Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 2

SESI 5
Nama: Muhamad Depriyanto

NIM: 044600081

Artikel :

Wabah virus corona atau Covid-19 telah membuat kita sadar betapa pentingnya kualitas
kesehatan. Pola hidup sehat adalah prioritas utama demi mengurangi potensi terserang
berbagai penyakit. Walau dikaji dari sudut pandang manapun, ternyata tubuh sangat
berpengaruh terhadap segala sektor kehidupan. Faktanya menerapkan pola hidup sehat tidak
sesederhana itu. Coba perhatikan, saat pemerintah mengeluarkan kebijakan Social distancing.
Berapa banyak orang yang sadar bahwa beleid itu merupakan bagian dari upaya menjaga
kualitas kesehatan. Bahkan himbauan agar tidak nongkrong di warkop, dipandang sebagai
kebijakan politis. Padahal jika dipikir lebih dalam lagi, ada sisi edukasi di dalamnya. Sebagai
contoh sederhana, nongkrong di warkop. Membayangkan ratusan pengunjung yang datang,
berapa kali mereka menyentuh meja dan kursi. Apalagi pengunjung jarang cuci tangan dan
ganti pakaian. Contoh lain, tidak berkumpul dalam kerumunan orang banyak, siapa yang tahu
diantara kerumunan itu ada yang terpapar penyakit menular. Ditambah lagi contoh lainnya
berkaitan dengan imunitas seseorang. Akibat krisis kesadaran itu, kini pemerintah terbelenggu
dalam opsi-opsi. Di satu sisi ingin melindungi warganya melalui social distancing, di sisi lain ada
desakan harus lockdown. Situasi menjadi semakin karut marut saat banyak pejabat daerah
mondar – mandir dari daerah terpapar. Apalagi mereka yang sibuk mencari rekomendasi. Tidak
salah, tapi ada yang prioritas. Hingga saat ini (04/7/2020), total pasien yang positif terinfeksi
covid-19 mencapai 62.142 kasus. Sementara total pasien meninggal sebanyak 3.089 orang dan
pasien sembuh sebanyak 28.219 orang. Angka tersebut tentu sangat mengagetkan.Ditambah
lagi masih banyak warga yang pernah bersentuhan dengan pasien positif tapi belum diisolasi. Di
samping itu jumlah PDP memberikan potensi bertambahnya kasus positif covid-19.Berdasarkan
sebaran kasus per provinsi, pada Sabtu (04/7/2020) terdapat 34 provinsi yang ditemukan
adanya kasus positif. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sepertinya strategi
memutus penularan virus Covid-19 belum cukup sukses. Salah satu fenomena paling sulit
dibendung, warga selalu menilai aman – aman saja selama belum ada kasus positif. Masih
banyak tempat hiburan yang masih belum ditutup, cafe dan warkop masih menerima
pengunjung. Nanti ada kasus positif, barulah tempat berkumpulnya massa dalam jumlah besar
di tutup. Sebut saja tempat karaoke, beranikah pemerintah menutup dan sadarkan warga
bahayanya tempat seperti itu. Di sisi lain, banyak kalangan menilai kebijakan pemerintah belum
terlalu menyentuh pada aspek kesadaran warga. Andaikan pemerintah dan aparat keamanan
diberi wewenang menindak, tentu seluruh tempat berkumpulnya massa dalam jumlah banyak
langsung ditutup. Faktanya, setelah aparat datang memberi himbauan agar membubarkan diri,
tidak lama kemudian situasi kembali seperti semula. Kejadian itu selalu ada di tempat hiburan,
warkop dan cafe. Dalam berbagai kesempatan, Pemerintah berulang kali mengampanyekan
social distancing serta mengimbau masyarakat agar beraktivitas, belajar dan bekerja dari
rumah. Namun memang diakui banyak hal mengenai kedisiplinan warga yang perlu
ditingkatkan. Sebenarnya stategi pemerintah adalah menjaga yang sehat agar tidak tertular dari
yang terinfeksi corona. Karena itulah penularannya harus diputus. Karena penyakit ini pasti
menular dari orang yang sudah positif. Namun kesadaran diri untuk stay at home tampak belum
efektif. Bukan hanya orang tua, anak – anak dibiarkan berkeliaran di luar rumah. Nanti sudah
tertular, barulah mengeritik minimnya APD dan fasilitas pelindung diri lainnya. Sumber:
https://sosgama.iainpare.ac.id/2020/07/masah-bodoh-dan-krisis-kesadaran.html

Pertanyaan:

Soal No.1:

Korelasikan kasus di atas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum dalam
masyarakat!

