Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
memahami distribusi dan ekskresi obat yang diberikan atau digunakan secara
topikal (tetes mata). Obat yang digunakan secara topical pada percobaan ini
adalah tetes mata Kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum
luas yang dapat mengatasi konjungtivitis akut pada mata, yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Kloramfenikol bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab
infeksi, atau memperlambat hingga menghentikan pertumbuhannya.

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke


jaringan dan cairan tubuh. Obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah. Selain tergantung pada aliran darah, distribusi obat juga
dipengaruhi oleh sifat fisika-kimianya.

Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam


tubuh. Distribusi fase pertama, terjadi segera setelah penyerapan, yakni ke
jantung, hati, ginjal dan otak. Selanjutnya distribusi fase kedua, jauh lebih luas,
yaitu mencakup jaringan otot, visera, kulit dan jaringan lemak. Distribusi ini baru
mencapai keseimbangan setelah waktu yang cukup lama. Pada saat proses
distribusi inilah obat terdistribusi sampai kedalam sel dan menimbulkan efek obat.
Efek obat timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel. Interaksi obat
dengan reseptor inilah yang mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi
yang merupakan respon khas untuk obat tersebut.

Untuk dapat masuk ke dalam salah satu cairan tubuh ini suatu obat harus
melewati sel-sel epitel, atau dengan kata lain obat harus bisa masuk ke dalam sel-
sel.

Volume distribusi (Vd) adalah volume perkiraan obat terlarut dan terdistribusi
dalam tubuh. Kegunaannya adalah untuk menentukan dosis obat yang diperlukan
untuk memperoleh kadar obat dalam darah yang dikehendaki.
Semakin besar nilai volume distribusi, semakin luas distribusinya. Besarnya
volume distribusi ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, dan derajat ikatan
obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan.

Distribusi obat juga dipengaruhi oleh ikatan protein plasma. Dalam darah,
obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan protein sebelum mencapai
organ target. Pengikatan obat oleh protein akan berkuarang pada kasus malnutrisi
karena adanya defisiensi protein, demikian juga jika kita mimum susu bersamaan
dengan obat akan mempengaruhi pengikatan obat dengan protein.

Eksresi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju organ


eksresi. Eksresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena jika obat berlama
lama didalam sirkulasi sistemik maka dia akan menjadi racun didalam tubuh.
Umumnya obat dieksresikan melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Kadar obat dalam saliva menggambrakan kadar obat didalam
darah. Maka saliva dapat digunakan untuk mengukur kadar obat jika sukar untuk
memperoleh darah.

Pada praktikum objek ini pelaksanaan percobaan sebagai berikut: a. Tiap


kelompok memilih 2 orang sukarelawan yang ditetapkan sehari sebelum
percobaan; b. Pada hari praktikum sukarelawan diberi 2 tetes obat mata
kloramfenikol; c. Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan
urine diambil untuk kontrol, saliva diambil untuk control; d. Sampel saliva
dikumpulkan setiap 2 menit selama 20 menit. Sampel urin dikumpulkan pada
menit ke-5. 30, 60, 90 dan 120 setelah pemberian obat; e. Lakukan analisa urin
dan saliva sebagai berikut (FI ed lV) Larutkan 10 mg dalam 1 mL etanol (95%)P,
tambahkan 3 mL campuran dan 1 bagian larutan HCI dan 9 bagian air.
Tambahkan 50 mg serbuk Zn, panaskan di atas penangas air selama 10 menit.
Lakukan dekantasi terhadap supernatan. Tambahkan 10 mg Na Asetat anhidrat
dan 2 tetes Benzoil klorida. Kocok selama 10 menit, tambahkan 0,5 mL larutan
FeCI3, jika perlu tambahkan HCI encer secukupnya hingga larutan jernih, terjadi
warna violet merah sampai ungu. Ulangi pengujian, tanpa penambahan serbuk Zn,
tidak terjadi warna violet merah sarnpai ungu.
Pada prosedur ini akan terbentuk reaksi-reaksi kimia yang akan memberikan
warna. Kegunaan etanol (95%)P pada cara kerja bermaksud untuk melarutkan
larutan sampel yang mengandung kloramfenikol karena seperti yang kita ketahui
bahwa kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air.
Kemudian penambahan HCl dan H2SO4 disini sebagai katalisator. FeCl3 mengikat
gugus OH pada kloramfenikol dan diperkuat ikatannya oleh penambahan reagen
NaNO2.Dari prosedur ini maka diharapkan hasil uji yang terbentuk dari waktu ke
waktu akan menghasilkan warna violeh merah sampai ungu jika direaksikan.

Data yang kami peroleh dari tiap waktu pengambilan sampling yaitu negatif.
baik yang kontrol maupun pembanding dengan tidak memberikan hasil reaksi
warna violet merah sampai ungu. Hasil negatif ini bisa jadi karena reagen yang
digunakan sudah terkontaminasi dan sampel pembanding kemungkinan belum
mengandung obat yang di ekskresi karena Kloramfenikol itu sendiri di
ekskresikan setelah 3-4 jam setelah obat diberikan. Demikian data yang kami
peroleh.

Pemberian obat tetes mata Kloramfenikol diekskresi setelah 3-4 jam sesudah
obat diberikan. Setelah pemberian Kloramfenikol, obat diabsorpsi melalui kornea
dan konjungtiva, selanjutnya menuju humor aquos. Absorpsi terjadi lebih cepat
bila kornea mengalami infeksi. Absorpsi sitemik dapat terjadi melalui saluran
nasso lakrimal. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya melalui urin. Obat ini
mengalami inaktivasi di hati.

Setiap orang mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda.


Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada suatu kelompok orang, dapat
menunjukkan gambaran kada dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas
respon yang berbeda-beda pula.

Parameter dalam proses farmakokinetik meliputi volume distribusi, bersihan


(clearance), bioavailabilitas, dan waktu paruh. Waktu paruh didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan suatu obat agar konsentrasinya menjadi 50% dari
konsentrasi semula. Efek obat akan lebih panjang bila mempunyai waktu paruh
panjang. Waktu paruh ini dipengaruhi olek konstantsa kecepatan eliminasi dan
volume distribusi obat yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai