Anda di halaman 1dari 3

MATERI SOSIOLOGI KELAS XI

BAB II. PERMASALAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Pada umumnya, masalah social ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan
oleh Sebagian besar warga masyarakat , karena tidak sesuai dengan nilai, norma, harapan atau
standar social yang ada. Vincent N.Parillo menjelaskan bahwa suatu situasi atau kondisi social
dapat disebut sebaagai masalah social apabila terdapat beberapa unsur sebagai berikut .
1. Kondisi tersebut merupakan masalah yang bertahan untuk suatu waktu tertentu.
2. Dirasakan dapat menyebabkan kerugian fisik ataupun nonfisik.
3. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar social masyarakat.
4. Menimbulkan kebutuhan atau pemecahan.
Sedangkan menurut Martin S. Weinberg, masalah social adalah situasi yang dinyatakan
oleh Sebagian warga masyarakat sebagai suatu yang bertentangan dengan norma-norma,
sehingga mereka menyepakati dibutuhkannya suatu Tindakan untuk mengubah situasi
tersebut.
A. KEMISKINAN
1. Kriteria Kemiskinan Menurut Para Ahli
Edi Suharto menyatakan bahwa kriteria kemiskinan memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan)
b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, Pendidikan,
transportasi, air dll)
c. Ketiadaan jaminan masa depan
d. Rendahnya kualitas SDM dan keterbatasan SDA
e. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan
Sjahril menjabarkan bahwa kemiskinan merupakan suatu kondisi tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar. Adapun kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisik dasar seperti bahan makanan, pakaian, perumahan layak huni dan
layanan Kesehatan.
b. Kebutuhan budaya dasar, meliputi Pendidikan, penggunaan waktu luang untuk rekreasi
dan jaminan social.
2. Bentuk-Bentuk Kemiskinan
a. Berdasarkan dimensinya
1) Kemiskinan akibat Globalisasi , Globalisasi yang bercirikan persaingan bebas akan
menghasilkan kelompok pemenang dan kelompok yang mengalami kekalahan.
Kelompok yang kalah inilah yang akan terpinggirkan hingga terjerat kemiskinan.
2) Kemiskinan terkait Pembangunan.
3) Kemiskinan Sosial
4) Kemiskinan Konsekuensial
b. Berdasarkan Jumlah Penyandangnya
1) Kemiskinan massa adalah kemiksinan yang dialami secara massal oleh penduduk
dalam suatu wilayah atau Kawasan tertentu.
2) Kemiskinan Nonmassa adalah kemiskian yang dihadapai atau dialami oleh Sebagian
warga saja.
c. Berdasarkan penyebabnya
1) Kemiskinan Alamiah, kemiskinan ini disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang
tidak memadai untuk menopang kehidupan manusia selayaknya. Contoh : daerah
yang tandus dan berbatu.
2) Kemiskinan Struktural, kemiskinan ini disebabkan akibat lemahnya system atau
struktur social dalam masyarakat. Masyarakat miskin seolah-olah dibuat tidak
berdaya akibat adanya pola kebijakan dan aturan dari pemerintah selaku penguasa
yang cenderung tidak berpihak apalagi untuk memperhatikan kondisi masyrakat
miskin agar dapat lebih mandiri dan berdaya.
3) Kemiskinan kultural, kemiskinan ini berasal dari merosotnya moral dan
mentalitas akibat kebudayaan yang diyakini dan dianut oleh suatu masyarakat. Contoh : Malas
bekerja, pasrah pada nasib dan menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain
seperti pengemis.
3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk mengentaskan masalah
kemiskinan melalui program-program yang ada hingga saat ini seperti :
a. Program Keluarga Harapan (PKH), Dengan persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki ibu hamil
2) Memiliki anak usia 6-15 tahun yang masih mengenyam Pendidikan di jenjang
SD/SMP
b. Program Bantuan Siswa Miskin ( BSM)
c. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
d. Program beras untuk Keluarga Miksin(RASKIN)
e. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

