Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai farmakokinetika

sediaan intravena dengan model mono kompartemen dan multi kompartemen

dengan tujuan untuk mengetahui prinsip dan perhitungan parameter-parameter

farmakokinetika model mono kompartemen dan multi kompartemen dari sediaan

intravena. Manfaat dari permodelan kompartemen ini untuk mengetahui perkiraan

kadar obat di dalam plasma, interaksi obat, hubungan konsentrasi obat dengan

aktivitas farmakologis tubuh atau melihat pengaruh penyakit terhadap proses

farmakokinetika, membandingkan bioavaibilitas, menentukan ekivalensi dari

formula yang berbeda, dan pengaruh penyakit terhadap proses adsrobsi, distribusi,

metabolisme, dan eliminasi (ADME) obat, sehingga dapat mengetahui disposisi

obat yang berada di dalam tubuh. Permodelan farmakokinetika dilakukan untuk

menggambarkan suatu sistem biologis yang kompleks berkaitan dengan

pergerakan obat dalam tubuh dimana sebagian besar model farmakokinetika

menganggap bahwa konsentrasi obat dalam plasma mencerminkan konsentrasi

obat dalam tubuh secara global atau keseluruhan (Shargel et al, 2012).

Percobaan ini dilakukan di dalam laboratorium komputer dengan

menggunakan aplikasi software microsoft excel dengan melihat data

farmakokinetik yang tersedia dengan model mono kompartemen dan multi

kompartemen. Penggunaan aplikasi software microsoft excel ini untuk

menghitung keakuratan data karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat, dapat

menghilangkan kesalahan-kesalahan perhitungan bila dihitung secara manual,

tampilan aplikasi yang mudah dimengerti, dapat menampilkan grafik konsentrasi


plasma, dan dapat memilih model kompartemen yang terbaik (Sukmadjaja dkk,

2006).

Penelitian farmakokinetik dalam suatu zat aktif merupakan penelitian

identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu

sehingga dapat menggambarkan model parametrik yang khas. Model tersebut

dapat berupa model mono kompartemen atau multi kompartemen yang sangat

tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh (Shargel et al,

2005). Jika obat dimasukkan ke dalam tubuh akan langsung terdistribusi dan

segera tereliminasi serta memiliki kurva yang linier, maka obat tersebut mengikuti

model mono kompartemen. Sedangkan, jika obat dimasukkan ke dalam tubuh

tidak secara langsung terdistribusi dan dan tereliminasi serta tidak memiliki kurva

yang linier, maka obat tersebut mengikuti model multi kompartemen.

Model Mono Kompartemen

Pada model mono kompartemen, tubuh dianggap memiliki satu ruangan

karena proses distribusi dan eliminasi nya pada aliran yang sama atau proses

distribusi dan eliminasi nya secara cepat. Ketika obat masuk ke dalam tubuh atau

suatu kompartemen, obat akan terdistribusi secara cepat dan homogen didalam

kompartemen tersebut kemudian obat akan segera tereliminasi, sehingga akan

menunjukan bahwa model mono kompartemen ini akan memiliki kurva yang

linier. Pada model ini, perubahan kadar obat di dalam darah mencerminkan

perubahan kadar obat di dalam jaringan. Laju eliminiasi obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat

itu.

Pada percobaan ini, zat aktif diberikan dengan rute intravaskular. Rute

intravaskular dimodelkan untuk obat atau zat aktif secara intravena. Tujuan dari

pemberian obat secara intravena adalah untuk memberikan onset obat yang cepat

karena obat langsung disuntikkan ke sirkulasi darah, sehingga obat tidak

mengalami fase absrobsi dan memiliki bioavaibilitas yang tinggi (100%).

Disposisi obat ke dalam organ-organ dengan kecepatan berbeda tergantung pada

aliran darah ke dalam organ, lipofilisitas obat, berat molekul, dan afinitas obat

terhadap jaringan. Obat akan dieliminasi ke luar tubuh melalui organ ekskresi

seperti ginjal setelah dimetabolisme di dalam hati.

Gambar diatas merupakan kurva model mono kompartemen yang turun

secara linier. Ketika obat diinjeksikan ke dalam tubuh, obat tersebut langsung
berada di dalam surkulasi darah sehingga obat tidak mengalami fase absorbsi,

tetapi akan langsung mengalami fase distribusi ke seluruh kompartemen dan

segera tereliminasi. Konsentrasi obat pada waktu nol (C0) dapat dihitung dengan

cara besarnya dosis obat (D) yang diberikan dibagi dengan besarnya volume

distribusi (Vd). Adapun parameter-parameter farmakokinetik dengan rute

intravena. Parameter yang digunakan yaitu nilai konstanta kecepatan eliminasi (k),

volume distribusi (Vd), krilers (Cl), waktu paruh (t½), dan Area Under the Curve

(AUC). Pada rute intravena tidak terdapat nilai kecepatan absrobsi (ka) karena

tidak terdapat fase absrobsi.

