Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM IV
PENENTUAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT
SETELAH PEMBERIANSECARA INFUS

Disusun Oleh :
Thesya Eka Savitri
2020E1C055

Dosen Pengampu :
Apt.Dzun Haryadi Ittiqo, M.Sc

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan
1. Mampu memahami perkembangan kadar obat dalam darah setelah pemberian obat
melalui infus.
2. Mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skalasemilogaritmik.
3. Mampu menentukan berbagai parameter farmaokinetika obat yang berkaitan dengan
pemberian obat melalui infus.
B. Teori
Secara garis besar dapat diberikan secara intravaskular (lansung masuk ke dalam
pembuluh darah) dan ekstravaskular (di luar pembuluh darah seperti pemberian secara
oral, rektal, injeksi intramuskular, dll). Pada pemberian secara ekstravaskular, obat akan
masuk ke dalam sistem peredaran darah melalui proses absorpsi. Pemberian secara
intracaskular dapat dilakukan secarabolus (sekaligus, seperti injeksi intravena) atau secara
kontinyu dengan suatu kecepatan yang konstan seperti cara infus.
Setelah masuk ke dalam sistem peredaran darah, obat akan mengalami proses
distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses metabolisme dan ekskresi merupakan proses
eliminasi. Adanya berbagai proses yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan
kadar obat dalam darah dalam fungsi waktu. Melalui pendekatan pemodelan matematis,
kinetika obat dalam darah dapat digambarkan dengan suatu model kompartemen; satu
kompartemen dan multi-kompartemen. Kinetika perubahan kadar obat setiap proses tejadi
mengikuti kinetika orde satu.
Jika obat diberikan secara suntikan intravena, maka obat masuk ke dalam darah
dan secara cepat terdistribusi kejaringan.Penurunan konsentrasi obat dalam plasma dari
waktu kewaktu (yaitu kecepatan eliminasi obat) dapat diukur (kanan atas) dengan
mengambil sampel darah secara berulang. Pada awalnya serigkali konsentrasi menurun
dengan cepat, namun kemudian kecepatan penurunan berkurang secara progresif Kurva
tersebut disebut eksponensial, dan hal ini berarti pada waktu tertentu terjadi eliminasi
fraksi konstan pada obat dalam satu satuan waktu. Banyak obat menunjukkan suatu
penurunan eksponensial dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses
eliminasi obat biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma (Neal,
2006).
Proses yang terlihat adalah(Neal, 2006):
1. Eliminais urin oleh filtrasi glomerulus
2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya eliminasi melalui empedu

Pada pemberian secara infus obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah
dengan suatu kecepatan yang konstan (orde nol) dan kadar obat dalam darah akan naik
secara perlahan sampai mencapai suatu kadar yang konstan (jika infus diberikan cukup
lama) atau sampai infus dihentikan. Setelah infus dihentikan kadar obat akan menurun
karena obat mengalami eliminasi tanpa ada lagi obat yang masuk.
Suntikan intravena.Obat langsung masuk kedalam sirkulasi dan tidak melewati
sawar absorpsi (Neal, 2006).
Keuntungan bentuk sediaan ini adalah terhindar dari perusakan obat atau
inaktivasi dalam saluran ganstrointestinal; dapat digunakan bila obat sedikit diabsorpsi
dalam saluran gastrointestinal sehingga obat tidak cukup untuk menimbulkan respons;
bila dikehendaki dapat menghasilkan efek obat yang cepat ( pada keadaan gawat); kadar
obat yang diperoleh sesuai yang diharapkan karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat
yang berkurang: dan dapt diberikan kepada penderita yang kesulitan menelan, misalnya
karena muntah atau koma (Syamsuni, 2006).
Kerugian bentuk sediaan parenteral adalah efek toksiknya sulit dinetralkan bila
terjadi kesalahan pemberian obat. Selain itu, harga obatnya lebih mahal daripada obat oral
karena harus dibuat steril (Syamsuni, 2006).
Persamaan kinetika obat dalam darah pada pemberian secara infus dengan suatu
kecepatan ko yang mengikuti model satu kompartemen diberikan dengan persamaan
berikut: a. waktu antara 0 sampai t (lama pemberian infus):
b. waktu lebih besar dari t
dengan menentukan kadar obat pada berbagai waktu, harga Vd dan k dapat
dihitung Mula-mula dihitung parameter k dari fase eliminasi dengan persamaan (2),
kemudian harga Vd dihitung dengan memakai persamaan (1) dengan mengambil data
kadar obat pada suatu waktu antara 0 sampai t. Setelah ditentukan nilai Vd dan k,
berbagai parameter farmakokinetik obat yang berkaitan dengan cara pemberian obat
secara infus dapat dihitung, seperti nilai klirens (Cl) dan waktu paroh eliminasi (t).

C. Alat dan Bahan


Alat :
Spektrofotometer UV-VIS
Bahan:
1. Hewan uji : tikus
2. Paracetamol
3. Plasma darah
4. EDTA
D. Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel

Tikus dipuasakan 8 jam sebelum perlakuan

Tikus diberikan paracetamol sesuai dengan dosis mencit melalui infusa

Siapkan tabung reaksi yang sudah diberikan EDTA sebanyak 2 tetes

Sampel darah diambil melalui mata mencit sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke


dalam tabung reaksi yang sudah disiapkan

Darah di sentrifugasi selama 1-5 menit sampai terpisah antara supernatan


dengan plasma
Berdasarkan data yang diperoleh, tentukan apakah eliminasi obat
mengikuti orde 0 atau orde 1
Ambil bagian plasma dan dimasukkan dalam
dragendroff
Hitung parameter farmakokinetik dari data yang diberikan meliputi K, 𝒕𝟏, Vd, 𝑪𝒍𝒕, Cmaks dan tmaks

Buat kurva hubungan


Sampel antara logaritme
plasma dianalisis konsentrasi
menggunakan obat yang diperoleh
spektrofotometer UV-VIS terhadap waktu. Hitunglah nilai
pada Panjang gelombang 243 nm

Tentukan Cp (konsentrasi obat dalam plasma) dengan

Cp = Absobansi konsentrasi awal x konsentrasi awal C


Absorbansi sampel pada t
E. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan percobaan model invitro farmakokinetik obat


setelah pemberian secara infus bertujuan untuk memahami proses in vitro
dan perkembangan kadarobat dalam darah setelah pemberian secara infus, mampu
menentukan berbagai parameter farmakokinetik obat yang berkaitan dengan pemberian
obat secara infus. farmakokinetik obat yang berkaitan dengan pemberian obat secara infus.
Praktikum ini menggunakan model invitro untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
percobaan dilakukan sesuai prosedur perlakuan yang diberikan dalam lingkungan
terkendali diuarorganisme hidup. Peralatan dan lingkungan dibuat sedemikian rupa, hingga
menyerupai keadaan didalam tubuh makhluk hidup.
Dalam metode ini suatu wadah digambarkan sebagai kompartemen tubuh dimana
obatdigambarkan mengalami proses farmakokinetik dari distribusi hingga eliminasi.
Percobaan ini digambarkan sebagai model satu kompartemen terbuka. Model ini
mengganggap ahwatubuh merupakan satu kesatuan dimana perubahan kadar dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Laju
eliminasi obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa
didalam tubuh pada saat itu.
Pemberian obat secara infus intravena merupakan pemberian yang dilakukan untuk
memberikan efek terapi yang dipertahankan dalam jangka waktu tertentu. Pada uumnya,
kondisi pasien yang membutuhkan pemberian cairan infus intravena adalah pasien yang
mengalami kehilangan banyak darah dan cairan tubuh. Obat dengan pemberian secara
infusintravena akan menunjukkan kadar nol kemudian meningkat seiring waktu, kemudian
stabil atau biasa disebut steady-state level setelah waktu tertentu dan mengalami penurunan
saatinfus dihentikan.
Sampel yang digunakan adalah tablet paracetamol. Paracetamol merupakan zat aktifobat
yang digunakan sebagai analgetic dan antipiretik. Mekanisme kerja paracetamol dengan
menghambat isoform COX-1 dan COX-2 yang terlibat dalam sintesis prostaglandin
yangmenimbulkan rasa nyeri. Paracetamol memiliki ketersediaan hayati ata bioavailibilitas
88%dan mencapai konsentrasi plasma tertinggi 90 menit setelah penggunaan peroral.
Konsentrasi darah puncahnya kira-kira 50% konsentrasi yang diamati setelah dosis oral
yang setara dengan 10-20mcg/mL. Paracetamol didistribusikan secara meluas kebagian
jaringantubuh kecuali dalam lemak. Volume distribusi sekitar 0,9L/kg. 10 hingga 20% obat
terikat pada sel darah merah. Metabolisme paracetamol diekskresikan dalam urin kurang 
dari 5%sebagai paracetamol bebas atau tidak terkonjugasi dan 90% dari dosis yang
diberikan diekskresi dalam waktu 24 jam. Waktu paruh untuk dewasa adalah 2,5 jam
setelah pemberian intravena dengan dosis 15mg/kg
Berdasarkan percobaan pemberian obat secara infus menghasilkan beberapa
parameterfarmakokinetik antara lain tetapan eliminasi (k) merupakan kecepatan eliminasi
obat setelahmasuk dalam sisitem sirkulasi. Css merupakan keadaan laju masuknya obat
sama denganlaju keluarnya obat. Volume distribusi (Vd) menunjukkan besarnya volume
obat yangdidistribusikan ke jaringan. Klirens (Cl) adalah penentuan eliminasi obat dalam
tubuh tanpamelihat mekanisnme proses. Waktu paruh (T ½ ) merupakan waku yang
diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melaruh setengah dari dosis.

F. Kesimpulan
Model in vitro farmakokinetik digunakan untuk menguji parameter farmakokinetik
obatdalam wadah yang digambarkan sebagai kompartemen dalam tubuh, tempat
obatdidistribusikan dan dieliminasi

DAFTAR PUSTAKA

Anjani Baiq Lenysia Puspita, Hari Melati Permata, M.Safwan. 2022. Modul Praktikum

Biofarmasetika. Universitas Muhammadiyah Mataram

Neal. Michael J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Lima Penerbit Erlangga:Jakarta.

Syamsuni, H, 2006. Formasi etika dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku

Kedokteran, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai