a. Menetapkan kebutuhan terapi obat pasien sepanjang waktu, yang artinya (1) semua
kebutuhan terapi obat pasien digunakan sewajarnya dalam segala kondisi, (2) Terapi obat oleh
pasien adalah yang paling efektif, (3) Terapi obat yang diterima oleh pasien adalah yang paling
aman, dan (4) pasien sanggup dan mau untuk menjalankan medikasi.
b. Tanggung jawab apoteker termasuk dalam menjalankan identifikasi, resolusi, dan
pencegahan kesalahan terapi obat (drug therapy problems)
c. Menjamin bahwa tujuan terapi dapat digunakan baik untuk pasien. Praktisi pharmaceutical
care bertanggung jawab untuk memantau kondisi pasien untuk memastikan bahwa pengobatan
mencapai hasil yang diinginkan.
d. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan perawatan setiap pasien yang menguntungkan
pasien, mengurangi kasalahan dan jujur, adil dan etis
e. Praktisi pharmaceutical care memenuhi tanggung jawab klinis dengan cara menemukan
standar profesional dan menentukan sikap etis dalam filsafat dari praktik asuhan kefarmasian.
f. Melakukan yang terbaik untuk pasien. Dalam segala kasus, tidak membuat kesalahan.
Mengatakan yang sebenarnya pada pasien dan selalu menjaga prifasi pasien.
RAHMAT
Karakteristik Kunci Asuhan Kefarmasian
HAIRUNISA 171040400068
HAIRUNISA
MASALAH TERKAIT OBAT
Keadaan atau kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara aktual
atau potensial dapat mempengaruhi hasil terapi yang diharapkan.
HAIRUNISA
RUTE PEMAKAIAN OBAT
Bayi dan anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk tidur sehingga waktu
pemberian obat harus dijadualkan ulang selama mereka terjaga. Oleh karena itu,
misalnya satu atau dua kali sehari akan memudahkan pada pemakaian anak-anak. Rute
oral merupakan cara pemberian yang paling sesuai untuk anak-anak, terutama sediaan cair
TESSA
Rute rektal merupakan alternatif terhadap rute oral yang berguna bagi pasien yang
tidak dapat meminum obat karena mual atau karena pingsan. Pemberian melalui
rektal juga bermanfaat untuk pasien yang memerlukan absorpsi secara cepat,
TESSA
REAKSI OBAT YANG TIDAK DIKEHENDAKI
Pasien pediatri sering mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki yang sama dengan
pasien dewasa, namun reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien pediatri lebih sulit
untuk dikenali karena intensitasnya yang lebih besar atau lebih tinggi.
Masih kurangnya literatur tentang senyawa terapeutik yang baru dikenalkan akan
menyebabkan perlunya dilakukan pemantauan penggunaan obat baru khususnya untuk
pasien pediatri. Pemantauan reaksi obat yang tidak dikehendaki yang lengkap dan
pelaporan program adalah penting dalam mengurangi kejadian reaksi-reaksi tersebut
pada pasien pediatri.
HAIRUNISA
DISPENSING SEDIAAN KHUSUS
Pemberian obat pada pasien pediatri seringkali Demikian pula apoteker perlu mencermati kemungkinan
memerlukan sediaan parenteral yang membutuhkan terjadinya ketidakcampuran secara farmakologis. Pasien
penanganan secara khusus. Pasien yang menerima pediatri yang mendapatkan obat parenteral dengan
beberapa macam obat suntik secara intra vena akan lebih stabilitas rendah dan memerlukan dosis yang kecil perlu
efisien bila diberikan dalam satu jalur pemberian dengan perhatian khusus dari apoteker dan pilihan tindakan yang
catatan setiap pergantian pemberian obat, dilakukan dapat dilakukan adalah :
pembilasan (flushing). Untuk pencampuran obat-obat
1. Pemilihan/penyediaan bentuk sediaan iv dengan ukuran
parenteral (IV admixture) apoteker harus mengetahui kemasan yang sesuai dan tersedia
karekteristik fisikokimia obat dan pelarut masing-masing 2. Pengemasan ulang sesuai dosis (repacking)
3. Penggunaan bersama (sharing use)
obat yang dicampur agar tidak terjadi interaksi karena
ketidaktercampuran sifat fisikokimia obat.