Jawaban

Kasus mengenai pemahaman masyarakat terkait pandemi COVID-19 dapat terhubung dengan
faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman hukum dalam masyarakat. Pemahaman hukum
mencakup pengertian dan penghargaan masyarakat terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.
Berikut adalah beberapa faktor yang berkaitan dengan kasus ini:

1. Pendidikan dan Pemahaman Hukum: Pendidikan hukum dan tingkat kesadaran hukum
berperan penting dalam membentuk perilaku masyarakat terhadap hukum dan regulasi.
Dalam konteks pandemi, tingkat pendidikan masyarakat dapat mempengaruhi
pemahaman mereka tentang pentingnya aturan seperti jaga jarak sosial dan lockdown.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memahami
dan mematuhi aturan-aturan tersebut.
2. Komunikasi dan Edukasi: Komunikasi yang efektif dari pemerintah dan instansi
kesehatan dalam menyampaikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang
pentingnya tindakan seperti jaga jarak sosial, penggunaan masker, dan mencuci tangan,
dapat meningkatkan pemahaman hukum. Jika informasi disampaikan dengan jelas,
masyarakat akan lebih terinformasi dan termotivasi untuk mematuhi aturan-aturan
tersebut.
3. Penegakan Hukum: Penegakan hukum yang konsisten dan tegas terhadap pelanggaran
aturan terkait pandemi dapat memengaruhi pemahaman hukum masyarakat. Jika
pelanggaran aturan tidak ditindak dengan tegas, masyarakat mungkin beranggapan
bahwa aturan tersebut tidak begitu penting. Sebaliknya, jika pelanggaran dikenai sanksi
yang sesuai, hal ini dapat meningkatkan pemahaman hukum.
4. Kepentingan Publik dan Pribadi: Pemahaman hukum dalam masyarakat sering
dipengaruhi oleh sejauh mana masyarakat memahami bahwa aturan-aturan tersebut
bertujuan untuk melindungi kepentingan bersama dan kesehatan publik. Dalam kasus
pandemi, jika masyarakat lebih memahami bahwa aturan-aturan tersebut bertujuan
untuk melindungi kesehatan mereka dan orang lain, mereka mungkin lebih cenderung
untuk mematuhi aturan tersebut.
5. Budaya dan Norma Sosial: Norma sosial dan budaya juga memainkan peran dalam
pemahaman hukum. Jika masyarakat memiliki norma yang kuat terkait kesehatan dan
keselamatan, mereka mungkin lebih cenderung untuk mematuhi aturan yang
mendukung norma tersebut.
6. Kepemimpinan dan Contoh Teladan: Perilaku dan sikap pemimpin dan tokoh
masyarakat dapat memengaruhi pemahaman hukum. Jika pemimpin dan tokoh
masyarakat mematuhi aturan-aturan terkait pandemi, hal ini dapat menjadi contoh bagi
masyarakat dan mendorong mereka untuk mematuhi aturan tersebut.

Pemahaman hukum dalam masyarakat sangat penting dalam menghadapi pandemi seperti
COVID-19. Pemerintah dan instansi terkait perlu bekerja sama untuk meningkatkan
pemahaman hukum melalui pendidikan, komunikasi yang efektif, penegakan hukum yang
tegas, dan memahami budaya serta norma sosial masyarakat untuk mencapai tingkat
kepatuhan yang lebih baik terhadap aturan-aturan yang bertujuan melindungi kesehatan
bersama.

Soal No. 2:

Buatlah simpulan tentang kesadaran hukum dilihat dari indikator-indikatornya!

Jawaban

Kesadaran hukum adalah pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku di suatu komunitas. Berikut adalah tanda-tanda yang mencerminkan
sejauh mana kesadaran hukum ada dalam suatu masyarakat:
1. Pemahaman Terhadap Peraturan: Tingkat pemahaman hukum mencerminkan seberapa
baik masyarakat memahami aturan dan peraturan yang berlaku. Masyarakat yang
memahami dengan baik aturan hukum cenderung lebih patuh terhadapnya.
2. Kepatuhan Terhadap Hukum: Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum adalah
indikator penting dari kesadaran hukum. Masyarakat yang mematuhi hukum lebih
mungkin untuk mengikuti aturan dan peraturan dengan baik.
3. Partisipasi dalam Proses Hukum: Kesadaran hukum juga dapat dilihat dari sejauh mana
masyarakat aktif dalam proses hukum, seperti mengambil bagian dalam pemilihan
umum, melaporkan pelanggaran hukum, atau mendukung reformasi hukum.
4. Pemahaman Hak dan Kewajiban: Kesadaran hukum mencakup pemahaman masyarakat
tentang hak dan kewajiban mereka dalam masyarakat. Masyarakat yang memiliki
kesadaran hukum memahami hak-hak dan tanggung jawab mereka, serta hak dan
kewajiban orang lain.
5. Kepatuhan terhadap Norma Sosial: Norma sosial dan budaya dapat mempengaruhi
kesadaran hukum. Masyarakat yang memiliki norma-norma yang mendukung ketaatan
terhadap hukum cenderung lebih taat terhadap aturan hukum.
6. Kepercayaan pada Sistem Hukum: Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem
hukum dan lembaga penegak hukum adalah indikator penting. Masyarakat yang
memiliki kepercayaan tinggi cenderung lebih kooperatif dalam mematuhi hukum.
7. Penghargaan terhadap Prinsip Keadilan: Kesadaran hukum juga mencakup penghargaan
terhadap prinsip-prinsip keadilan. Masyarakat yang memahami pentingnya keadilan
dalam hukum cenderung lebih mendukung sistem hukum yang adil.

