Anda di halaman 1dari 57

Nama Kelompok :

RAHIMATUS SALWA (171040400081)


RAHMAT SANTOSO (171040400059)
ASUHAN KEFARMASIAN

Pharmaceutical care adalah Asuhan kefarmasian adalah


patient centered practice konsep yang melibatkan
yang mana merupakan tanggung jawab pemberi
praktisi yang bertangung pelayanan obat sampai
jawab terhadap kebutuhan pada hasil yang diharapkan
terapi obat pasien dan yaitu meningkatkan kualitas
memegang tanggung jawab hidup pasien (Heppler and
terhadap komitmen (Cipole Strand, 1990).
dkk,1998).

Hasil yang dimaksud adalah (Heppler and strand,


1990) :
1. Penyembuhan penyakit
2. Menghilangkan atau mengurangi gejala-gejala
penyakit yang dialami pasien
3. Menahan atau memperlambat proses penyakit
4. Mencegah penyakit atau gejala-gejala.
SALWA
Fungsi Asuhan Kefarmasian dan Manfaat Pelayanan
Kefarmasian

Manfaat pelayanan kefarmasian,


antara lain (Mutmainah, 2008) :
a. Mendapat pengalaman yang
lebih efisien memantau terapi obat.
Fungsi utama dari asuhan b. Memperbaiki komunikasi dan
kefarmasian adalah: interaksi antara farmasis dengan profesi
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan lainnya.
yang berhubungan dengan obat c. Membuat dokumentasi kaitan
b. Memutuskan penggunaan dengan terapi obat.
obat yang berhubungan dengan d. Identifikasi, penyelesaian dan
penyakit penderita pencegahan masalah yang berkaitan
c. Mencegah kemungkinan dengan obat (DRP).
e. Justifikasi layanan farmasi dan
terjadinya masalah yang
assessment kontribusi farmasi terhadap
berhubungan dengan obat layanan pasien dan hasilnya bagi
pasien.
f. Memperbaiki produktivitas
farmasis.
g. Jaminan mutu dalam layanan
SALWA farmasi secara keseluruhan.
RAHMAT Tanggung Jawab Apoteker dalam Menjalankan
Pharmaceutical Care

a. Menetapkan kebutuhan terapi obat pasien sepanjang waktu, yang artinya (1) semua
kebutuhan terapi obat pasien digunakan sewajarnya dalam segala kondisi, (2) Terapi obat oleh
pasien adalah yang paling efektif, (3) Terapi obat yang diterima oleh pasien adalah yang paling
aman, dan (4) pasien sanggup dan mau untuk menjalankan medikasi.
b. Tanggung jawab apoteker termasuk dalam menjalankan identifikasi, resolusi, dan
pencegahan kesalahan terapi obat (drug therapy problems)
c. Menjamin bahwa tujuan terapi dapat digunakan baik untuk pasien. Praktisi pharmaceutical
care bertanggung jawab untuk memantau kondisi pasien untuk memastikan bahwa pengobatan
mencapai hasil yang diinginkan.
d. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan perawatan setiap pasien yang menguntungkan
pasien, mengurangi kasalahan dan jujur, adil dan etis
e. Praktisi pharmaceutical care memenuhi tanggung jawab klinis dengan cara menemukan
standar profesional dan menentukan sikap etis dalam filsafat dari praktik asuhan kefarmasian.
f. Melakukan yang terbaik untuk pasien. Dalam segala kasus, tidak membuat kesalahan.
Mengatakan yang sebenarnya pada pasien dan selalu menjaga prifasi pasien.
RAHMAT
Karakteristik Kunci Asuhan Kefarmasian

a. Hubungan profesional harus diciptakan dan dipertahankan


b. Informasi medis spesifik terhadap pasien harus dikumpulkan, diatur,
disimpan, dan dipertahankan
c. Informasi medis spesifik terhadap pasien harus dievaluasi dan
rencana terapi obat diciptakan bersama dengan pasien
d. Farmasis menjamin pasien memilki persediaan, informasi, dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan rencana terapi obat.
e. Farmasis meninjau, memantau, dan memodifikasi rencana terapeutik
secara tepat dan bila diperlukan, bersama-sama dengan pasien dan tim
asuhan kesehatan
ASUHAN KEFARMASAIN PADA PASIEN ANAK

HAIRUNISA 171040400068

TESSA SRI MAULIDA 171040400082


Pelayanan kefarmasian pasien pediatri adalah
mendeteksi, mencegah dan menyelesaikan
masalah-masalah terkait obat.

Struktur ini harus di bawah tanggung jawab


apoteker dan didukung oleh fasilitas fisik yang
memadai, personalia yang kompeten dan
perlengkapan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kefarmasian untuk pediatri.

HAIRUNISA
MASALAH TERKAIT OBAT

Keadaan atau kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara aktual
atau potensial dapat mempengaruhi hasil terapi yang diharapkan.

Masalah terkait obat meliputi ketidaktepatan rute, dosis, timbulnya reaksi


obat yang tidak dikehendaki (ROTD) termasuk interaksi obat dan masalah
kepatuhan serta pemilihan obat.

HAIRUNISA
RUTE PEMAKAIAN OBAT

Bayi dan anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk tidur sehingga waktu

pemberian obat harus dijadualkan ulang selama mereka terjaga. Oleh karena itu,

pembagian dosis yang sederhana

misalnya satu atau dua kali sehari akan memudahkan pada pemakaian anak-anak. Rute

oral merupakan cara pemberian yang paling sesuai untuk anak-anak, terutama sediaan cair

yang sangat cocok untuk balita.

TESSA
Rute rektal merupakan alternatif terhadap rute oral yang berguna bagi pasien yang

tidak dapat meminum obat karena mual atau karena pingsan. Pemberian melalui

rektal juga bermanfaat untuk pasien yang memerlukan absorpsi secara cepat,

misalnya pada penggunaan diazepam untuk mengontrol kekejangan.

TESSA
REAKSI OBAT YANG TIDAK DIKEHENDAKI

Pasien pediatri sering mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki yang sama dengan
pasien dewasa, namun reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien pediatri lebih sulit
untuk dikenali karena intensitasnya yang lebih besar atau lebih tinggi.

Masih kurangnya literatur tentang senyawa terapeutik yang baru dikenalkan akan
menyebabkan perlunya dilakukan pemantauan penggunaan obat baru khususnya untuk
pasien pediatri. Pemantauan reaksi obat yang tidak dikehendaki yang lengkap dan
pelaporan program adalah penting dalam mengurangi kejadian reaksi-reaksi tersebut
pada pasien pediatri.

HAIRUNISA
DISPENSING SEDIAAN KHUSUS

Pemberian obat pada pasien pediatri seringkali Demikian pula apoteker perlu mencermati kemungkinan
memerlukan sediaan parenteral yang membutuhkan terjadinya ketidakcampuran secara farmakologis. Pasien
penanganan secara khusus. Pasien yang menerima pediatri yang mendapatkan obat parenteral dengan
beberapa macam obat suntik secara intra vena akan lebih stabilitas rendah dan memerlukan dosis yang kecil perlu
efisien bila diberikan dalam satu jalur pemberian dengan perhatian khusus dari apoteker dan pilihan tindakan yang
catatan setiap pergantian pemberian obat, dilakukan dapat dilakukan adalah :
pembilasan (flushing). Untuk pencampuran obat-obat
1. Pemilihan/penyediaan bentuk sediaan iv dengan ukuran
parenteral (IV admixture) apoteker harus mengetahui kemasan yang sesuai dan tersedia
karekteristik fisikokimia obat dan pelarut masing-masing 2. Pengemasan ulang sesuai dosis (repacking)
3. Penggunaan bersama (sharing use)
obat yang dicampur agar tidak terjadi interaksi karena
ketidaktercampuran sifat fisikokimia obat.