TESSA
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Obat-obat yang perlu dipantau kadarnya adalah obat – obat dengan batas terapi yang
sempit seperti digoksin, fenitoin, theofilin, fenobarbital, karbamazepin dan Gentamisin.
Pada pasien pediatri hal ini perlu dilakukan karena selain menggunakan obat dengan
indeks terapi yang sempit dan dosis yang diberikan juga kecil seringkali juga pasien tidak
kooperatif.
TESSA
Konsultasi Informasi Edukasi (KIE)
KONSELING
HAIRUNISA
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Pada Pasien Pediatri
Kesalahan umum dalam penggunaan obat meliputi kesalahan yang berkaitan dengan
ketidak tepatan dosis, rute pemberian, dan salah obat. Strategi untuk mengurangi
risiko terjadinya kesalahan adalah keterlibatan apoteker di setiap unit pelayanan
kesehatan.
HAIRUNISA
GERIATRI
Di susun oleh:
Anah nuranah 171040400097
Deni hamdani 171040400026
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 79 TAHUN 2014
PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT
Terjadi peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia yang dapat menimbulkan
permasalahan terkait aspek medis, psikologis, ekonomi, dan sosial sehingga
diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap warga lanjut usia;
Dengan kondisi multi penyakit, berbagai penurunan fungsi organ, gangguan
psikologis, dan sosial ekonomi serta lingkungan pada warga lanjut usia,
pelayanan terhadap warga lanjut usia di rumah sakit dilakukan melalui
pelayanan geriatri terpadu yang paripurna dengan pendekatan multidisiplin yang
bekerja secara interdisiplin;
Dalam Peraturan Menteri Ini Yang Dimaksud Dengan:
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas.
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan
kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan,dan rehabilitasi.
3. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit Dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,Ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan Secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
4. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara
Bersama-sama menangani penderita dengan berorientasi pada Ilmunya
masing - masing.
a. Pasien yang memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis; atau
b. Pasien yang memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi
organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
JENIS
PELAYANAN
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, dan kunjungan rumah (home care).
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri
(respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
Pelayanan Geriatri dilakukan secara mandiri, terpisah dengan pelayanan lainnya
di Rumah Sakit.
Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit.
Tim terpadu geriatri wajib melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan geriatri
secara berkesinambungan untuk keberhasilan pelayanan geriatri bagi pasien geriatri.
Pemantauan dan evaluasi mutu sebagaimana dimaksudkan, dilakukan dalam bentuk
kegiatan pencatatan dan pelaporan, memuat:
a. lama perawatan;
b. Status Fungsional;
c. kualitas hidup
d. rawat inap ulang (rehospitalisasi); dan
e. kepuasan pasien.
“ Asuhan Kefarmasian Untuk Pasien
Geriatric
”
Peran Farmasis Dalam Mengoptimalkan Farmakoterapi Obat Pada
Pasien Geriatri
GEJALA KLINIK
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada
kulit).
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali
muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit
sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita
hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
NURUL
Konseling
Tujuan pendidikan kepada pasien adalah untuk memberikan pengetahuan dan
kemampuan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatannya.
Klasifikasi tekanan
darah
Klasifikasi tekanan darah Tekanan Darah sistolik Tekanan Darah Diastolik
mm/Hg mm/Hg
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum
memulai terapi antihipertensi adalah urin, kadar gula darah dan kalium,
kreatinin, dan kalsium serum (setelah puasa 9 – 12 jam) lebih akurat
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan kematian yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
Mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ tubuh (misal: kejadian
kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
Mengurangi resiko penyakit hipertensi merupakan tujuan utama terapi
hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi oleh penggunaan yg sesuai
Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan Terapi Farmakologi
merupakan bagian yang penting dalam penanganan Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik,
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan penyekat beta ( beta blocker ), penghambat
hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.diet enzim konversi angiotensin (ACEI),
rendah natrium, aktifitas fisik, dan mengurangi penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan
mengkonsumsi alkohol. Pada sejumlah pasien dengan antagonis kalsium dianggap sebagai obat
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
satu obat antihipertensi mengurangi garam dan berat sendiri atau dikombinasi, harus digunakan
badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan
obat. hipertensi karena bukti menunjukkan
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling keuntungan dengan kelas obat ini.
berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.
Pertimbangan lain dalam Pemilihan obat
Antihipertensi NANDA
PRINSIP PENGOBATAN
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
Terapi atau Pengobatan
dan lanjutan
penderita TB dimaksudkan
untuk :
1) Menyembuhkan Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
penderita sampai Pada tahap intensif (awal)
Pada tahap lanjutan penderita
sembuh penderita mendapat obat setiap hari
mendapat jenis obat lebih sedikit,
2) mencegah kematian, dan perlu
namun dalam jangka waktu yang
3) mencegah kekambuhan diawasi secara langsung untuk
lebih lama
4) \menurunkan tingkat mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan penting untuk
penularan. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
membunuh kuman persister
diberikan secara tepat, biasanya
(dormant) sehingga mencegah
penderita menular menjadi tidak
terjadinya kekambuhan
menular dalam kurun waktu 2 minggu
DIAH Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam
REGIMEN pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi
sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. TB
PENGOBATAN didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas
membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah
resistensi
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket
kombipak, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. 1
paket untuk 1 penderita dalam 1 masa Obat yang umum dipakai adalah
pengobatan.
Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan
Saat ini juga diterapkan penggunaan OAT-FDC.
Streptomisin.
Obat Paket Tuberkulosis ini disediakan secara
Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer.
gratis melalui Institusi pelayanan kesehatan
milik pemerintah, terutama melalui Isoniazid adalah obat TB yang paling ahli dalam
Puskesmas, Balai Pengobatan TB paru, Rumah hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin
Sakit Umum dan Dokter Praktek Swasta yang dan streptomisin.
telah bekerja sama dengan Direktorat Rifampisin dan pirazinamid paling ahli dalam mekanisme
Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, sterilisasi.
Depkes RI
Keuntungan penggunaan OAT DIAH
FDC: a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu
kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan penderita
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya
dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
penderita.
c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita tidak
bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.
d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah pengelolaannya
dan lebih murah pembiayaannya
Efek samping yg umumnya
DIAH
terjadi penggunaan obat
OAT
Kemerahan pada kulit
Kuning pada mata dan kulit
Gejala seperti flu (demam, kedinginan dan pusing)
Nyeri dan pembengkakan sendi, terutama pada sendi pergelangan
kaki dan pergelangan tangan
Gangguan penglihatan
Warna merah / orange pada air seni
Gangguan keseimbangan dan pendengaran
Rasa mual, gangguan perut sampai muntah
Rasa kesemutan /terbakar pada kaki.
PERHATIAN KHUSUS UNTUK PENGOBATAN DIAH
Wanita hamil Ibu menyusui dan bayinya
Wanita penderita TB Pada prinsipnya paduan Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada
pengguna kontrasepsi. pengobatan TB pada wanita hamil ibu menyusui tidak berbeda dengan
Rifampisin berinteraksi dengan tidak berbeda dengan pengobatan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT
kontrasepsi hormonal (pil KB, TB pada umumnya. Semua jenis aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu
menyusui yang menderita TB harus mendapat
suntikan KB, susuk KB), OAT aman untuk wanita hamil,
paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT
sehingga dapat menurunkan kecuali streptomisin karena dapat
yang tepat merupakan cara terbaik untuk
efektifitas kontrasepsi tersebut. menembus barier placenta dan
mencegah penularan kuman TB kepada
Seorang wanita penderita TB dapat menyebabkan permanent bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan
seyogyanya mengggunakan ototoxic terhadap janin dengan dan bayi tersebut dapat terus menyusu.
kontrasepsi nonhormonal, atau akibat terjadinya gangguan Pengobatan pencegahan dengan INH dapat
kontrasepsi yang mengandung pendengaran dan diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan
estrogen dosis tinggi (50 mcg). keseimbangan yang menetap pada berat badannya selama 6 bulan. BCG
janin tersebut. diberikan setelah pengobatan pencegahan