1000

F3
0
0 7 14 21 28
waktu

Gambar 6. Grafik Uji Viskositas


43

Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa sediaan mengalami peningkatan

viskositas selama 28 hari penyimpanan dibandingkan dengan hari ke - 0

pembuatan sediaan. Gel memiliki sifat formulasi yang apabila dibiarkan dan tidak

mengalami gangguan seperti pengadukan akan menyebabkan terjadinya

peningkatan viskositas pada sediaan. Sifat yang dimiliki gel tersebut adalah

tiksotropi (Ansel, 1989). Dari hasil pengukuran viskositas, semakin tinggi

konsentrasi zat aktifnya maka semakin besar nilai viskositasnya. Dalam

pengamatan selama 4 minggu pada ketiga formula ini menunjukan peningkatan

viskositas pada formula 3 (F3) karena semakin tingginya nilai viskositas maka

semakin baik kekentalannya.

4) Uji Waktu Mengering

Tabel 7.
Uji Waktu Mengering

No Formula Waktu Mengering Masker Gel Peel-off (hari


ke-)
0 7 14 21 28
1 FI 30 29 29 28 27
2 F2 27 27 26 25 25
3 F3 26 26 26 25 24

40
30 F1
menit

20
F2
10
0 F3
0 7 14 21 28
waktu

Gambar 7. Grafik Uji Waktu Mengering


44

Pemeriksaan uji waktu mengering dari masker peel-off ekstrak etanol kulit

buah naga super merah (Hylocereus Polirhizus (F.A.C.Weber) Britton & Rose)

Sebanyak 1 g masker gel peel-off dioleskan pada kulit lengan dengan panjang 7

cm dan lebar 7 cm. Kemudian dihitung kecepatan mengering masker gel peel-off

hingga membentuk lapisan film dari masker gel peel-off dengan menggunakan

stopwatch, hasil yang diperoleh menunjukkan formula F3 lebih cepat mengering

dibandingkan F1 dan F2 karena konsistensi F3 lebih kental dari F1 dan F2. F1

konsistensinya agak encer karena konsentrasi ekstrak yang paling rendah.

5) Uji Daya Sebar

Tabel 8.
Uji Daya Sebar

No Formula Daya Sebar Masker Gel Peel-off (hari ke-)


0 7 14 21 28
1 FI 13 13.4 12.8 11.9 11
2 F2 11.5 10.7 10.5 9.8 9
3 F3 10.8 10 9.5 8.4 7

15

F1
panjang ( cm

10
F2

5
F3

0
0 7 14 21 28
waktu

Gambar 8. Grafik Uji Daya Sebar


45

Pengujian daya sebar selama 28 hari penyimpanan menunjukan bahwa

sediaan mengalami penurunan daya sebar. Daya sebar sediaan dihasilkan

berbanding terbalik dengan viskositas sediaan sehingga menyebabkan terjadinya

penurunan daya sebar sediaan yang dihasilkan. Pengukuran konsistensi dapat

dilakukan dengan cara uji daya menyebar, prinsipnya ialah menghitung

pertambahan luas yang diberikan sediaan setelah diberi beban 2 gram. Dari hasil

evaluasi ketiga formula masker gel peel-off menunjukan daya sebar dengan

kriteria yang sesuai yaitu formula 3 dengan panjang diameter 7 cm.

6) Uji Hedonik

Pada kesempatan ini formula 1, 2, 3 yang diujikan kepada panelis karena

formula tersebut merupakan formula yang terbaik diantara formula lainnya.

Panelis sebanyak 20 orang (10 wanita dan 10 laki-laki) berumur 18 - 24 tahun.

Sukarelawan dimintai kesediaannya untuk menggunakan masker dengan

kesepakatan dan persetujuan bersama untuk memberikan pendapatnya mengenai

tekstur, warna dan aroma dari masker gel peel-off formula 1, 2 dan 3.
46

Tabel 9.
Uji Hedonik
Persentase (%)
Parameter Form
0 1 2 3 4

F1 0 50% 50%

WARNA F2 0 10% 40% 35% 15%

F3 0 5% 10% 45% 40%

F1 0 5% 20% 60% 15%

SENSASI
F2 0 5% 35% 35% 25%
DI KULIT

F3 0 0 30% 35% 35%

F1 0 30% 25% 45% 0

AROMA F2 0 40% 35% 25% 0

F3 0 35% 30% 30% 5%

100
Persentase (%)

80
60 F1

40 F2
20
F3
0
tidak agak agak suka sangat
suka tidak suka suka
Gambar 9. Grafiksuka
Uji Warna Masker Gel Peel-off

Berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap warna masker gel peel-off

sebagian besar panelis pada formula 1, 2 dan 3 menyukai warna peel-off terlihat

pada gambar 7 sebagian besar panelis menyukai warna dari ketiga formula dan

tidak satupun panelis yang tidak suka terhadap warna masker peel-off. Pada
47

formula 2 ada 10% dan formula 3 ada 5% panelis yang agak tidak suka dapat

dilihat pada gambar 7 sedangkan untuk formula 2 diperoleh 10% yang sangat

suka dan formula 3 40% sangat suka. Pada hasil paling banyak pada panelis

sangat suka warna sedian masker peel-off yaitu formula 3 sebanyak 40%. Hal ini

di sebabkan karna warna dari formula 3 sedikit agak gelap yaitu kuning

kecoklatan. Tidak seperti pada formula 1 dan 2 memiliki warna yang cerah pucat

yaitu coklat muda pucat dan coklat pucat sedangkan pada formula 3 terlihat warna

coklat.
100
Persentase (%)

80
60 F1

40
F2
20
0 F3

Gambar 10. Grafik Uji Sensasi Masker Gel Peel-off

Untuk uji kesukaan terhadap sensasi di kulit masker gel peel-off dapat

dilihat pada gambar 8 bahwa ada 5% panelis yang agak tidak suka dengan sensasi

masker peel-off pada formula 1 dan 2. Pada formula 1 ada 10%, formula 2

sebanyak 35% dan formula 3 ada 30% panelis yang agak suka. Pada formula 1

paling banyak panelis yang suka sebanyak 55% sedanglan jumlah formula 2 dan 3

sama sebanyak 35%. Untuk panelis yang sangat suka paling banyak pada

formulasi 3 sebanyak 35% sedangkan formulasi 1 15% dan formulasi 2 sebanyak

25% panelis dan tidak satupun panelis yang tidak suka terhadap warna masker

peel-off. Jadi rata-rata panelis menyukai formula 3 karena sediaan lebih kental
48

melekat dan nyaman di kulit dan memberikan sensasi yang lebih baik dari formula

1 da 2.

100

Persentase (%)
80
F1
60
40 F2

20
F3
0

Gambar 11. Grafik Uji Aroma Masker Gel Peel-off


Untuk uji kesukaan terhadap aroma masker gel peel-off dapat dilihat pada

gambar 9 menunjukan bahwa panelis agak suka dan agak suka terhadap aroma

formula 1, 2 dan 3. Namun sebanyak 5% sangat suka terhadap aroma formula 3

dan formula 1 lebih banyak panelis yang suka. Dari ketiga sediaan rata-rata

disukai paling banyak adalah formula 3.

7) Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna dari pH, viskositas, waktu

mengering dan daya sebar antara formula 1, formula 2, formula 3 dengan

menggunakan metode One Way Anova pada (p< 0,05) dengan taraf kepercayaan

95%.

Hasil uji pH dari ke tiga formula menunjukan adanya perbedaan yang

signifikan dimana selama formula di evaluasi pH tetap konstan di angka 5. Untuk

evaluasi viskositas didapatkan hasil, ketiga sediaan tidak adanya perbedaan yang

signifikan terhadap formula 1, 2 dan 3. Ini disebabkan oleh variasi bobot zat aktif
49

ekstrak etanol kulit buah naga merah 0.1%, 1,5% dan 2,5% yang mengakibatkan

perbedaan kekentalan sediaan. Selanjutnya untuk evaluasi waktu mengering

didapat hasil adanya perbedaan yang signifikan diantara formulasi 1, 2 dan 3.

Perbedaan ini dapat terjadi karena variasi bobot zat aktif ekstrak etanol kulit buah

naga merah dapat mempengaruhi proses mengering nya suatu sediaan dimana

semakin banyak ekstrak yang digunakan maka semakin kental sediaan dan jika di

lakukan uji baik itu pada kulit langsung atau pada media kaca maka semakin cepat

sedian itu mengering. Sementara untuk evaluasi daya sebar didapat hasil adanya

perbedaan yang signifikan terhadap ketiga formulasi. Ini disebabkan oleh variasi

bobot zat aktif ekstrak kulit buah naga merah yang digunakan membuat setiap

sedian berbeda kekentalan nya.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pengaruh konsentrasi ekstrak pada sediaan masker gel peel-off bervariasi

seperti formula 1 (0.5%), formula 2 (1,5%) dan formula 3 (2.5%). Profil

stabilitas fisika kimia sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah naga

merah selama 28 hari pada suhu 28° - 30°C adalah tidak mengalami

perubahan organoleptis (warna dan aroma), homogenitas sediaan yang

baik, terjadi peningkatan viskositas, terjadi penurunan daya sebar, terjadi

semakin cepat mengering dan stabilnya pH. Secara keseluruhan masker

gel peel-off ekstrak kulit buah naga merah stabil selama penyimpanan.

2. Berdasarkan ranking yang tertinggi menunjukkan bahwa formula 3 yang

paling banyak disukai oleh panelis dari segi warna yang menarik, bau yang

wangi, dan sensasi kenyamanan, saat dioleskan dan saat dikelupaskan

tidak sakit. Konsistensi sediaan yang ideal untuk masker peel off sehingga

mudah untuk dioleskan dan dapat melekat dengan baik serta mudah untuk

dikelupaskan karena tidak putus ketika ditarik.

5.2 Saran

Formulasi peel-off ekstrak kulit buah naga merah sebaiknya mencoba

memvariasikan formula basis yang berbeda dan memanfaatkan ekstrak kulit buah

naga merah dalam bentuk sediaan farmasetika lainnya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M., Rusdiana.T, Subghan.A dan Hidayati.G. 2009. Formulasi Gel


Pengelupas Kulit Mati yang Mengandung Etil Vitamin C dalam Sistem
Penghantaran Macrobead. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 7,
No. 2. Hal. 105-111

Agoes, dan Darijanto S. T. (1993). Teknologi Farmasi Likuid Dan Semi Solid.
Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB, Bandung.

Anonim. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen kesehatan


republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C. 1998, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi., Edisi 4.,Jakarta.,


Universitas Indonesia

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Perundang-Undangan di


Bidang Kosmetik, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik
dan Produk Komplemen. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 2003; hal. 1.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Formularium Kosmetika


Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1995.

Departement Kesehatan R.I. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makan.
Bhratara.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media

Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta. 1995.

Garg, A.,Deepika.A, Garg.S, and Sigla.A.K (2002). Spreading of semisolid


formulation. USA : Pharmaceutical Tecnology. Pp. 84-104

Harborne, J.B., 2007., Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern


Menganalisis Tumbuhan. . Edisi III. Institusi Teknologi Bandung.,
Bandung

Hardjadinata, Sinatra. 2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik.
Bogor : Penebar Swadaya.

51
52

Harry RG. Harry’s Cosmeticology, Ed.7. New York: Chemical Publishing Co.,
Inc., 2008; hal. 103-109.

Helfrich, Y.R, Sachs, D.L, & Vorhees, J.J (2008).Overview of skin aging and
photoaging. Dermatology Nursing, 20 (30), 177-183.

Ide, Pangkalan. 2009. Health Secret of Dragon Fruit : Menguak Keajaiban si


Kaktus Eksotis dalam Penyembuhan Penyakit. Jakarta : PT Elex
Komputindo.

Jaafar, Ruzainah Ali., Rahman, Ahmad Ridhwan Bin Abdul., Mahmod, Nor Zaini
Che. dan Vasudevan, R. 2009. “Proximate Analysis of Dragon
Fruit(Hylocereus polyrhizus)”. American Journal of Applied Sciences, 6
(7): 1341- 1346.

Jamilah, B., Shu, C. E., Kharidah, M., Dzulkifly, M. A., dan Noranizan, A. 2011.
“Physico-chemical Characteristics of Red Pitaya (Hylocereus
polyrhizus) Peel”. International Food Research Journal. 18:279-286.

Kristanto, Daniel. 2014. Berkebun Buah Naga. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kumalaningsih, S. 2006, Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas, Trubus


Agrisarana : Surabaya

Lestari, P.M., Sutyasningsih, R. B. and Ruhimat. 2013.The Influence of Increase


Concentration Polivinil Alcohol (PVA) As a Gelling Agent On Physical
Properties of The Peel-Off Gel Of Pineapple Juice (Ananas comosusL.)
.Asian Societiesof Cosmetic Scientists Conference. P. 127.

Ma’mun, Suhirman, Manoi, Sembiring, Tritianingsih, Gani, Tjitjah, dan Kustiwa.


2006. Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng. Laporan
Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik : 314-324.
Muhtaram, A, 2013, Antioksidan dan Radikal Bebas, www. Metris
comunity.com
Naibaho, Olivia H. Paulina V.Y. Yamlean, Weny Wiyono., 2013., Pengaruh
Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimun Sanctum L.) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat
Panjaitan E N, Saragih A, Purba D., 2012, Formulasi Gel Dari Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale R.). Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology. Sumatra Utara: Departemen Teknologi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas SumateraUtara,Hal. 9-20, Vol.1, Hal. 1.
53

Prasetyo dan Inoriah, Entang. 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-


Obatan (Bahan Simplisia). Bengkulu : Badan Penerbitan Fakultas
Pertanian UNIB.
Pribadi, Yoga Sindi., Sukatiningsih., dan Sari, Puspita. 2014. Formulasi Tablet
Effervescent Berbahan Baku Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) dan Buah Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp).
Berkala Ilmiah PERTANIAN, 1 (4) : 86-89

Rahmawanty, Dina., Nita. Yulianti, dan Mia. Fitriana. 2015. Formulasi dan
Evaluasi Masker Wajah Peel-Off Mengandung Kuersetin Dengan
Variasi Konsentrasi Gelatin dan Gliserin."Media Farmasi. 12 (1): 17-32.

Rekso, G. T dan Sunarni, A. (2007). Karakteristik Hidrogel Polivinil Alkohol


Kitosan Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Jakarta : Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi (PATIR) – BATAN.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-sel Tubuh Manusia.


BioTrends, 4 (1) : 5-9.
Rowe, R. C., Sheskey .P. J, dan Quinn M. E. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Edisi ketujuh. Pharmaceutical Press and the
American Pharmacist Association, USA

Syaifuddin.(2009). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medica, 393-


395.

Saifudin, A., Rahayu, V. dan Teruna, H.Y. 2011. Standarisasi Bahan Obat
Alam. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Saneto, Budi. 2008. Karakterisasi Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus


polyrhizus). AGRIKA, 2 (2) : 143-149.

Septiani, Shanti, Nasrul Wathoni, and Soraya R. Mita. 2012. Formulasi Sediaan
Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun
gnemon Linn.). Students e-Journals. 1 (1).

Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Kanisius Media.

Slavtcheff, C. S. (2000). Komposisi kosmetik untuk masker kulit muka.


Indonesia Patent 2000 / 0004913

Sudarmadji, S., Haryono,B ., Suhardi., 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan


Makanan dan Pertanian., Penerbit Liberty.,Yogyakarta.
54

Tranggono, R.I., dan Latifah,F., (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. PT. Gramedia, Jakarta.

Vimala S, Adenan Mohd Ilham, Ahmad Abdull Rashih and Shahdan Rohana.
2003. Nature`s Choice To Wellness: Antioxidant Vegetables/Ulam.
Malaysia, Kuala Lumpur: Forest Research Institut.

Vieira, R.P. 2009. Physical and Physicochemical Stability Evaluation of


Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences.
45(3): 515-525.

Warisno dan Dahana, Kres. 2010. Buku Pintar Bertanam Buah Naga Di
Kebun, Pekarangan, dan Dalam Pot. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wade, A., and Waller, P.J.1994. Hand Book of Pharmaceutical Excipients.


Second Edition. London : The Parmaceutical Press. Pp. 437- 438

Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan
Aplikasinya Dalam Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius Media.

Winarsih, S. (2007). Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. CV Aneka


Ilmu. Semarang.

Youngson, Robert. 2005. Antioksidan : Manfaat Vitamin C dan E Bagi


Kesehatan. Jakarta : Arcan.

Zulkarnain, K., 2013., Stabilitas Fisik Sediaan Lotion O/W dan W/O Ekstraksi
Buah Mahkota Desa Sebagai Tabir Surya Dan Uji Iritasi Primer Pada
Kelinci.,Gadjah Mada Univesity Press., Yogyakarta.
LAMPIRAN I
METODE PENELITIAN

Kerangka konsep penelitian sediaan Masker Gel peel-off

Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

(hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton &Rose)

Pengumpulan Bahan

Determinasi

Pembuatan Simplisia

Penetapan Kadar Air Skrining Fitokimia Pembuatan Ekstrak

Metode Maserasi (ekstraksi dengan pelarut etanol 96%)

Ekstrak cair di keringkan dengan menggunakan Vacum Evaporatory

Ekstrak kental kulit buah naga merah

Pengelolaan Sampel

Perhitungan Rendemen Ekstrak :

o o
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥
o o w l l hn m h

Uji sediaan peel off :


Dibuat variasi formulasi sediaan peel-off
 Uji Organoleptik
 Uji Viskositas
 Uji pH
 Uji Daya Sebar 55
 Uji Waktu Mengering
56

LAMPIRAN II
HASIL DETERMINASI KULIT BUAH NAGA MERAH
57

LAMPIRAN III
SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF

EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton &Rose)

FORMULA 1 FORMULA 2 FORMULA 3


58

LAMPIRAN IV
HASIL ANALISIS DATA ONE WAY ANOVA

1. Uji pH
ANOVA

pH

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square

Between .000 2 .000 . .


Groups

Within Groups .000 12 .000

Total .000 14

2. Uji Viskositas
ANOVA

Viskositas

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square

Between 8401293.33 2 4200646.66 .951 .414


Groups 3 7

Within Groups 5.299E7 12 4415536.66


7

Total 6.139E7 14

3. Uji Daya sebar


ANOVA

D.sebar

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square
59

Between 26.217 2 13.109 11.141 .002


Groups

Within Groups 14.120 12 1.177

Total 40.337 14

4. Uji Mengering

ANOVA

Mongering

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square

Between 28.933 2 14.467 14.000 .001


Groups

Within Groups 12.400 12 1.033

Total 41.333 14
60

LAMPIRAN V

FORMAT SURAT PERSYARATAN KESEDIAAN PANELIS

LAMPIRAN VI
61

LAMPIRAN VI

FORMAT PENILAIAN UJI HEDONIK

Anda mungkin juga menyukai