Kesimpulan: Kesadaran hukum adalah aspek penting dalam kehidupan masyarakat, dan
indikator-indikator di atas mencerminkan tingkat pemahaman dan apresiasi masyarakat
terhadap hukum. Tingkat kesadaran hukum yang tinggi cenderung menghasilkan masyarakat
yang lebih patuh terhadap hukum, lebih berpartisipasi dalam proses hukum, dan lebih
mendukung prinsip-prinsip keadilan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kesadaran
hukum dalam masyarakat sangat penting untuk mempertahankan ketertiban dan keadilan
sosial.

Soal No.3:

Analisis apakah dengan adanya kesadaran hukum saat pandemi Covid-19, bisa mempengaruhi
perubahan sosial di masa post pandemi? jelaskan menggunakan contoh kasus!

Jawaban:
Kesadaran terhadap hukum selama pandemi COVID-19 bisa berdampak besar pada perubahan
sosial setelah pandemi berakhir. Hal ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti
perubahan perilaku individu dan kelompok, perubahan norma sosial, serta pemahaman yang
lebih mendalam tentang pentingnya hukum dan peraturan. Berikut adalah contoh-contoh kasus
yang menggambarkan bagaimana kesadaran terhadap hukum selama pandemi dapat
mempengaruhi perubahan sosial di masa pasca pandemi:

1. Perubahan dalam Kebiasaan Kesehatan: Selama pandemi, kesadaran hukum dapat


mendorong individu untuk lebih patuh terhadap aturan-aturan seperti menjaga jarak
sosial, menggunakan masker, dan mencuci tangan. Contoh, ketika individu mematuhi
aturan tersebut, mereka turut berkontribusi dalam upaya mengendalikan penyebaran
virus. Di masa pasca pandemi, perilaku ini dapat menjadi kebiasaan baru dalam
masyarakat, di mana orang lebih cenderung memperhatikan kebersihan dan
keselamatan mereka.
2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Urusan Sipil: Kesadaran hukum dapat
mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam proses politik dan pengambilan
keputusan. Sebagai contoh, selama pandemi, masyarakat yang memiliki kesadaran
hukum mungkin lebih cenderung memantau kebijakan pemerintah terkait pandemi dan
mengambil langkah jika mereka merasa hak-hak mereka dilanggar. Hal ini dapat
mempengaruhi tuntutan dan perubahan dalam tata kelola pemerintahan.
3. Perubahan dalam Sudut Pandang Terhadap Otoritas: Kesadaran hukum selama pandemi
dapat memengaruhi bagaimana masyarakat melihat pemerintah dan otoritas. Jika
pemerintah dan lembaga hukum menegakkan aturan-aturan pandemi dengan tegas dan
konsisten, masyarakat mungkin akan lebih mempercayai dan menghormati otoritas
tersebut. Hal ini dapat membentuk hubungan yang lebih solid antara masyarakat dan
pemerintah.
4. Peningkatan Respons Terhadap Krisis Kesehatan: Kesadaran hukum dapat meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi krisis kesehatan di masa depan.
Masyarakat yang lebih sadar hukum mungkin lebih cenderung mendukung upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta mendukung perubahan dalam
sistem kesehatan yang lebih responsif terhadap krisis.
5. Perubahan dalam Etika Sosial: Kesadaran hukum dapat memengaruhi etika sosial.
Selama pandemi, masyarakat yang lebih sadar hukum mungkin lebih cenderung
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan bersama daripada kepentingan pribadi.
Hal ini dapat menghasilkan perubahan dalam nilai-nilai sosial yang lebih menekankan
solidaritas dan kepedulian terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai