Anda di halaman 1dari 5

Nama : Emilia Kartika

NIM : G011231103

Prodi/Fakultas : Agroteknologi/Pertanian

PENTINGNYA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang di wajibkan


dari tingkat sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Hal ini di maksudkan agar
dapat memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme juga membentuk
karakter social dan karakter bangsa sejak dini. Pendidikan kewaraganegaraan di
perkuliahan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kesadaran sosial
siswa. Salah satu aspek penting dari pendidiakan kewarganegaraan adalah pengenalan
nilai-nilai antikorupsi, yang menjadi masalah serius karena selain merusak kesehatan
pemakaiannya, juga berdampak pada masalah psikologis dan dapat merusak moral
bangsa Indonesia.

Hakekatnya setiap masyarakat harus dapat membantu dan persiapan dalam


pembangunan negara dan bangsa yang lebih baik. Untuk itu di perlukan bekal ilmu
pengetahuan sejak dini, terutama dalam lingkungan keluarga. Dalam Pendidikan
kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi hal utama, agar masyarakat dapat
menumbuhkan wawasan dan kesadaran dalam bernegara. Dengan demikian Pendidikan
sangatlah penting bagi seluruh bangsa tak terkecuali bagi orang yang kurang mampu
melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi.

1.2 rumusan masalah


1. Bahayanya NARKOBA?

2. Faktor-faktor penyebabya para remaja komsumsi narkoba


3. Bagaimana peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencegahan remaja terutama
di Perguruan Tinggi penyalahgunaan narkoba

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahaya Narkoba
Narkotika merupakan sejenis zat yang apabila disalahgunakan akan membawa efek
dan pengaruh tertentu pada tubuh atau psikis si pemakai seperti memberikan kesadaran
dan perilaku. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa penenang, perangsang, serta
menimbulkan rasa berhalusinasi.
Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi
si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan.
Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis
maupun keadaan sosial seseorang.
1. Secara fisik : gangguan pada sistem saraf (neurologis), gangguan pada jantung
(kardiovaskuler), gangguan pada kulit (dermatologis), gangguan pada paru-paru,
gangguan pada kesehatan reproduksi,
2. Secara psikis : lamban bekerja, ceroboh pada saat bekerja, hilang kepercayaan diri,
agitatif, tingkah laku menjadi brutal, sulit berkonsentrasi, cenderung menyakiti diri,
3. Secara sosial : gangguan mental, anti sosial, asusila, merepotkan dan menjadi beban
keluarga, pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
B. Penyebab remaja mengonsumsi Narkoba
Faktor penyebab remaja menggunakan narkoba adalah faktor lingkungan yang tidak
berperan dengan baik, meliputi; keluarga yang tidak sehat, kondisi sekolah yang tidak
baik dan kondisi masyarakat lingkungan sosial yang rawan.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi setiap remaja.Hubungan
manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi adalah di lingkungan keluarga. Peran
keluarga sangat penting dalam membimbing anak kea rah yang arah benar. Kesalahan
dan kegagalan orang tua dalam memainkan peran sebagai tokoh sentral di lingkungan
keluarga, dapat menimbulkan ketidakharmonisan pola hubungan dalam pergaulan antar

2
anggota keluarga, sehingga berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku negatif dalam
diri remaja, seperti pemakaian narkoba.
2. Lingkungan Sekolah atau Kampus
Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang sekunder. lingkungan pendidikan yang
memiliki andil besar dalam pembentukan jiwa dan perilaku remaja setelah keluarga.
Sekolah diharapkan dapat menjadi tempat membina para remaja, dengan memberikan
norma-norma dan nilai-nilai yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat. Namun
dalam kenyataannya banyak fungsi sekolah yang tidak dapat dilaksanakan, terutama
peran guru dalam memberikan proses belajar mengajar yang dianggap belum
memuaskan apa yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat. Masih banyak guru
yang baru berperan sebagai tenaga pengajar, belum sebagai tenaga pendidik yang
profesional. Kondisi sekolah yang semacam ini, dapat memberi peluang terjadinya
perilaku menyimpang di kalangan para remaja, sehingga tidak sedikit siswa dalam usia
remaja ini yang terjerumus ke dalam perbuatan yang merugikan diri mereka sendiri,
keluarga dan masyarakat, seperti mengkonsumsi narkoba.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan ketiga, adalah lingkungan yang terluas bagi remaja
dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya
teknologi komunikasi masa, maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis,
politis maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
C. Pentingnya Pendidikan kewarganegaraan dalam pencegahan remaja penyalaguna
narkoba
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program kurikuler yang memilki peran dalam
pencegahan remaja proganda narkoba untuk memahami nilai-niali moral dan etika yang
diperlukan sebagai warga negara yang yang baik dan bertanggung jawab. Pancasila
merupakan sebuah dasar negara, berarti pancasila digunakan untuk mengatur
kehidupan negara. Sebagai warga yang baik harus dapat meraturi tata tertip sebuah
negara, untuk memujutkan warga negara yang baik perlu di lati sejak dini. Dengan
adanya pendidikan mata pelajaran ini dapat mulai dari awal untuk mewujudkan warga
yang baik dengan cara sala satunya mengupas tentang makna pancasila.

3
Nilai Pancasila secara umum dibagi menjadi dua yaitu nilai dasar dan nilai
instrumental. Nilai dasar itu bersifat abstrak dan normatif dimana isinya belum dapat
dioperasionalkan. Untuk dapat bergerak secara operasional dan eksplisit, maka
dibutuhkan penjabaran ke dalam nilai instrumental seperti UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan. Dengan bersumber lima nilai dasar (Nilai Ketuhanan, Nilai
Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan, Nilai Keadilan) maka dapat dibuat dan
dijabarkan nilai-nilai instrumental
Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai prinsip yang bersifat umum, abstrak dan tetap,
yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu dan tempat, dengan kandungan
kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar
berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar
dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan para pendiri negara yang tumbuh dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan dan berasal dari cita-cita
yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental
merupakan penjabaran dari nilai dasar yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun
waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan harus
disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada
nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis
dalam bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental
merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program dan proyek-
proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang
menyusun nilai instrumental adalah MPR, Presiden, dan DPR.
Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa
cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis
terdapat pada banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan
sosial politik, organisasi kemasyarakatan, badan-badan ekonomi, pimpinan

4
kemasyarakatan, bahkan warganegara secara perseorangan. Dari segi kandungan
nilainya, nilai praksis merupakan gelanggang pertarungan antara idealisme dan realitas.
Konteks Pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila dalam Pancasila
merupakan suatu sistem nilai sehingga hakikatnya Pancasila adalah satu kesatuan.
Kelima dasar atau prinsip yang ada dalam sila-sila Pancasila saling berhubungan dan
bekerja sama untuk satu tujuan tertentu sehingga dapat disebut sebagai sistem.
Meskipun setiap sila dalam hakikatnya merupakan suatu asas yang memiliki fungsi
sendiri-sendiri, namun tujuannya sama yaitu mencapai masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan mendukung suksesnya Pendidikan
Pancasila ini, pihak sekolah atau keluarga harus bekerja sama dalam mendidik remaja
yang mampu menjadi generasi emas di masa depan.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad, 2020. Menanamkan Kesadaran Pada Remaja Bahwa Narkoba Berbahaya


dan Pendidikan Kewarganegaraan Sebaga Tolak Ukur Mencegah Penyalagunaan
Narkoba Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. 22 februari 2024
Rahayu Batara Randa. 2019. Strategi Komunikasi Badan Narkotika Nasional Provinsi
Sulsel Dalam Menyosialisasikan Dampak Narkoba Terhadap Pelajar Di Kota
Makassar. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin, Makassar. 20 februari 2024

https://www.netralnews.com/peran-pendidikan-kewarganegaraan-dalam-menghadapi-
pergaulan-bebas-kaum-remaja/TXZvRjIDdU8zQkkrT1FwVFJ6ZjFoZz09

Anda mungkin juga menyukai