Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD RAIHAN

NIM : 23862061048
KELOMPOK : 3

JUDUL ESAI I
PENERAPAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu ‘panca’ dan ‘sila’. Panca memiliki arti lima, sedangkan
sila memiliki arti asas atau prinsip. Maka, arti pancasila yaitu lima dasar yang digunakan sebagai
prinsip atau aturan dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah dasar falsafah negara
Indonesia yang terdiri dari lima prinsip, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penerapan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu wujud nyata dari keselarasan dan
keberlanjutan hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila dijadikan sebagai pedoman, khususnya dalam lingkungan masyarakat yang
memiliki berbagai macam suku, ras, dan agama. Sebagai dasar filsafat negara Indonesia, Pancasila
bukan hanya sebuah konsep teoretis yang terbatas pada dokumen tertulis. Lebih dari itu, Pancasila
seharusnya menjadi panduan bagi setiap warga negara dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci utama untuk
menciptakan masyarakat yang adil, berkeadilan, dan bermartabat.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila dimulai dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Penerapan sila satu ini dimulai
dari keyakinan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di indonesia sendiri setiap warga
memiliki hak untuk kebebasan dalam beragama. Hal ini kita di ajarkan dan di ajurkan untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing – masing. Hal yang lainpun kita di ajurkan
untuk saling tetapi juga menghormati dan mengakui keberagaman agama di sekitar kita. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita saling menghormati keberagaman keyakinan adalah langkah awal untuk
menciptakan lingkungan yang damai dan toleran.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Menerapkan nilai sila ke 2 yaitu kemanusiaan, dalam hal ini perlakuan adil terhadap sesama
dan menjunjung tinggi norma-norma keberadaban. Dalam interaksi sehari-hari, sikap empati dan
keadilan harus senantiasa hadir, dan slalu mengedepankan HAM. Kedihupan sehari – hari pun kita
harus menolak segala bentuk diskriminasi, bersikap santun, dan menjaga etika dalam pergaulan
sehari-hari adalah manifestasi nyata dari prinsip ini.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan dan kesatuan bangsa adalah sila yang terkandung dalam sila ke 3, yang persatuan
indonesia menjadi pondasi kuat dalam keberlangsungan Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita harus memunbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat yang mana di lingkungan
kita yang bermacam macam suku, agama, dan etnis. Nilai persatuan akan membuat hubungan yang
harmonis di lingkungan sekitar. Toleransi, gotong-royong, dan semangat kebersamaan adalah kunci
untuk membentuk masyarakat yang bersatu.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta
Sila ke – 4 kita bisa menerpakan inti dari sila ini yaitu demokrasi. Demokrasi adalah bentuk
penerapan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari. Partisipasi aktif dalam berbagai forum diskusi
adalah salah satu bentuk penerpan sila ke 4 ini, Pengambilan keputusan keluarga, dan pemilihan
umum adalah cara nyata masyarakat terlibat dalam proses demokratis. Menghormati perbedaan
pendapat dan menjunjung tinggi proses demokrati secara langsung. Masyarakat yang menerapkan
nilai demokrasi dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari adalah masyarakat yang terlibat
aktif dalam pengambilan keputusan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam konteks Pancasila Ke - 5, keadilan didefinisikan sebagai salah satu nilai atau prinsip
yang terkandung dalam sila ke-5, yaitu "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia." Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia menekankan pentingnya keadilan dalam pembangunan dan
penyelenggaraan kehidupan masyarakat. Penerapan keadilan sosial dapat terlihat dalam sikap
inklusif terhadap semua lapisan masyarakat, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.
Artinya, sila tersebut memberikan peluang yang sama bagi setiap individu untuk berkembang
merupakan bentuk nyata dari keadilan sosial.
Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bukanlah tugas yang mudah. Hal ini
membutuhkan kesadaran diri untuk senantiasa menjadikan nilai-nilai kebangsaan sebagai pedoman
utama. Pancasila sendiri memang sanggat butuh kesadaran dalam penerapan pancasila, memang
pancasila sendiri tidak mudah seperti membalikkan telapak tanggan. Apabila kita bisa menerapkan
pancasila ini maka kita akan dapat memperkuat jati diri sebagai bangsa, tetapi juga turut
berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang adil, beradab, dan bermartabat. Sebab, sejatinya,
Pancasila bukan hanya milik negara, tetapi milik kita semua sebagai bagian integral dari kehidupan
sebagai warga Indonesia. Dengan meresapi nilai-nilai Pancasila sendiri kita dapat memperilaku
kehidupan sehari-hari dengan membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih baik
bagi bangsa Indonesia.
RUJUKAN ESAI
Marshandha, D. A., Irma, U., & Izzati, A. (2022). Implementasi Nilai - Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Sehari - Hari. Jurnal Gema Keadilan, 9, 1 - 12.
JUDUL ESAI II
BAHAYA NARKOBA
Narkoba merupakan zat yang dapat memberikan pengaruh tertentu bagi individu yang
menggunakannya. Narkoba sendiri banyak cara pegunaannyaa seperti, memasukkan obat tersebut
ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut sanggat bahaya seperti hilangnya rasa sakit rangsangan,
semangat dan halusinasi. Halusinasi dapat menyebabkan efek yang buruk bagi kelompok
masyarakat, terutama di kalangan remaja yang ingin menggunakan narkoba meskipun tidak
menderita apa-apa. Adapun jenis-jenis narkoba antara lain Opium, Morpin, Ganja, Cocaine, Heroin,
Shabu-shabu, Ekstasi, Putaw, Alkohol dan Sedativa/Hipnotika.
Penyalahgunaan narkoba merupakan tantangan serius yang mempengaruhi individu dan
masyarakat secara menyeluruh. Penyalagunaan sendiri banyak menjadi korban, sampai – sampai
banyak kalangan yang terjerat seperti anak – anak, remaja, sampai oranag dewasa. Terlebih di era
globalisasi dan teknologi yang semakin canggih. Dengan adanya kecanggihan teknologi sendiri
sanggat memberikan kehawatiran yang mana bisa memberi kemudahan untuk transaksi. Untuk itu
kita juga harus ikut serta dalam mengatasi permasalahan ini, yang mana perlu dilakukan
penanganan yang komprehensif melalui peningkatan kesadaran, upaya pencegahan, rehabilitasi dan
kolaborasi antarsektor.

 PENINGKATAN KESADARAN

Pertama, dalam penyegahan penyalagunaan narkoba yaitu meningkatkan kesadaran


masyarakat terhadap bahaya narkoba adalah langkah awal yang krusial. Kampanye publik melalui
media massa memiliki peran penting dalam menciptakan kesadaran masyarakat. Iklan yang kuat,
baik dalam bentuk cetak, audio, atau visual, dapat menyampaikan pesan anti-narkoba dengan cara
yang memikat dan mudah dicerna. Melibatkan tokoh masyarakat dan selebriti dalam kampanye
dapat meningkatkan daya tarik pesan tersebut. Masyarakat yang sadar akan risiko dapat lebih baik
melibatkan diri dalam upaya pencegahan.

 PENCEGAHAN

Upaya pencegahan merupakan cara kedua yang mana hal ini kita perlu fokuskan pada
berbagai tingkatan seperti, pendidikan di sekolah, kerja sama masyarakat dan penegakan hukum.
Upacaya pencegahan sendiri bisa di mulai dari tingkatan sekolah, yang mana sekolah seharusnya
memberikan informasi tentang bahaya narkoba yang mana hal ini bisa di masukkan dalam
kurikulum pendidikan itu sendiri. Serta sekolah yang harus membuat strategi untuk menghindari
tekanan sebaya atau peserta didik yang mendorong ke arah tersebut.
Upaya pencegahan yang lainpun bisa di mulai dari kerja sama masyarakat, yang mana
dengan adanya masyarakat setempat yang aktif dalam hal ini bisa sanggat berpotensi untuk
membantu atau menajdi benteng pertahanan yang kuat dalam progam pencegahan tersebut. Dan
yang terakhir yaitu penegakan hukum, yang mana dengan adanya penegakan hukum ini kita bisa
untuk menghentikan peredaran narkoba. Penegakan hukum berperan penting dalam operasi
penangkapan dan penghancuran barang tersebut seperti, ladang ganja, laboratorium metamfetamin,
serta jaringan distribusi lainya.

 REHABILITASI
Rehabilitasi dalam penanganan penyalahgunaan narkoba bukan hanya langkah terapeutik,
tetapi juga suatu proses pemulihan yang melibatkan pendekatan holistik untuk mengatasi tantangan
fisik, mental, dan sosial yang dihadapi individu yang terkena dampak penyalahgunaan narkoba.
Maka dari itu pemerinta juga harus menyedikan program rehabilitasi yang holistik yang mana
dengan aadanya tersebut bisa memberikan obat bagi individu yang terjerat narkoba. Pelayanan
kesehatan mental, dukungan sosial, dan pelatihan keterampilan harus diintegrasikan untuk
membantu individu pulih dan kembali berkontribusi pada masyarakat

 KOLABORASI ANTARSEKTOR

Penanganan penyalahgunaan narkoba tidak dapat dicapai hanya melalui upaya satu sektor.
Maka dari itu kita harus membentuk Kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan,
masyarakat, dan sektor swasta dalam membentuk kunci keberhasilan. Rencana aksi bersama yang
terkoordinasi dapat meningkatkan efektivitas upaya pencegahan dan penanganan.
Dengan meningkatkan kesadaran, melakukan pencegahan, menegakkan hukum,
memberikan layanan rehabilitasi yang efektif, dan masyarakat dapat bersama-sama mengatasi
penyalahgunaan narkoba. Kolaborasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah, sektor swasta,
dan masyarakat akan membentuk fondasi yang kokoh untuk mencapai pemulihan dan mencegah
penyalahgunaan narkoba di masa depan.

RUJUKAN ESAI
AT, A. D., Firdaus, S. H., & Elfarisna. (2018). PENYULUHAN BAHAYA PENGUNAAN NARKOBA
PADA MASYARAKAT DI DESA CURUNG WETAN. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat
LP UMJ, 1 - 7.

Handayani, D. N., & Agussalim, A. (2022). Upaya Penangan Penyalagunaan Narkoba oleh Badan Narkotika
Nasional Kota Gorontalo. Jurnal ilmiyah Muqoddimah, 6(1), 223 - 228.

Khairani, A., Zulfiqar, E., & Suhendra, D. (2022). Peranan Tokoh Masyarakat dalam Memberantas
Peredaran Narkotika, Psikotropika, dan Obat - obatan terlarang (narkoba) di kota Padangsidimpuan.
Jurnal Ilmiyah Muqoddimah, 6(1), 181 - 187.

Anda mungkin juga menyukai