TUGAS DISKUSI
2. Apakah perbedaan antara penentuan dosis lazim (ED50) dan dosis letal (LD50)?
Jawaban : ED50 adalah dosis efektif yang diberikan dalam 50% hewan uji dan diklaim
sebagai dosis lazim, sedangkan LD50 adalah lethal dose yang dapat
mematikan 50% populasi hewan uji. ED50 dan LD50 juga sering disebut
indeks terapi. Indeks terapi adalah perbandingan antara ED50 dan LD50
yaitu dosis yang menghasilkan efek pada 50% dari jumlah binatang dan dosis
yang mematikan 50% dari jumlah binatang, indeks terapi merupakan ukuran
keamanan untuk menentukan dosis obat. (Irianti, 2017)
3. Apa perbedaan antara uji toksisitas akut dan subkronis?
Jawaban :
- Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek senyawa apabila
apabila diberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang. Biasanya diberikan
senyawa 10 % dari masa hidup hewan. Uji toksisitas subkronis menyakut
evaluasi seluruh hewan untuk mengetahui efek patologi anatomi dan histologi.
Uji ini dapat menghasilkan informasi toksisitas zat uji yang berkaitan dengan
organ sasaran, efek organ tersebut, dan hubungan dosis efek dan dosis respon.
Informasi tersebut dapat memberi petunjuk untuk menentukan jenis pengujian
yang lainnya(Ardiyanto, 2017).
- Sedangkan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat
efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu dan pengamatannya
dilakukan selama 24 jam pertama dalam satu kesempatan . Pengujian toksisitas
dilakukan dengan pengamatan perilaku hewan coba dan persentase kematian
selama 24 jam(Ardiyanto, 2017).
4. Pengujian klinis menggunakan hewan dan manusia sehat merupakan uji pada
fase apa? Sebutkan dan jelaskan uji pada masing-masing fase tersebut!
Jawaban : Uji klinik terdiri dari 4 fase, yaitu uji klinik fase I.Uji klinik fase II, uji klinik
fase III dan uji klinik fase IV. (Rahmatini,2010)
- Uji klinik fase I dilakukan pada manusia sehat, bertujuan untuk
menentukan dosis tunggal yang dapat diterima.
- Uji klinik fase II, dilakukan pada 100-200 orang penderita untuk melihat
apakah efek farmakologi yang tampak pada fase I berguna atau tidak
untuk pengobatan.
- Uji klinik fase III dilakukan pada sekitar 500 penderita yang bertujuan
untuk memastikan bahwa suatu obat baru benar-benar berkhasiat.
- Uji klinik fase IV merupakan pengamatan terhadap obat yang telah
dipasarkan. Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan obat di
masyarakat serta pola efektifitas dan keamanannya pada penggunaan yang
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Irianti, T.T., Sugiyanto, Kuswandi, M., & Nuranto, S. (2017). Toksikologi Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kenny, B. J., Preuss, C. V., & McPhee, A. S. (2022). ED50. StatPearls. Diakses pada 25 Mei
2023 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538269/#_NBK538269_pubdet_.
Milind Parle and Deepa Khanna, 2011. Clove: A Champion Spice. Guru Jambheshwar
University of Science and Technology: India.
Mustapa, M. A. (2019). Uji Toksisitas Akut yang diukur dengan Penentuan LD50 Ekstrak
Etanol Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum l.) terhadap Mencit (Mus musculus)
menggunakan Metode Thompson-Weil. ARTIKEL, 1(3880).
Rahmatini. Evaluasi Khasiat dan Keamanan Obat (Uji Klinik). Majalah Kedokteran
Andalas. 2010; 34(1):31-38.
Saryanto, S., & Ardiyanto, D. (2017). Uji toksisitas akut dan subkronis ramuan jamu untuk
fibroadenoma mammae (FAM). Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 42-50.