Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
memahami distribusi dan ekskresi obat yang diberikan atau digunakan secara
topikal (tetes mata). Obat yang digunakan secara topical pada percobaan ini
adalah tetes mata Kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum
luas yang dapat mengatasi konjungtivitis akut pada mata, yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Kloramfenikol bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab
infeksi, atau memperlambat hingga menghentikan pertumbuhannya.
Untuk dapat masuk ke dalam salah satu cairan tubuh ini suatu obat harus
melewati sel-sel epitel, atau dengan kata lain obat harus bisa masuk ke dalam sel-
sel.
Volume distribusi (Vd) adalah volume perkiraan obat terlarut dan terdistribusi
dalam tubuh. Kegunaannya adalah untuk menentukan dosis obat yang diperlukan
untuk memperoleh kadar obat dalam darah yang dikehendaki.
Semakin besar nilai volume distribusi, semakin luas distribusinya. Besarnya
volume distribusi ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, dan derajat ikatan
obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan.
Distribusi obat juga dipengaruhi oleh ikatan protein plasma. Dalam darah,
obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan protein sebelum mencapai
organ target. Pengikatan obat oleh protein akan berkuarang pada kasus malnutrisi
karena adanya defisiensi protein, demikian juga jika kita mimum susu bersamaan
dengan obat akan mempengaruhi pengikatan obat dengan protein.
Data yang kami peroleh dari tiap waktu pengambilan sampling yaitu negatif.
baik yang kontrol maupun pembanding dengan tidak memberikan hasil reaksi
warna violet merah sampai ungu. Hasil negatif ini bisa jadi karena reagen yang
digunakan sudah terkontaminasi dan sampel pembanding kemungkinan belum
mengandung obat yang di ekskresi karena Kloramfenikol itu sendiri di
ekskresikan setelah 3-4 jam setelah obat diberikan. Demikian data yang kami
peroleh.
Pemberian obat tetes mata Kloramfenikol diekskresi setelah 3-4 jam sesudah
obat diberikan. Setelah pemberian Kloramfenikol, obat diabsorpsi melalui kornea
dan konjungtiva, selanjutnya menuju humor aquos. Absorpsi terjadi lebih cepat
bila kornea mengalami infeksi. Absorpsi sitemik dapat terjadi melalui saluran
nasso lakrimal. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya melalui urin. Obat ini
mengalami inaktivasi di hati.