Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SISKA PUTRI UTAMA

NIM : F201902012

KELAS : C5NR

SOAL!!

1. Menurut anda, apakah polifarmasi dapat menyebabkan interaksi obat?Apakah


interaksi obat itu dan ada berapa macam interaksi obat. Jelaskan!
2. Jelaskan pengertian tingkat keparahan dari interaksi obat?
3. Bagaimana cara penanganan/ monitoring obat jika terdapat interaksi
minor,moderate,dan mayor?
4. Jelaskan mekanisme interaksi obat antihistamin dengan benzodiazepine?
5. Jelaskan mekanisme interaksi antara obat fenitoin dan amiodaron?
6. Klasifikasikan potensi interaksi obat pada beberapa item obat di bawah ini dan
jelaskan interaksinya:
a. Amlodipin dan simvastatin
b. Lisinopril dan allupurinol
c. Benzodiazepin dan cimetidin

JAWABAN

1) Menurut saya polifarmasi dapat menyebabkan interaksi obat, karena


polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah banyak dan tidak sesuai
dengan kondisi kesehatan. Dari penggunaan obat dalam jumlah yang banyak ini maka
bisa saja menimbulkan potensi adanya interaksi obat dari beberapa obat yang
dikonsumsi.
Interaksi obat merupakan efek farmakoterapi atau interaksi yang dapat terjadi
dikarenakan adanya efek obat yang diubah oleh obat lain, makanan, atau minuman
yang menyebabkan berubahnya efektifitas atau toksisitas dari obat tersebut.
Macam-macam interaksi obat :
a. interaksi farmasetik, merupakan interaksi antar obat karena obat yang tidak
dapat tercampur atau inkkompatibel
b. interaksi farmakokinetik, interaksi dalam proses farmakokinetik yaitu
absorbsi, disribusi, metabolisme dan eksresi (ADME) dapat meningkatkan
ataupun menurunkan kadar plasma obat
c. interaksi farmakodinamik, obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat
kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek aditif, sinergistik,
atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil
farmakokinetik lainnya.
2) Tingkat keparahan dari interaksi obat berdasarkan tingkat keparahannya dibagi
menjadi interaksi mayor, moderate, dan minor. Interaksi mayor memiliki efek besar
yang dapat membahayakan nyawa atau mengakibatkan kerusakan permanen. Interaksi
moderate dapat menyebabkan perubahan status klinis pasien sedangkan interkasi
minor memiliki efek yang tidak terlalu mengganggu sehingga tidak terlalu
memerlukan terapi tambahan. Adanya interaksi obat dapat menyebabkan penurunan
efek obat sehingga hasil terapi yang diinginkan tidak maksimal. Oleh karena itu,
dilakukan identifikasi interaksi obat dengan tujuan dapat mencegah timbulnya risiko
morbiditas dan motalitas dalam pengobatan pasien diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran untuk memonitoring interaksi obat sehingga kualitas
hidup pasien meningkat.

3) Dampak yang ditimbulkan jika terjadi potensi interaksi obat antara lain adalah
penurunan efek terapi, peningkatan toksisitas, atau efek farmakologis yang dapat
membahayakan pasien tersebut dimana salah satu cara penanganannya adalah peran
seorang farmasis yang harus menyampaikan informasi obat dengan lebih teliti dan
lengkap terutama dalam pemberian informasi terkait efek samping obat dan interaksi
obat yang dapat terjadi ketika pasien menggunakan dua buah obat atau lebih dalam
waktu yang bersamaan, selain itu juga perlu ditingkatkannya sistem komputerisasi
skrinning obat sebelum diberikan kepada pasien dan yang paling penting dilakukan
adalah monitoring untuk obat-obat yang berinteraksi.

4) Menurut Medscape interaksi antara obat antihistamin dengan benzodiasepin perlu


digunakan dengan hati-hati (dilakukan monitor)

Contoh interaksi antara obat Alprazolam dan chlorpheniramine maleatedimana


keduanya meningkatkan efek sedasi.

Mekanisme kerja chlorpheniramine sebagai antagonis H1, adalah berkompetisi


dengan aksi dari histamin endogenus, untuk menduduki reseptor-reseptor normal H1
pada sel-sel efektor di traktus gastrointestinal, pembuluh darah, traktus respiratorius,
dan beberapa otot polos lainnya. Chlorpheniramine maleat memiliki efek sedatif
ringan. Diperkirakan bahwa mekanisme antihistamin obat ini berhubungan dengan
kerja obat dalam memengaruhi antikolinergik pusat. Obat antagonis H1 klasik, dapat
menstimulasi dan mendepresi susunan saraf pusat

Alprazolam berinteraksi dengan reseptor BNZ-1, BNZ-2, dan GABA-A. Ikatan


alprazolam dengan BNZ-2 mempengaruhi memori, koordinasi, relaksasi otot, dan
memiliki aktivitas antikonvulsif. Interaksi alprazolam dengan reseptor GABA-A
meningkatkan afinitas reseptor tersebut terhadap GABA. Ikatan antara GABA
dengan reseptor GABA-A menginhibisi sistem saraf sehingga dapat menenangkan
pasien. Secara klinis, alprazolam menyebabkan depresi sistem saraf pusat (SSP)
bervariasi dari gangguan aktivitas ringan hingga hipnosis.
5) Mekanisme interaksi fenitoin dan amiodaron adalah amiodaron menghambat enzim
yang terlibat dalam metabolisme fenitoin sehingga terjadi peningkatan kadar plasma.
Amiodaron juga terikat plasma sehingga terjadi pergeseran ikatan dengan protein.
Fenitoin adalah penginduksi enzim yang dapat meningkatkan metabolisme yang dapat
menurunkan kadar amiodaron.

6) a. Interaksi obat amlodipin dan simvastatin


Amlodipine meningkatkan kadar simvastatin oleh yang lain . Hindari atau gunakan
obat alternatif. Manfaat terapi kombinasi harus dipertimbangkan secara hati-hati
terhadap potensi risiko kombinasi. Potensi peningkatan risiko
miopati/rhabdomyolisis. Batasi dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg/hari bila
digunakan secara bersamaan . (Berdasarkan Medscape).
b. Interaksi obat lisinopril dan allopurinol
Berdasarkan medscape tidak ada interaksi antara lisinopril dan allopurinol.
c. Interaksi obat benzodiazepin dan cimetidin
Cimetidine akan meningkatkan kadar atau efek benzodiazepin dengan
mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati/usus. Hindari atau gunakan
obat alternatif. (Berdasarkan Medscape).

Anda mungkin juga menyukai