TESSA
PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Pada pasien pediatri pemantauan terapi obat harus memperhatikan tahapan


perkembangan usia yang dikaitkan dengan efektivitas dan keamanan pasien.

Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)

Obat-obat yang perlu dipantau kadarnya adalah obat – obat dengan batas terapi yang
sempit seperti digoksin, fenitoin, theofilin, fenobarbital, karbamazepin dan Gentamisin.

Pada pasien pediatri hal ini perlu dilakukan karena selain menggunakan obat dengan
indeks terapi yang sempit dan dosis yang diberikan juga kecil seringkali juga pasien tidak
kooperatif.

TESSA
Konsultasi Informasi Edukasi (KIE)
KONSELING

Konseling ini juga bertujuan untuk mencegah


kemungkinan tertelannya obat secara tidak sengaja dan
 PIO termuntahkannya obat.
Pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker Obat yang dimuntahkan langsung setelah diminum maka
spesialis pediatri harus mampu memenuhi kebutuhan pemberian obat harus diulang kembali. Jika obat
informasi spesifik untuk pasien pediatri. dimuntahkan setelah beberapa menit maka perlu
Referensi yang diberikan dapat meliputi informasi dipertimbangkan berdasarkan pengamatan pada
terkini, terkaji dan terpercaya tentang indikasi, dosis, muntahan (bila masih ditemukan bentuk, warna atau bau
formulasi sediaan yang harus dibuat baru, bentuk sediaan obatnya maka pemberian harus diulang).
sediaan dan rute pemakaian, kompatibilitas dan Kepatuhan anak terhadap penggunaan obat sangat
stabilitas obat, kontrol keracunan dan obat yang tergantung pada orang tua.
dikontra indikasikan bagi pediatri.

HAIRUNISA
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Pada Pasien Pediatri

Kesalahan pada tahap dispensing umumnya terjadi pada perhitungan dosis


berdasarkan berat badan/luas permukaan tubuh dan konversi satuan unit.

Kesalahan umum dalam penggunaan obat meliputi kesalahan yang berkaitan dengan
ketidak tepatan dosis, rute pemberian, dan salah obat. Strategi untuk mengurangi
risiko terjadinya kesalahan adalah keterlibatan apoteker di setiap unit pelayanan
kesehatan.

HAIRUNISA
GERIATRI

Di susun oleh:
Anah nuranah 171040400097
Deni hamdani 171040400026
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 79 TAHUN 2014
PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT
Terjadi peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia yang dapat menimbulkan
permasalahan terkait aspek medis, psikologis, ekonomi, dan sosial sehingga
diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap warga lanjut usia;
Dengan kondisi multi penyakit, berbagai penurunan fungsi organ, gangguan
psikologis, dan sosial ekonomi serta lingkungan pada warga lanjut usia,
pelayanan terhadap warga lanjut usia di rumah sakit dilakukan melalui
pelayanan geriatri terpadu yang paripurna dengan pendekatan multidisiplin yang
bekerja secara interdisiplin;
Dalam Peraturan Menteri Ini Yang Dimaksud Dengan:
1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas.
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan
kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan
berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan,dan rehabilitasi.
3. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit Dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,Ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan Secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
4. Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang ilmu yang secara
Bersama-sama menangani penderita dengan berorientasi pada Ilmunya
masing - masing.

5. Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Berbagai


disiplin/bidang ilmu yang saling terkait dan bekerja sama dalam
penanganan pasien yang berorientasi pada kepentingan pasien.
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan


Pasien Geriatri di Rumah Sakit; dan
b. Memberikan acuan dalam penyelenggaraan dan pengembangan
pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.

Kriteria pelayanan geriatri pada pasien lanjut usia:

a. Pasien yang memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis; atau
b. Pasien yang memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi
organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
JENIS
PELAYANAN
 Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).
 Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, dan kunjungan rumah (home care).
 Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
 Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri
(respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
 Pelayanan Geriatri dilakukan secara mandiri, terpisah dengan pelayanan lainnya
di Rumah Sakit.
 Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
 Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit.

 Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:


a. dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri, untuk pelayanan Geriatri
tingkat paripurna; atau
b. dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana,
lengkap, dan sempurna.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI MUTU

 Tim terpadu geriatri wajib melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan geriatri
secara berkesinambungan untuk keberhasilan pelayanan geriatri bagi pasien geriatri.
 Pemantauan dan evaluasi mutu sebagaimana dimaksudkan, dilakukan dalam bentuk
kegiatan pencatatan dan pelaporan, memuat:
a. lama perawatan;
b. Status Fungsional;
c. kualitas hidup
d. rawat inap ulang (rehospitalisasi); dan
e. kepuasan pasien.
“ Asuhan Kefarmasian Untuk Pasien
Geriatric


Peran Farmasis Dalam Mengoptimalkan Farmakoterapi Obat Pada
Pasien Geriatri

1. Ketahui sejarah penggunaan Obat


2. Lakukan penilaian dan monitoring
Farmakoterapi obat
3. Susun daftar masalah,buat rencana terapi
farmakologi dan tetapkan tujuan terapi
4. Komunikasikan dengan dokter
yang merawat
5. Lakukan Konseling untuk
meningkatan kepatuhan
6. Dokumentasikan seluruh kegiatan dan
monitor kemajuan pasien
Masalah pasien geriatri terkait dengan obat :
 Farmakokinetik : Absorbsi Distribusi Metabolisme Eksresi
 Farmakodinamik : terjadi penurunan sensitivitas reseptor pada sel
tubuh terhadap obat
 Ketidakpatuhan
- tidak mengerti aturan pakai obat
- tidak mampu menggunakan obat
- tidak paham manfaat obat
 Reaksi obat yang tidak diharapkan atau efek samping obat
 Banyaknya jumlah obat (polifarmasi) yang dikonsumsi
meningkatkan risiko efek samping
 Overuse
 Underuse
 Penggunaan obat bebas dan obat alternatif
Kegiatan Komunikasi , Informasi Dan Edukasi Pada
Pasien Geriatri Oleh Farmasis

1. Menyesuaikan Bentuk/ 2. Menggunakan wadah 3. Memberi penanda yang jelas


Formulsai Sediaan yang user-friendly dan tidak mudah hilang
4. Memberikan Pelayanan Penyuluhan
Dan Kegiatan Bhakti Sosial
ASUHAN KEFARMASIAN
HIPERTENSI, DIABETES MELITUS & TUBERKULOSA

FARMASI RUMAH SAKIT


DISUSUN OLEH
DIAH AYU OVIANITA 171040400054
NANDA NURUL AINI 171040400091
NURUL HIDAYATI 171040400076
NURUL

Diabetes mellitus (DM)


Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin

GEJALA KLINIK
 Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada
kulit).
 Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali
muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit
sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita
hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
NURUL

Penatalaksanaan Pada Pasien


Diabetes
 Diabetes bukan penyakit yang secara langsung menyebabkan kematian, namun fatal akibat
nya bila pengelolaan nya tidak tepat => (multidisiplin (obat dan non obat)

Tujuan penatalaksanaan diabetes adalah :


 Mencegah/meminimalkan kemungkinan komplikasi
 Menjaga agar kadar glukosa dalam kisaran normal

Komplikasi microvaskuler dan makrovaskuler


 Microvaskuler : retinopati, neuropati, nefropati
 Macrovaskuler : penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CHD), Stroke
Target Penatalaksanaan Diabetes
Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan
Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130mg/dl
Kadar Glukosa Darah Saat Tidur
100–140mg/dl
(Bedtime blood glucose)
Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur
110–150mg/dl
(Bedtime plasma glucose)
Kadar Insulin <7 %
Kadar HbA1c <7mg/dl
Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)
Kadar Kolesterol HDL >55mg/dl (wanita)
Kadar Trigliserida <200mg/dl
NURUL
Tekanan Darah <130/80mmHg
NURUL

TERAPI TANPA OBAT


 Diet
 Olahraga
TERAPI OBAT
 Insulin
 Terapi obat hipoglikemik lokal. Obat-obat hipoglikemik oral terutama
ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II

PENGGOLONGAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL


 Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).
 Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-
obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk
memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
 Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang bekerja menghambat
absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal
hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.
NURUL

PERAN APOTEKER DALAM


PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS

Menurut The National Community Pharmacists Association’s National


Institute for Pharmacist Care Outcome di USA, kontribusi apoteker berfokus
kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan
menilai kesehatan pasien, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan
dan konseling, melakukan intervensi, dan menyelesaikan terapi yang
berhubungan dengan obat untuk meningkatkan pelayanan ke pasien dan
kesehatan secara keseluruhan. Kontribusi apoteker ini pada intinya adalah
penatalaksanaan penyakit, berarti mencakup terapi obat dan non-obat
Memberikan Pendidikan dan
NURUL

Konseling
Tujuan pendidikan kepada pasien adalah untuk memberikan pengetahuan dan
kemampuan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatannya.

Pendidikan kepada pasien dapat diberikan dalam 3 tahap:


 Tahap I : Segera dilaksanakan setelah pasien di diagnosa dengan DM sehingga dapat membantu
mengatasi kebingungan, syok, terkejut dan lain sebagainya. Apoteker berusaha membantu pasien
memahami dan menerima diagnosis.
 Tahap II : Memberikan informasi yang lebih dalam, dengan berfokus pada masalah yang telah
teridentifikasi sewaktu menilai pasien (misalnya peripheral neuropathy) dan hal-hal lain yang
mungkin dapat diantisipasi (misalnya mengatasi reaksi hipoglikemi). Kegunaan dan cara minum
obat yang benar (misalnya obat hipoglikemik oral, obat antidislipidemia, obat antihipertensi, aspirin)
harus dijelaskan.
 Tahap III : Memberikan pendidikan berkelanjutan untuk menekankan konsep, meningkatkan dan
menjaga motivasi, dan berupaya agar pasien dapat mengurus dirinya dan peduli terhadap
kesehatannya.
HIPERTENSI NANDA

ADA 2 MACAM HIPERTENSI


Hipertensi dikenal secara luas sebagai 1. Hipertensi primer (essensial)
penyakit kardiovaskular. Hipertensi merupakan Hipertensi primer ini tidak dapat
salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. disembuhkan tetapi dapat di
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi Kontrol. Lebih dari 90%-95% pasien
diseluruh dunia dengan hipertensi merupakan
dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun
hipertensi essensial (hipertensi primer).
penyakit serebrovaskular. Gejala-gejala akibat 2. Hipertensi sekunder
hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, Kurang dari 10% penderita hipertensi
dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat diseluruh dunia penyebab hipertensi
hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada
sudah mencapai angka tertentu yang bermakna pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara
potensial.
Faktor yang menyebabkan tekanan
darah tinggi
TEKANAN DARAH  Asupan natrium (garam) berlebihan
 Tidak cukupnya asupan kalium dan
 Tekanan darah adalah tekanan
kalsium
yang diukur pada dinding arteri
dalam alat ukur tensi darah .  Diabetes mellitus & Resistensi insulin
Dua tekanan darah arteri yang  Obesitas
biasanya diukur, tekanan darah
 Strees atau terlalu banyak fikiran
sistolik (TDS) dan tekanan
darah diastolik (TDD).  Merokok dan Minum Alkohol
 Begadang & Gaya Hidup yg kurang
sehat
 Telalu sering Makan Yg Cepat Saji &
Makan Makanan Olahan instan Seperti
NANDA Sosis , Mie
NANDA