Konstanta kecepatan eliminasi (k) merupakan fraksi obat yang dieliminasi

dari dalam tubuh setiap unit waktu. Tubuh dianggap mengikuti kompartemen satu

terbuka. Bila nilai k diketahui, maka jumlah obat yang tinggal di dalam tubuh

untuk waktu tertentu setelah diberikan secara intravena dapat diketahui. Obat yang

tereliminasi adalah konstan dan kecepatan eliminasi menurun dengan

pertambahan waktu. Volume distribusi (Vd) adalah gambaran volume cairan

tubuh dimana obat terlarut di dalamnya (liter/ml). Model ini menggapap bahwa

berbagai perubahan kadar obat di dalam plasma mencerminkan perubahan yang

sebanding dengan kadar obat di dalam jaringan, diilustrasikan sebagai larutan

yang berada di dalam gelas beker dalam satu wadah. Klirens (Cl) adalah volume

obat persatuan waktu yang dikeluarkan oleh tubuh tanpa memperhitungkan

mekanisme prosesnya (ml/menit). Obat akan dieliminasi pada organ ginjal dan

hati dengan klirens total yang merupakan jumlah dari klirens ginjal sebagai

pengeliminasi utama (renalis) dan hati (hepatik). Waktu paruh (t½) adalah waktu
yang dibutuhkan sehingga konsentrasi obat tinggal setengah dari konsentrasi

sebelumnya. Waktu paruh tidak tergantung pada dosis maupun pada cara

pemberian obat. Jika nilai klirens naik mana t½ turun karena obat dieksresi secara

cepat, tapi jika nilai klirens turun maka t½ naik karena obat dieksresi secara

lambat Area Under the Curve (AUC) adalah suatu kurva yang menggambarkan

probabilitas dengan variabel sensitivitas dan spesifisitas dengan nilai batas antara

0 hingga 1. AUC mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi

sistemik (Nasution, 2015).

Dari hasil data pengamatan pemodelan farmakokinetika mono kompartemen

yang dilakukan dengan dosis intravena 250 mg, diperoleh konsentrasi awal di

dalam tubuh sebesar 8,57371 µg/mL dan waktu paruh eliminasi adalah

4,06929/jam dengan laju eliminasi obat 0,1703/jam. Memiliki volume distribusi

29,1589 mL, serta klirens/bersihan obat sebesar 4,96576 L/jam dan jumlah obat

didalam darah 50,3447 µg/mL.jam. Dari hasil tersebut dapat terjadi pada

pemodelan mono kompartemen karena obat menganggap tubuh seperti 1 ruangan

yang sama dimana obat secara cepat terdistribusi ke semua jaringan sehingga obat

langsung didistribusikan tanpa harus mengalami proses absorpsi, maka grafik

yang di dapat dalam bentuk linier karena obat langsung masuk ke sistem sirkulasi

darah.

Bedasarkan dari data pengamatan yang diperoleh nilai Vd sebesar 29,1589

mL atau 2,91589 L menurut (Nasution, 2015) apabila nilai Vd yang diperoleh

sebesar 5 L atau kurang dari 5 L hal ini menunjukkan bahwa obat tersebut berada

di dalam darah (kompartemen sentral) jika nilai Vd yang di peroleh lebih dari 5 L
maka komposisi obat akan berada di kompartemen perifer (jaringan). Jadi, dalam

percobaan ini bisa dikatakan bahwa obat tersebut berada pada di dalam darah

(kompartemen sentral).

Model Multi Kompartemen

Pada model multi kompartemen, tubuh dianggap memiliki dua ruangan

karena proses distribusi dan eliminasi nya secara lambat. Dua ruangan tersebut

yaitu kompartemen sentral dan kompartemen perifer. Kompartemen sentral

meliputi darah, cairan ekstraselular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi,

kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Sedangkan kompartemen perifer

merupakan kompartemen jaringan yang berisi jaringan-jaringan yang

berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat, kompartemen ini menganggap

obat dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel et al, 2005). Sehingga, ketika

obat masuk ke dalam tubuh atau suatu kompartemen, obat akan mengalami

distribusi dimana obat masuk ke dalam kompartmenen sentral kemudian akan

masuk ke dalam kompartemen perifer/jaringan kemudian akan kembali lagi ke

dalam kompartemen sentral, setelah itu akan mengalami proses eliminasi.

Sehingga, menunjukkan bahwa model multi kompartemen ini memiliki kurva

yang tidak linier karena pada kurva tersebut menunjukan dua bagian kurva yang

turun yaitu bagian fase distribusi dan fase post distribusi (eliminasi).

Pada percobaan ini, zat aktif diberikan dengan rute intravaskular. Rute

intravaskular dimodelkan untuk obat atau zat aktif secara intravena. Tujuan dari
pemberian obat secara intravena adalah untuk memberikan onset obat yang cepat

karena obat langsung disuntikkan ke sirkulasi darah, sehingga obat tidak

mengalami fase absrobsi dan memiliki bioavaibilitas yang tinggi (100%).

Gambar diatas merupakan kurva model multi kompartemen yang turun

tidak secara linier, dimana obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Ketika

obat diinjeksikan ke dalam tubuh, obat tersebut langsung berada di dalam

surkulasi darah sehingga obat tidak mengalami fase absorbsi. Obat yang diberikan

dengan rute intravena langsung masuk ke dalam kompartemen sentral dan obat

langsung berada dalam sirkulasi darah, lalu masuk ke kompartemen jaringan

kemudian kembali ke kompartemen sentral secara reversibel. Disposisi obat ke

dalam bermacam organ dengan kecepatan berbeda tergantung pada aliran darah ke

dalam organ, lipofilisitas obat, berat molekul, dan afinitas obat terhadap jaringan.
Kebanyakan obat dieliminasi ke luar tubuh melalui ginjal setelah dimetabolisme

di dalam hati.

Keuntungan pemberian zat aktif dengan rute intravena adalah cepat dan

efektif karena langsung masuk kedalam saluran sistemik, tidak melewati first pass

effect, laju difusi dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan pasien, mudah

diberikan untuk pasien yang tidak dapat menerima pengobatan secara oral, infusi

konstan mencegah fluktuasi puncak maksimum dan minimum kadar obat dalam

darah. Tetapi pemberian melalui rute intravena ini obat tidak dapat dikeluarkan

kembali setelah diberikan, adanya potensi terjadi interaksi obat, berkurangnya

konsentrasi obat karena adanya adsorpsi pada wadah intravena, adanya potensi

kesalahan dalam teknik peracikan, pengeluaran darah yang menyebabkan bengkak

dan meninggalkan luka ditempat penyuntikan (Agoes, 2009).

Setelah diketahui model kompartemennya, maka dilakukan perhitungan

parameter-parameter farmakokinetik yang meliputi Ln C’, C’, Cr’, Ln Cr, K

(/jam), K12 (/jam), K21 (/jam) t½ (jam), Vp (ml), AUC0~ (mg/ml.jam), dan Cl

(ml/jam).

Dari hasil data pengamatan pemodelan farmakokinetika yang multi

kompartemen obat yang diberikan dengan suntikan intravena bolus dengan dosis

50 mg kepada subjek dengan berat badan 60 kg. Hasil analisa pengamatan

pemodelan farmakokinetika yang dilakukan diperoleh waktu paruh eliminasi obat

yaitu 5,51313 jam dengan laju eliminasinya 0,39378 jam. Kemudian dilakukan

perhitungan farmakokinetik multi kompartemen dengan hasil yang didapat yaitu


laju eliminasi ke 12 yaitu 0,6115/jam, laju eliminasi ke 21 yaitu 0,41243/jam, Vp

yaitu 0,72678 mL, AUC0~ yaitu 174,7103 mg/mL.jam, dan klirens (Cl) yaitu

sebesar 0,28619. Setelah diketahui hasil dari perhitungan pemodelan

farmakokinetika maka didapatkan hasil grafik dalam bentuk landai karena pada

model multi kompartemen obat tidak langsung tereliminasi akan tetapi ada fase

terdistribusi dan tereliminasi.

DAPUS

Agoes, G. (2009). Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2) ed. Penerbit

ITB, Bandung

Nasution, Azizah. (2015). Farmakokinetika Klinis. USU Press, Medan

Shargel, Leon., Susanna Wu-Pong, Andrew B. C. Yu. (2005). Biofarmasetika dan

Farmakokinetika Terapan, Edisi V, terjemahan Fasich dan Budi Suprapti,

Universitas Airlangga Press, Surabaya

Shargel, Leon., Susanna Wu-Pong, Andrew B. C. Yu. (2012). Biofarmasetika dan

Farmakokinetika Terapan. Universitas Airlangga Press, Surabaya

Sukmadjaja. A., Lucy S., dan Muhammad Q. (2006). Pengembangan Aplikasi

Komputer Pengolah Data Konsentrasi Obat Dalam Plasma Untuk Studi

Pemodelan Parameter Farmakokinetik. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.

III, No. 3, Desember, 143 – 152

Anda mungkin juga menyukai