Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami
distribusi dan ekskresi obat yang diberikan/dipakai secara topikal (tetes mata). Obat yang
digunakan secara topical pada percobaan ini adalah tetes mata Kloramfenikol. Pemberian
obat tetes mata Kloramfenikol diekskresi setelah 3-4 jam sesudah obat diberikan. Pada
kelompok kami, dilakukan uji pada saliva. Sukarelawan diberikan Kloremfenikol tetes
mata. Setelah pemberian Kloramfenikol, obat diabsorpsi melalui kornea dan konjungtiva,
selanjutnya menuju humor aquos. Absorpsi terjadi lebih cepat bila kornea mengalami
infeksi. Absorpsi sitemik dapat terjadi melalui saluran nasso lakrimal. Jalur ekskresi
Kloramfenikol utamanya melalui urin. Obat ini mengalami inaktivasi di hati. Saliva
pembanding di ambil setiap 2 menit setelah pemberian obat tetes mata Kloramfenikol.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saliva, hasil pengamatannya, semua menunjukkan nilai
negatif baik yang kontrol maupun pembanding dengan tidak memberikan hasil reaksi
warna violet merah sampai ungu. Hasil pengamatan negatif diduga karena reagen yang
digunakan sudah terkontaminasi dan sampel (saliva) pembanding kemungkinan belum
mengandung obat yang di ekskresi karena Kloramfenikol itu sendiri di ekskresikan setelah
3-4 jam setelah obat diberikan.
Kecepatan
pengosongan
lambung
yang
mempengaruhi
kecepatan
diekskresikan
melalui
kelenjar
saliva
itu
sendiri
tanpa
melalui
proses filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorbsi pasif di
tubulus proksimalis dan distalis ginjal (Martin, 1993).