kadar obat di dalam plasma, interaksi obat, hubungan konsentrasi obat dengan
formula yang berbeda, dan pengaruh penyakit terhadap proses adsrobsi, distribusi,
obat dalam tubuh secara global atau keseluruhan (Shargel et al, 2012).
menghitung keakuratan data karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat, dapat
2006).
identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu
dapat berupa model mono kompartemen atau multi kompartemen yang sangat
tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh (Shargel et al,
2005). Jika obat dimasukkan ke dalam tubuh akan langsung terdistribusi dan
segera tereliminasi serta memiliki kurva yang linier, maka obat tersebut mengikuti
tidak secara langsung terdistribusi dan dan tereliminasi serta tidak memiliki kurva
karena proses distribusi dan eliminasi nya pada aliran yang sama atau proses
distribusi dan eliminasi nya secara cepat. Ketika obat masuk ke dalam tubuh atau
suatu kompartemen, obat akan terdistribusi secara cepat dan homogen didalam
menunjukan bahwa model mono kompartemen ini akan memiliki kurva yang
linier. Pada model ini, perubahan kadar obat di dalam darah mencerminkan
perubahan kadar obat di dalam jaringan. Laju eliminiasi obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat
itu.
Pada percobaan ini, zat aktif diberikan dengan rute intravaskular. Rute
intravaskular dimodelkan untuk obat atau zat aktif secara intravena. Tujuan dari
pemberian obat secara intravena adalah untuk memberikan onset obat yang cepat
aliran darah ke dalam organ, lipofilisitas obat, berat molekul, dan afinitas obat
terhadap jaringan. Obat akan dieliminasi ke luar tubuh melalui organ ekskresi
secara linier. Ketika obat diinjeksikan ke dalam tubuh, obat tersebut langsung
berada di dalam surkulasi darah sehingga obat tidak mengalami fase absorbsi,
segera tereliminasi. Konsentrasi obat pada waktu nol (C0) dapat dihitung dengan
cara besarnya dosis obat (D) yang diberikan dibagi dengan besarnya volume
intravena. Parameter yang digunakan yaitu nilai konstanta kecepatan eliminasi (k),
volume distribusi (Vd), krilers (Cl), waktu paruh (t½), dan Area Under the Curve
(AUC). Pada rute intravena tidak terdapat nilai kecepatan absrobsi (ka) karena
dari dalam tubuh setiap unit waktu. Tubuh dianggap mengikuti kompartemen satu
terbuka. Bila nilai k diketahui, maka jumlah obat yang tinggal di dalam tubuh
untuk waktu tertentu setelah diberikan secara intravena dapat diketahui. Obat yang
tubuh dimana obat terlarut di dalamnya (liter/ml). Model ini menggapap bahwa
yang berada di dalam gelas beker dalam satu wadah. Klirens (Cl) adalah volume
mekanisme prosesnya (ml/menit). Obat akan dieliminasi pada organ ginjal dan
hati dengan klirens total yang merupakan jumlah dari klirens ginjal sebagai
pengeliminasi utama (renalis) dan hati (hepatik). Waktu paruh (t½) adalah waktu
yang dibutuhkan sehingga konsentrasi obat tinggal setengah dari konsentrasi
sebelumnya. Waktu paruh tidak tergantung pada dosis maupun pada cara
pemberian obat. Jika nilai klirens naik mana t½ turun karena obat dieksresi secara
cepat, tapi jika nilai klirens turun maka t½ naik karena obat dieksresi secara
lambat Area Under the Curve (AUC) adalah suatu kurva yang menggambarkan
probabilitas dengan variabel sensitivitas dan spesifisitas dengan nilai batas antara
0 hingga 1. AUC mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi
yang dilakukan dengan dosis intravena 250 mg, diperoleh konsentrasi awal di
dalam tubuh sebesar 8,57371 µg/mL dan waktu paruh eliminasi adalah
29,1589 mL, serta klirens/bersihan obat sebesar 4,96576 L/jam dan jumlah obat
didalam darah 50,3447 µg/mL.jam. Dari hasil tersebut dapat terjadi pada
yang sama dimana obat secara cepat terdistribusi ke semua jaringan sehingga obat
yang di dapat dalam bentuk linier karena obat langsung masuk ke sistem sirkulasi
darah.
sebesar 5 L atau kurang dari 5 L hal ini menunjukkan bahwa obat tersebut berada
di dalam darah (kompartemen sentral) jika nilai Vd yang di peroleh lebih dari 5 L
maka komposisi obat akan berada di kompartemen perifer (jaringan). Jadi, dalam
percobaan ini bisa dikatakan bahwa obat tersebut berada pada di dalam darah
(kompartemen sentral).
karena proses distribusi dan eliminasi nya secara lambat. Dua ruangan tersebut
kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Sedangkan kompartemen perifer
obat dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel et al, 2005). Sehingga, ketika
obat masuk ke dalam tubuh atau suatu kompartemen, obat akan mengalami
yang tidak linier karena pada kurva tersebut menunjukan dua bagian kurva yang
turun yaitu bagian fase distribusi dan fase post distribusi (eliminasi).
Pada percobaan ini, zat aktif diberikan dengan rute intravaskular. Rute
intravaskular dimodelkan untuk obat atau zat aktif secara intravena. Tujuan dari
pemberian obat secara intravena adalah untuk memberikan onset obat yang cepat
tidak secara linier, dimana obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen. Ketika
surkulasi darah sehingga obat tidak mengalami fase absorbsi. Obat yang diberikan
dengan rute intravena langsung masuk ke dalam kompartemen sentral dan obat
dalam bermacam organ dengan kecepatan berbeda tergantung pada aliran darah ke
dalam organ, lipofilisitas obat, berat molekul, dan afinitas obat terhadap jaringan.
Kebanyakan obat dieliminasi ke luar tubuh melalui ginjal setelah dimetabolisme
di dalam hati.
Keuntungan pemberian zat aktif dengan rute intravena adalah cepat dan
efektif karena langsung masuk kedalam saluran sistemik, tidak melewati first pass
effect, laju difusi dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan pasien, mudah
diberikan untuk pasien yang tidak dapat menerima pengobatan secara oral, infusi
konstan mencegah fluktuasi puncak maksimum dan minimum kadar obat dalam
darah. Tetapi pemberian melalui rute intravena ini obat tidak dapat dikeluarkan
konsentrasi obat karena adanya adsorpsi pada wadah intravena, adanya potensi
(/jam), K12 (/jam), K21 (/jam) t½ (jam), Vp (ml), AUC0~ (mg/ml.jam), dan Cl
(ml/jam).
kompartemen obat yang diberikan dengan suntikan intravena bolus dengan dosis
yaitu 5,51313 jam dengan laju eliminasinya 0,39378 jam. Kemudian dilakukan
yaitu 0,72678 mL, AUC0~ yaitu 174,7103 mg/mL.jam, dan klirens (Cl) yaitu
farmakokinetika maka didapatkan hasil grafik dalam bentuk landai karena pada
model multi kompartemen obat tidak langsung tereliminasi akan tetapi ada fase
DAPUS
Agoes, G. (2009). Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2) ed. Penerbit
ITB, Bandung