FARMAKOLOGI 2
DISUSUN OLEH:
Kelompok : B2
Meja : 2
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah kami yang telah membimbing kami dalam menulis laporan
ini.Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Farmakokinetik
Secara farmakokinetik obat melewati beberapa interaksi yang
mempengaruhi absorbsi,distribusi,metabolisme atau eksresi obat lainnya
dalam tubuh. Dalam hal ini, obat yang satu mempengaruhi obat lainnya
yang menyebabkan perubahan efektivitas dan toksisitas obat. Akibat
interaksi, toksisitas bisa meningkat maupun menurun, efektivitas pun bisa
meningkat atau menurun.
Metabolisme
Protein plasma yang berikatan dengan zat kimia dari obat akan
dimetabolisme dengan melakukan aktivasi atau inhibisi enzim.
Eksresi
Setelah semua proses telah berakhir, sisa obat akhirnya di eksresi
kan ke ginjal dan ikut dibuang dalam urin yang mengakibatkan
perubahan warna, bau , pH dan kuantitas urin.
Interaksi antara obat kedua obat membuat pH berubah, yang
seharusnya urin itu 6-7,4 namun oleh karena interaksi obat
membuat urin bisa jadi asidosis atau alkalosis.
Farmakodinamik
Synergistic effect : 1 +1 = 3
Potentiation effect : 1 + 0 =2
PEMBAHASAN
A. Kasus
Ny. M berusia 55 tahun menderita diabetes sejak 2 tahun yang lalu dan
mendapatkan obat Glibenclamid 5 mg, 2 x 1 tablet dan Metformin 500 mg,
2 x1 tablet.Beberapa hari yang lalu pasien datang ke dokter gigi,dengan
keluhan gigi berlubang. Setelah dilakukan tindakan perawatan dengan
gigi,dokter memberi resep Natrium Diklofenanac 2 x 50 mg dan
Paracetamol 2 x 500 mg. Setelah diminum obat oenambah nyeri nya KGD
60 mg/dl.
b. Distribusi
c. Metabolisme
d. Eksresi
f. Efek
2. Metformin 500 mg
Nama generik: Glidepatic 500 mg
a. Absorpsi
Bioavailabilitas absolut dari metformin hidroklorida tablet 500 mg,
diberikan pada kondisi pasien berpuasa, adalah sekitar 50% ‒ 60%.
Makanan menurunkan kecepatan absorpsi metformin. Waktu
puncak plasma sediaan regular adalah 2-3 jam, sedangkan sediaan
extended release adalah 4-8 jam. Konsentrasi plasma secara stabil
dapat dicapai dalam waktu 24‒48 jam, umumnya <1 µg/mL. Pada
uji klinis, pemberian metformin hidroklorida tablet, bahkan pada
dosis maksimum sekalipun, kadar plasma maksimum tidak
melebihi 5 mcg/mL Pada dosis reguler, efek maksimum metformin
dapat terjadi dalam dua minggu
b. Distribusi
Ikatan metformin dengan protein plasma adalah minimal, dan
dapat diabaikan. Volume distribusi: 650 L, pada obat kerja reguler.
Metformin dapat terdistribusi masuk ke dalam eritrosit.
c. Metabolisme
Metformin tidak melalui efek lintas pertama di hepar.Renal
clearance berkisar 3,5 kali lebih besar daripada creatinine
clearance. Pada penggunaan tablet metformin kerja reguler, renal
clearance sekitar 450‒540 mL/menit.
d. Ekskresi
Ekskresi metformin 90% terjadi di urin, dalam bentuk tidak
berubah. Sekitar 90% dari dosis obat yang diabsorpsi,
diekskresikan ke urin dalam waktu 24 jam pertama, setelah
konsumsi metformin per oral. Waktu paruh plasma sekitar 6,2 jam.
Waktu paruh dalam darah adalah sekitar 17,6 jam. Hal ini
berkenaan dengan massa eritrosit yang dapat menjadi
kompartemen dalam pendistribusian obat ini.
3. Natrium Diklofenac
Nama generik: Cataflam
a. Absorpsi
Penyerapan natrium diklofenak adalah 100% setelah konsumsi per
oral, dan konsentrasi puncak obat tercapai dalam waktu 2 jam.
Makanan tidak memengaruhi proses absorpsi obat. Meski
demikian, makanan dapat memperlambat absorpsi obat, yaitu
sekitar 1‒4,5 jam, dan juga terjadi penurunan kadar puncak obat
dalam plasma darah, yaitu sekitar 30%. Obat sediaan lepas lambat
dan salut selaput memerlukan waktu sekitar 2‒5 jam untuk
mencapai konsentrasi puncak.
b. Distribusi
Sekitar lebih dari 99% obat natrium diklofenak ini terikat pada
protein serum, terutama albumin. Volume distribusi obat adalah
1,4 L/kg. Distribusi obat yang masuk ke dalam cairan sinovial
adalah dengan cara berdifusi, dan dapat dideteksi dua jam setelah
obat masuk ke dalam tubuh. Namun, konsentrasi obat tersebut
lebih rendah daripada konsentrasinya dalam plasma darah.
c. Metabolisme
Natrium diklofenak dimetabolisme di hepar menjadi beberapa
metabolit, dengan metabolit utamanya adalah 4-hydroxydiclofenac.
Obat dan metabolitnya akan menjalani proses glukuronidasi dan
sulfasi, kemudian disalurkan ke cairan empedu.
d. Ekskresi
Waktu paruh terminal obat dalam bentuk tidak berubah adalah
sekitar 2 jam. Sekitar 65% dari dosis obat yang masuk ke dalam
tubuh diekskresikan ke urine dan sekitar 35% ke feses melalui
sistem bilier.
e. Mekanisme kerja obat:
Natrium diclofenac adalah dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase (COX). Enzim ini berfungsi untuk membantu
pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka dan menyebabkan
rasa sakit dan peradangan. Dengan menghalangi kerja enzim COX,
prostaglandin lebih sedikit diproduksi, yang berarti rasa sakit dan
peradangan akan mereda.Umumnya obat ini dipasarkan dalam
bentuk natrium diclofenac 25 mg atau Natrium diclofenac 50 mg.
e. Efek
Distensi abdomen dan perut kembung.
Nyeri perut atau kram.
Sembelit.
Diare.
Pusing.
Pencernaan yang terganggu.
Retensi cairan.
Sakit kepala.
4. Paracetamol
Nama generik: Paracetamol
a. Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport
pasif pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan
sedikit memperlambat absorpsi paracetamol.
Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi
puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
b. Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan
dicapai dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120
menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma
adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam
jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 –
3 jam.
Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25%
paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
c. Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses
glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian
kecil paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450
menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine
(NAPQI). [6]
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation
menjadi sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan
dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation,
maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan
nekrosis hepar akut.
d. Eskresi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan
bebas melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral,
ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2
mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia >
65 tahun atau dengan gangguan ginjal. Selain ginjal, sekitar 2,6%
akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.
e. Mekanisme kerja obat:
Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan mempengaruhi
ambang rasa sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase,
COX-1, COX-2 dan COX-3 yang terlibat dalam pembentukan
prostaglandin, substansi yang bertindak mengatur rasa sakit dan
diketahui juga sebagai regulator panas pada hipotalamus.
f.Efek
Efek samping dari paracetamol sebenarnya jarang terjadi, tapi tetap
bisa muncul, seperti: mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal,
kehilangan nafsu makan. urine berwarna gelap, feses berwarna
pucat. kuning pada kulit dan mata.
3.2 Menganalisis interaksi obat yang terjadi dalam bentuk tabel berikut
Natrium
Glibenclamid Metformin Paracetamol
Diklofenac
Sinergisme Sinergisme
Glibenclamid - Potensiasi
negatif positif
Sinergisme Sinergisme
Metformin Potensiasi -
positif positif
Natrium Sinergisme Sinergisme Sinergisme
-
Diklofenac negatif positif negatif
Sinergisme Sinergisme Sinergisme
Paracetamol -
positif positif negatif
KETERANGAN :
Contoh :
Biguanid : metformin
Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan
pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe 2.
3.3 Resep
R/Glibenclamid 5 mg
S 2 dd tab I
R/Metformin 500 mg
S 2 dd tab I
R/Paracetamol 500 mg
S 2 dd tab I
R/Ntarium Diklofenac 20 mg
S 2 dd tab I
Pro: Ny M
Umur: 55 tahun
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical
Application-6th Ed. Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.
Katzung, G.Bertram. 2007. Basic & Clinical Pharmacology – 10th Ed. The
McGraw-Hill Companies. Inc, New York.
Lüllmann, Heinz, [et al.]. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme.
New York.