Klasifikasi tekanan
darah
Klasifikasi tekanan darah Tekanan Darah sistolik Tekanan Darah Diastolik
mm/Hg mm/Hg

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi Stadium 2 ≥ 160 ≥ 100


Tujuan evaluasi pasien dengan
hipertensi:
 1. Menilai gaya hidup yg lebih
 2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
 3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ tubuh dan penyakit kardiovaskular

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum
memulai terapi antihipertensi adalah urin, kadar gula darah dan kalium,
kreatinin, dan kalsium serum (setelah puasa 9 – 12 jam) lebih akurat
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
 Penurunan kematian yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
 Mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ tubuh (misal: kejadian
kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
 Mengurangi resiko penyakit hipertensi merupakan tujuan utama terapi
hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi oleh penggunaan yg sesuai

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan


• Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
• Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
• Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
NANDA
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
Terapi nonfarmakologi & Terapi farmakologi NANDA

Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan Terapi Farmakologi
merupakan bagian yang penting dalam penanganan Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik,
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan penyekat beta ( beta blocker ), penghambat
hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.diet enzim konversi angiotensin (ACEI),
rendah natrium, aktifitas fisik, dan mengurangi penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan
mengkonsumsi alkohol. Pada sejumlah pasien dengan antagonis kalsium dianggap sebagai obat
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
satu obat antihipertensi mengurangi garam dan berat sendiri atau dikombinasi, harus digunakan
badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan
obat. hipertensi karena bukti menunjukkan
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling keuntungan dengan kelas obat ini.
berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.
Pertimbangan lain dalam Pemilihan obat
Antihipertensi NANDA

Efek yang berpotensi tidak menguntungkan


Efek yang berpotensi menguntungkan • Diuretik tipe thiazide harus digunakan dengan hati-hati
• Diuretik tipe thiazide berguna untuk pada pasien dengan diagnosa asam urat atau yang
memperlambat pengikisan mineral pada mempunyai sejarah medis hiponatremia yang serius .
osteoporosis. • Hindari penggunaan beta blocker pada pasien asma,
• β-blocker dapat berguna untuk pengobatan sesak nafas batuk, atau serangan jatung tipe 2 dan 3
aritmia , migraine, gangguan hormon tiroid • ACEI dan ARB tidak boleh diberikan kepada
(jangka pendek), atau tremor esensial. perempuan punya rencana hamil dan kontraindikasi pada
• Kalsium antagonis dapat berguna juga untuk perempuan hamil. ACEI tidak boleh diberikan pada
pengobatan sindroma Raynaud dan aritmia pasien dengan riwayat pembengkakan yg terjadi di
tertentu bawah kulit tidak disertai nyeri ( ruam / alergi ).
• α-blocker dapat berguna untuk gangguan • Antagonis aldosteron dan diuretic penahan kalium
prostat dapat menyebabkan hiperkalemia, sehingga jangan
diberikan kepada pasien dengan kalium serum >5.0
mEq/L (tanpa minum obat apa-apa)
Edukasi ke Pasien
NANDA
Beberapa POINT penting untuk edukasi ke pasien tentang penanganan hipertensi:
 Pasien mengetahui target nilai tekanan darah yang dinginkan
 Pasien mengetahui nilai tekanan darahnya sendiri
 Sadar kalau tekanan darah tinggi sering tanpa gejala (asimptomatik)
 Konsekuensi yang serius dari tekanan darah yang tidak terkontrol
 Pentingnya kontrol teratur
 Peranan obat dalam mengontrol tekanan darah, bukan menyembuhkannya
 Pentingnya obat untuk mencegah outcome klinis yang tidak diinginkan
 Efek samping obat dan penanganannya
 Kombinasi terapi obat dan non-obat dalam mencapai pengontrolan tekanan darah
 Pentingnya peran terapi nonfarmakologi
 Obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang mengandung ginseng, nasal decongestan, dll)
TUBERKULOSA DIAH

Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh


kuman, maka tuberkulosis dibedakan menjadi :
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh
1. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian menyerang jaringan parenchym paru, tidak
besar (80%) menyerang paru-paru termasuk pleura (selaput paru).
Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung 2. Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis
pada : yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
• Banyaknya droplet nuclei yang menginfeksi misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
udara sekitar (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
• Lamanya kontak dengan udara yg sudah kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
terinfeksi atau kawasan mengandung droplet dan lain-lain.
Bakteri Tuberkulosa
• Kedekatan dengan penderita TB
TANDA – TANDA DAN GEJALA
DIAH
KLINIS
Pada anak-anak gejala TB terdapat Gejala umum, meliputi :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab
Gejala TB pada orang dewasa
yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah
umumnya penderita mengalami batuk dan
dengan penanganan gizi yang baik.
berdahak terus-menerus selama 3 minggu
2. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
atau lebih, batuk darah atau pernah batuk
tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai
darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB
dengan keringat malam.
pada orang dewasa adalah sesak
3. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
makan dan berat badan menurun, rasa
4. Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari
kurang enak badan (malaise), berkeringat
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda di dada
malam, walaupun tanpa kegiatan,
nyeri.
demam meriang lebih dari sebulan.
5. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan diare
DIAH  Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah
mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan
TERAPI TB pada dasarnya adalah :
1) Mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi
2) Menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya penularan

PRINSIP PENGOBATAN
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
Terapi atau Pengobatan
dan lanjutan
penderita TB dimaksudkan
untuk :
1) Menyembuhkan Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
penderita sampai Pada tahap intensif (awal)
Pada tahap lanjutan penderita
sembuh penderita mendapat obat setiap hari
mendapat jenis obat lebih sedikit,
2) mencegah kematian, dan perlu
namun dalam jangka waktu yang
3) mencegah kekambuhan diawasi secara langsung untuk
lebih lama
4) \menurunkan tingkat mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan penting untuk
penularan. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
membunuh kuman persister
diberikan secara tepat, biasanya
(dormant) sehingga mencegah
penderita menular menjadi tidak
terjadinya kekambuhan
menular dalam kurun waktu 2 minggu
DIAH  Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam
REGIMEN pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi
sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. TB
PENGOBATAN didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas
membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah
resistensi
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket
kombipak, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. 1
paket untuk 1 penderita dalam 1 masa Obat yang umum dipakai adalah
pengobatan.
Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan
Saat ini juga diterapkan penggunaan OAT-FDC.
Streptomisin.
Obat Paket Tuberkulosis ini disediakan secara
Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer.
gratis melalui Institusi pelayanan kesehatan
milik pemerintah, terutama melalui Isoniazid adalah obat TB yang paling ahli dalam
Puskesmas, Balai Pengobatan TB paru, Rumah hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin
Sakit Umum dan Dokter Praktek Swasta yang dan streptomisin.
telah bekerja sama dengan Direktorat Rifampisin dan pirazinamid paling ahli dalam mekanisme
Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, sterilisasi.
Depkes RI
Keuntungan penggunaan OAT DIAH

FDC: a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu
kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan penderita
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya
dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
penderita.
c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita tidak
bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.
d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah pengelolaannya
dan lebih murah pembiayaannya
Efek samping yg umumnya
DIAH
terjadi penggunaan obat
OAT
 Kemerahan pada kulit
 Kuning pada mata dan kulit
 Gejala seperti flu (demam, kedinginan dan pusing)
 Nyeri dan pembengkakan sendi, terutama pada sendi pergelangan
kaki dan pergelangan tangan
 Gangguan penglihatan
 Warna merah / orange pada air seni
 Gangguan keseimbangan dan pendengaran
 Rasa mual, gangguan perut sampai muntah
 Rasa kesemutan /terbakar pada kaki.
PERHATIAN KHUSUS UNTUK PENGOBATAN DIAH
Wanita hamil Ibu menyusui dan bayinya
Wanita penderita TB Pada prinsipnya paduan Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada
pengguna kontrasepsi. pengobatan TB pada wanita hamil ibu menyusui tidak berbeda dengan
Rifampisin berinteraksi dengan tidak berbeda dengan pengobatan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT
kontrasepsi hormonal (pil KB, TB pada umumnya. Semua jenis aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu
menyusui yang menderita TB harus mendapat
suntikan KB, susuk KB), OAT aman untuk wanita hamil,
paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT
sehingga dapat menurunkan kecuali streptomisin karena dapat
yang tepat merupakan cara terbaik untuk
efektifitas kontrasepsi tersebut. menembus barier placenta dan
mencegah penularan kuman TB kepada
Seorang wanita penderita TB dapat menyebabkan permanent bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan
seyogyanya mengggunakan ototoxic terhadap janin dengan dan bayi tersebut dapat terus menyusu.
kontrasepsi nonhormonal, atau akibat terjadinya gangguan Pengobatan pencegahan dengan INH dapat
kontrasepsi yang mengandung pendengaran dan diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan
estrogen dosis tinggi (50 mcg). keseimbangan yang menetap pada berat badannya selama 6 bulan. BCG
janin tersebut. diberikan setelah pengobatan pencegahan

Penderita TB dengan infeksi HIV/AIDS


Prosedur pengobatan TB pada penderita dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama
seperti penderita TB lainnya. Obat TB pada penderita HIV/AIDS sama efektifnya
PERHATIAN KHUSUS UNTUK PENGOBATAN DIAH

Penderita TB dengan hepatitis akut Penderita TB dengan gangguan ginjal


Pemberian OAT pada penderita TB Isoniazid, Rifampisin dan Pirazinamid dapat diberikan
dengan hepatitis akut dan atau klinis dengan dosis normal pada penderita-penderita dengan
ikterus, gangguan ginjal. Hindari penggunaan Streptomisin
ditunda sampai hepatitis akutnya dan Etambutol kecuali dapat dilakukan pengawasan
mengalami penyembuhan. fungsi ginjal dan dengan dosis diturunkan atau interval
pemberian yang lebih jarang.

Penderita TB dengan penyakit hati


kronik Penderita TB dengan Diabetes Melitus
Bila ada kecurigaan gangguan fungsi Diabetesnya harus dikontrol. Perlu diperhatikan bahwa
hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati penggunaan Rifampisin
sebelum pengobatan TB. Kalau SGOT akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes
dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali (sulfonil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan.
OAT harus dihentikan. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena
Pirazinamid (Z) tidak boleh digunakan. mempunyai komplikasi terhadap mata.
Konsep Pharmaceutical Care. NURUL

Dalam praktek, konsep ini ditandai diantaranya oleh :


Konsep Pharmaceutical Care, Apoteker
1. Apoteker terlibat langsung dalam pelayanan Farmasi
mempunyai tanggung jawab sebagai berikut
2. Fokus kepada Penderita, bukan hanya kepada produknya
:
3. Ada interaksi langsung antara Apoteker dengan Penderita
1. Memastikan bahwa terapi obat penderita
4. Apoteker memastikan bahwa terapi obat sesuai indikasi,
sesuai indikasi, paling efektif, paling aman,
efektif, aman.
dan dapat dilaksanakan sesuai tujuan
5. Apoteker memperhatikan peningkatan kualitas hidup
2. Mengidentifikasi, memecahkan, dan
penderita
mencegah masalah terapi obat yang akan
6. Apoteker berupaya dan memperhatikan outcome yang
mengganggu .
pasti dari terapi
3. Memastikan bahwa tujuan terapi
7. Semua proses harus terdokumentasi
penderita tercapai dan hasil yang optimal
8. Mengidentifikasi, mencegah dan memonitor masalah
terealisasi.
terapi obat (DTP= Drug Therapy Problems)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai