Anda di halaman 1dari 13

Lampiran

Keputusan Direktur RSU Kartini


Nomor :
Tanggal :

BAB I
DEFINISI

Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana efek suatu obat berubah
karena adanya intervensi dengan obat lain, obat herbal, makanan, minuman, atau zat-zat kimia
lain. Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara 2.2% hingga
30% dalam penelitian pasien rawat inap di rumah sakit, dan berkisar antara 9.2% hingga 70.3%
yang terjadi pada pasien di luar rumah sakit (Jankel CA & Speedie SM, 1990). Meskipun
kejadian interaksi obat yang bermakna klinis relatif kecil, tetapi sejumlah besar pasien
mempunyai risiko morbiditas (angka kesakitan) atau bahkan mortalitas (angka kematian) akibat
interaksi obat, dalam pengobatan mereka. Interaksi obat dapat bersifat farmakodinamik atau
farmakokinetik.
a. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang  mempunyai efek
farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat
disebabkan karena kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang
bekerja pada sistem fisiologik yang sama. Jika dua obat yang mempunyai kerja yang serupa
atau tidak serupa diberikan, maka efek kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif
(efek dua kali lipat), sinergis (lebih besar dua kali lipat), atau antagonis (efek dari salah satu
atau kedua obat itu menurun).
b. Interaksi farmakokinetik yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat
menimbulkan efek farmakologinya.
Tujuan dari buku Panduan Interaksi Obat RSU Kartini antara lain:
a. Sebagai panduan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi interaksi obat pasien RSU
Kartini
b. Memudahkan akses memperoleh informasi mengenai interaksi obat
c. Meningkatkan mutu pelayanan dan keamanan penggunaan obat pasien

Panduan Interaksi Obat RSUK 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Pengecekan interaksi obat dilakukan kepada pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien
one day care RSU Kartini yang mendapatkan resep dokter lebih dari satu macam, dan
khususnya pada pasien yang rentan mengalami interaksi obat, yaitu:
a. Pasien lansia
b. Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
c. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan/atau hati
d. Pasien dengan penyakit akut
e. Pasien yang ditangani oleh lebih dari satu dokter
f. Pasien yang memiliki karakteristik genetic tertentu
g. Pasien dengan penyakit tidak stabil
Perlunya pemantauan khususnya pada obat-obat yang besar kemungkinannya terlibat
dalam interaksi obat yaitu:
a. Obat yang mempunyai rentang terapi sempit
Contoh: Digoksin, Fenitoin, Teofilin
b. Obat yang memerlukan pengendalian dosis yang teliti
Contoh: Obat antidiabetik oral, antihipertensi
c. Obat yang menginduksi atau menghambat system enzim mikrosom hepatik sitokrom P 450
monooksigenase.
Contoh obat penginduksi enzim: Golongan Barbiturat (Fenobarbital), Fenitoin,
Griseofulvin, Karbamazepin, Rifampisin.
Contoh obat penghambat enzim: Diltiazem, Ketokonazol, Metronidazol, Simetidin,
Siprofloksasin

Panduan Interaksi Obat RSUK 2


BAB III
TATA LAKSANA

Pengecekan interaksi obat dilakukan saat menerima resep/pesanan obat khususnya pada
pasien yang mendapatkan lebih dari satu macam obat, kemudian menilai apakah interaksi
tersebut bermakna klinis atau tidak. Segera informasikan dan diskusikan dengan dokter untuk
meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat,
antara lain:
1. Hindari kombinasi obat yang berinteraksi
Apabila risiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Sebagai contoh, Simetidin memperlambat
metabolisme hepatik oksidatif obat dengan mengikat enzim sitokrom P450 (sebagai
penghambat enzim), sedangkan Antagonis-H2 yang lain yaitu Ranitidin tidak bermakna
dalam menghambat metabolisme hepatik mikrosomal obat.
2. Penyesuaian dosis
Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu dilakukan
modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan
efek obat tersebut. Contoh, dosis pemeliharaan glikosida jantung Digoksin harus dikurangi
menjadi setengahnya pada saat kita mulai memberikan Amiodaron (antiaritmia).
3. Memantau pasien
Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan diperlukan. Keputusan
untuk memantau atau tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti karakteristik pasien,
penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan
interaksi, dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat.
Pemantauan dapat meliputi hal-hal berikut ini:
a. Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan, informasi
ditulis pada catatan medik pasien.
b. Pengukuran kadar obat dalam darah jika diperlukan dan berdasarkan konfirmasi dari
dokter untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dan obat yang mempunyai
rentang terapi sempit, dan bila kadar obat dalam darah dan efek terapi diperkirakan
saling berhubungan, misalnya Fenitoin; Teofilin, Glikosida Jantung, dan antibiotika
Aminoglikosida (Amikasin dan Gentamisin)
c. Pengukuran indicator interaksi, contohnya pemantauan International Normalized Ratio
(INR) untuk pasien yang memperoleh pengobatan dengan Warfarin.

Panduan Interaksi Obat RSUK 3


4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi
tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa
perubahan.

Pengecekan dilakukan dengan menggunakan sumber pustaka khusus untuk interaksi obat
misalnya Stockley Drug Interactions dan Drug Interactions by Hansten and Horn, atau pustaka
lainnya yaitu British National Formulary (BNF) dan Drug Information Handbook (DIH), dapat
juga melihat di website http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker. Jika buku
pustaka dan perangkat lunak untuk pengecekan secara online tidak tersedia maka pengecekan
dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam buku panduan ini (Lampiran 1-4).

Panduan Interaksi Obat RSUK 4


BAB IV
DOKUMENTASI

Penatalaksanaan pada pasien yang mengalami interaksi obat atau drug related problem
dicatat dan didokumentasikan pada rekam medis pasien, pada Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi, dituliskan masalah terkait; rekomendasi dan penyelesaian dengan menggunakan
SOAP.

Panduan Interaksi Obat RSUK 5


BAB V
PENUTUP

Panduan Interaksi Obat ini dibuat untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan
serta sebagai review resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kartini.

Ditetapkan di :
Pada tanggal :
RSU KARTINI MOJOSARI
DIREKTUR

Dr. Singgih Pudjirahardjo, M.Kes.

Panduan Interaksi Obat RSUK 6


LAMPIRAN 1
OBAT YANG BERINTERAKSI DENGAN MAKANAN

Panduan Interaksi Obat RSUK 7


LAMPIRAN 2
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT

Panduan Interaksi Obat RSUK 8


Panduan Interaksi Obat RSUK 9
Panduan Interaksi Obat RSUK 10
Panduan Interaksi Obat RSUK 11
Panduan Interaksi Obat RSUK 12
Panduan Interaksi Obat RSUK 13

Anda mungkin juga menyukai