B. KRIMINALITAS
Sebagai suatu masalah social, kriminalitas atau kejahatan seringkali terkait dengan
kemiskinan. Kondisi serba sulit dan ketidakmampuan memenuhi desakan kebutuhan hidup
mungkin saja mendorong sejumlah warga melakukan tindak kejahatan.
1. Pengertian Kriminalitas dan Teori-Teori Tentang Penyebabnya
Secara umum, kriminalitas atau kejahatan sering dipersamakan dengan perilaku
menyimpang. Hal ini sesungguhnya tidak tepat. Memang kriminalitas selalu merupakan perilaku
menyimpang, namun perilaku menyimpang tidak selalu tergolong kriminalitas. Contohnya
menarik diri dari pergaulan, atau memakai sendal using ke acara resmi.
Mengenai kriminalitas atau kejahatan, sejumlah ahli mengemukakan definisi sebagai
berikut :
a. Emile Durkheim. Kriminalitas atau kejahatan adalah suatu perbuatan yang dianggap
sebagai kejahatan, melanggar aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat, dan
mendapat reaksi dari Lembaga yang bertugas menegakkan hukum.
b. Paul W.Tappan. Kriminalitas adalah suatu Tindakan yang tidak bisa dibenarkan atau
diterima, dan dinyatakan sebagai pelanggaran hukum atau perbuatan tak patut oleh
negara.
Beberapa teori penyebab Tindakan kriminalitas atau kejahatan :
a. Teori Biologi-Kriminal
Menurut Ferri, kejahatan adalah hasil dari bakat jahat individu dan pengaruh lingkungan
social serta lingkungan alam.
b. Teori Psikologi-Kriminal
Menurut Yochelson, bahwa para penjahat umunya memiliki pola berpkir abnormal,
sehingga membuat mereka memutuskan untuk melakukan kejahatan.
c. Teori Sosiologi Kriminal (Penyimpangan). Beberapa ragam teori perilaku menyimpang
adalah sebagai berikut :
1) Teori Anomie. Menurut teori ini individu melakukan perilaku menyimpang karena
desakan keterpaksaan.
2) Teori Differential Association. Penyimpangan bersumber pada pergaulan yang
berbeda.
3) Teori control. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari kekosongan atau tidak
adanya pengendalian social.
4) Teori Labeling. Seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling (pemberian
julukan, cap, etiket).

2. Bentuk-Bentuk Kriminalitas
Adapun tipe kejahatan adalah sebagai berikut :
a. Kejahatan tanpa korban merupakan suatu bentuk kejahatan yang menjadikan
pelaku sebagai korban tindakannya sendiri. Contohnya berjudi dan
penyalahgunaan narkoba.
b. Kejahatan terorganisasi merupakan suatu bentuk kejahatan secara berkomplot
dan berkesinambungan serta memiliki jaringan untuk memperoleh uang atau
kekeuasaan dengan jalan melanggar hukum. Contoh : penjualan barang hasil
kejahatan.
c. Kejahatan terorganisasi transnasioanl merupakan suatu bentuk kejahatan
terorganisasi yang melampui batas negara, dilakukan oleh organisasi-organisasi
kejahatan yang memiliki jaringan global. Contoh : penyelelundupan senjata dan
perdagangan manusia lintas negara.
d. Kejahatan kerah putih merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan oleh
orang terpandang atau orang berstatus social tinggi dalam pekerjaannya. Contoh
: korupsi
e. Kejahatan perusahaan merupakan jenis kejahatan yang dilakukan atas nama
organisasi formal (perusahaan) dengan tujuan menaikkan keuntungan dan
menekan kerugian. Kejahatan ini dapat berupa kejahatan terhafap konsumen
atau kejahatan terhadap buruh/karyawan.
f. Violent offenses merupakan suatu kejahatan yang disertai Tindakan kekerasan
terhadap orang lain dan property offenses merupakan kejahatan yang
menyangkut hak milik.

C. KESENJANGAN SOSIAL EKONOMI


1. Realitas Kesenjangan Sosial Ekonomi Di Indonesia
Kesenjangan social mengacu pada kondisi ketimpangan atau ketidakseimbangan
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat akibat perbedaan status dan ekonomi.
2. Upaya Menanggulangi Kesenjangan Sosial Ekonomi
a. Melaksanakan Berbagai Program untuk Memastikan Terpenuhinya Kebutuhan Warga
Miskin
b. Memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)
c. Menerapkan Kebijakan Yang Bertujuan Mengikis Jarak Sosial Antarwarga
d. Memberantas Korupsi

D. REALITAS KETIDAKADILAN di INDONESIA


Pada hakikatnya, setiap manusia pasti menghendaki keadilan. Ketidakadilan
merupaakan Tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang telah dikaruniakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Di Indonesia, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
telah menegaskan mengenai ha katas keadilan.
1. Upaya-Upaya Menanggulangi Ketidakadilan
Untuk menanggulangi masalah ketidakadilan yang terkait dengan pelaksanaan
tugas lemabaga pemerintah, maka peningkatan efektifitas pengawasan dan
pengendalian antarlembaga dapat menjadi solusi.

E. EKSKLUSI SOSIAL
Perbedaan dalam masyarakat, baik horizontal (diferensiasi) maupun vertical
(stratifikasi), tak jarang menyisakan sekelompok masyarakat yang mengalami ekslusi social.
Proses ini terutama sebagai konsekuensi dari kemiskinan dan penghasilan rendah, tetapi bisa
juga merupakan dampak dari factor lain seperti diskriminasi, tingkat Pendidikan yang rendah,
dan merosotnya kualitas lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai