INDIKASI Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis,dermis dan subkutan tergantung faktor penyebab dan lama kulit kontak dengan sumber panas (Syamsuhidayat,2005). Proses penyembuhan luka bakar mencakup kecepatan dan diameter luka bakar, dimana kecepatan diukur dengan menghitung waktu penyembuhan sedangkan diameter dihitung dengan jangka sorong (suratman et al, 1996). EKSTRAK Banyak tanaman tradisional di indonesia yang bermanfaat sebagai obat salah satunya yaitu Daun sirih dalam bahasa latin dikenal dengan nama Piper Betle Linn. Daun sirih memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, tanin, alkaloid, fenol dan flavanoid yang mempunyai kemampuan untuk membantu proses penyembuhan luka dan merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka (Asri M, 2017). Daun sirih mengandung saponin, tanin, flavanoid dan minyak atsiri yang dapat membantu proses penyembuhan luka karena berfungsi sebgai antioksidan dan antimikroba yang mempengaruhi penyambungan luka juga mempercepat epitelisasi. Senyawa-senyawa tersebut juga bekerja dengan efek komplementer atau saling melengkapi dalam hal penyembuhan terhadap luka (Kusumawardhani dkk, 2015). KLASIFIKASI TANAMAN Regnum : Plantae Divisi : Tracheophyta Sub divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper Betle Linn. EKSTRAKSI Pada proses ekstraksi ini simplisia yang digunakan yaitu sebanyak 500 gram dengan menggunakan metode maserasi dan pelarut etanol sebagai cairan penyarinya. Maserasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dan paling sederhana dimana dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya dengan pengadukan berulang-ulang (Agoes,2007) Prinsip kerja maserasi yaitu cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasin antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantim oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi). Peristiwa terebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Agoes,2007). STANDARISASI EKSTRAK Parameter non spesifik a. Kadar air dan susut pengeringan b. Kadar abu c. Sisa pelarut d. Residu pestisida e. Cemaran logam berat f. Cemaran mikroba g. Kadar sari larut air dan larut etanol Parameter spesifik a. Identitas meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang digunakan dan senyawa identitas b. Organoleptik meliputi penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental, cair) warna, bau dan rasa c. Kandungan kimia untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa terkandung PREFORMULASI Dasar Pemilihan Bentuk Sediaan Sediaan dibuat dalam bentuk krim karena di tujukan untuk pemakain luar dan memiliki keuntungan seperti mudah dioleskan, mudah dicuci, dapat digunakan pada kulit dengan luka basah dan terdistribusi merata (Aris R, 2013). Dasar pemilihan Zat Aktif Daun sirih dipilih sebagai zat aktif karena memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti flavanoid, saponin, tanin dan minyak atsiri yang berperan dalam proses penyembuhan luka bakar. a. Mekanisme kerja dari flavanoid yaitu berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba dan juga antiinflamasi pada luka bakar dimana onset nekrosis sel dikurangi dengan cara mengurangi lipid peroksidasi sehingga meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah dan sintesis DNA. b. Saponin bekerja dengan cara meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke area luka sehingga meningkatkan produksi sitokin yang akan mengaktifkan fibrolas di jaringan luka dan berfungsi sebagai antiseptik. c. Tanin bekerja dengan cara membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka dan pembentukan pembuluh darah kapiler juga fibrolas serta berfungsi sebagai astringen, antibakteri, dan antioksidan. d. minyak atsiri mengandung kavikol dan fenol yang berguna sebagai antimikroba, antibakteri dan desinfektan. (kusumawardhani dkk, 2015) RANCANGAN FORMULA Tiap 25 gr mengandung Ekstrak Daun Sirih 15% Propilenglikol 15% Gliserin 3% Cetil alkohol 2% Lanolin 2% Tween 60 4% Span 60 4% DMDM Hydantoin 0,01% Phenoxyethanol 0,5% Isopropil Myristate 2% Alfatokoferol 0,01% Oleum Rosae q.s Aquadest ad 100% RANCANGAN DESAIN KEMASAN Rencana Nomor Registrasi : TR 191700011 Rencana Nomor Batch : J 907001 Dasar pemilihan Bahan Tambahan 1. Prpilenglikol : Humektan Karena propilenglikol akan menjaga kestabilan sediaan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Propilenglikol juga dapat memeprtahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering (Esti,2013). 2. Gliserin : Emolient Karena pada gliserin mampu membuat sediaan menjadi lembut pada saat dioleskan dan mudag diratakan (Hendrarti,et.al,2013). 3. Lanolin : Basis Sebagaai tambahan karena campuran minyak seperi minyak tumbuhan yang lebih baik dari pada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Trannggono dan latifah,2007). 4. Tween dan Span 60 : Emulgator Karena dalam jurnal elmina (2009) perbandingan antara tween span 60 dengan 80 bahwa tween span 60 lebih stabil pada penyimpanan dengan konsentrasi 2% dibanding dengan tween span 80. 5. DMDM Hydantoin : Pengawet Karena memiliki aktivitas spektrum luas terhadap bakteri, jamur dan ragi. Efektif dalam larutan asam, netral dan basa ringan. Stabil dibawah suhu normal larut dengan air ( Andries,2003). 6. Phenoxyethanol : Pengawet Fase Minyak Karena Pengawet ini efektif terhadap pseudomonas penyebab jerawat, melindungi sediaan dengn baik serta sangat baik untuk pembersih yang larut dalam minyak ( Fatmawaty et.al,2012) 7. Isopropil Myristate : Peningkat Penetrasi Memiliki kemampuan untuk meningkatkan penetrasi dengan membantu difusi obat melewati stratum korneum, selain itu memiliki kemampuan meningkatkan difusi ke dalam stratum korneum dengan cara melarutkan zat aktif ke dalam kulit atau protein kulit ( Aniyanti N,2017). 8. Alfatokoferol : Antioksidan Mencegah proses penuaan, pemeliharaan dan perlindungan proses biologis normal seperti sebagai antiinflamasi dan sebagainya (Rowe,2009). 9. Aquadest : Pelarut Karena sifatnya yang inert dan tidak toksik (Fatmawaty,2012). 10. Cetil Alkohol Dalam emulsi minyak dalam air (M/A), setil alkohol dapat meningkatkan stabilitas dari emulsi (Rowe,2009). CARA KERJA 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan 3. Dilarutkan ekstrak dengan sedikit etanol 4. Dilebur fase minyak yaitu phenoxyethanol, span 60, lanolin, isopropil myristate secara bersamaan pada suhu 70⁰C 5. Dipanaskan fase air yaitu gliserin, dmdm hydantoin, propilenglikol dan aquadest secara bersamaan pada suhu 70⁰C 6. Dimasukkan fase air ke dalam lumpang 7. Dituang fase minyak sedikit demi sedikit ke dalam fase air sambil digerus hingga homogen 8. Dimasukkan alfatokoferol pada suhu 45⁰C lalu gerus hingga homogen 9. Dimasukkan oleum rosae secukupnya 10. Dimasukkan ke dalam wadah primer dan diberi etiket 11. Dimasukkan ke dalam wadah sekunder 12. Dilakukan evaluasi sediaan krim Evaluasi 1. Uji Organoleptik Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan sediaan secara fisik dengan menggunakan panca indera yang meliputi warna, bau dan tekstur. 2. Uji Tipe Emulsi Uji ini dilakukan menggunakan metode pengenceran. Krim yang dibuat dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian diencerkan dengan aquadest, jika emulsi tidak tercampurkan dengan air maka emulsinya tipe air dalam minyak. 3. Uji Viskositas Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat viskometer brookfiield. Hasil viskositas krim dapat dilihat dari angka yang ditunjukkan oleh alat. 4. Uji daya sebar Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan zat aktif untuk menyebar pada permukaan kulit ketika di aplikasikan. 5. Uji daya lekat Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan untuk melekat dengan baik pada kulit. 6. Uji pengukuran pH Uji ini dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH universal. Perhitungan HLB Fase Minyak Lanolin 2% (10) Cetil alkohol 2% + (15) 4% Perhitungan Persen 1. Lanolin = x 100% = 50%
2. Cetil alkohol = x 100% = 50%
100%
Perhitungan HLB 1. Lanolin = x 10 = 5
2. Cetil alkohol = x 15 = 7,5
12,5 Tween 60 = 14,9 Span 60 = 4,7 A = ( HLBbutuh – HLBB) X 100 ( HLBA – HLBB ) = 12,5 – 4,7 X 100 = 76,4% 14,9 – 4,7 B = 100 – 76,4 = 23,6%