Anda di halaman 1dari 12

Kurikulum 2013 K

e
l
a
s

sosiologi XI

PERMASALAHAN SOSIAL

KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK – Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami pengertian dan penyebab masalah sosial.
2. Memahami kriteria kemiskinan.
3. Memahami bentuk kemiskinan.
4. Memahami teori dan bentuk kriminalitas.
5. Memahami kesenjangan dan ketidakadilan sosial serta penanggulangannya.

A. Masalah Sosial
1. Pengertian
Masalah sosial merupakan suatu fenomena yang memiliki berbagai dimensi. Itulah
sebabnya, sulit untuk memperoleh rumusan pengertian yang disepakati oleh semua pihak.
Pada umumnya, masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan
oleh sebagian besar masyarakat karena tidak sesuai dengan nilai, norma, dan harapan,
atau standar sosial yang ada. Suatu kondisi juga dianggap sebagai masalah sosial jika
menimbulkan beragam penderitaan dan kerugian, baik fisik maupun nonfisik. Menurut
Vincent N. Parrillo, suatu situasi atau kondisi sosial dapat dikatakan sebagai masalah
sosial apabila terdapat unsur berikut.
a. Kondisi merupakan masalah yang bertahan dalam suatu periode waktu tertentu.
Kondisi yang dalam waktu singkat dan lenyap dengan sendirinya, bukan termasuk
dalam kategori masalah sosial.
b. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik dan nonfisik, baik pada
individu atau masyarakat.
c. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari salah satu atau
beberapa sendi kehidupan masyarakat.
d. Menimbulkan perpecahan.

Menurut Martin S. Weinberg, masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan oleh
sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan norma-
norma sehingga mereka menyepakati dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah
situasi tertentu.

2. Faktor Penyebab Masalah Sosial


a. Faktor biologis
Masalah sosial yang disebabkan faktor biologis, misalnya mewabahnya penyakit
menular.
b. Faktor budaya
Faktor budaya merupakan salah satu penyebab perilaku negatif yang mengganggu
kehidupan masyarakat.
c. Faktor ekonomi
Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah kemiskinan,
pengangguran, dan lain-lain.
d. Faktor psikologis
Masalah yang disebabkan faktor psikologis cukup beragam. Misalnya, munculnya
aliran sesat, depresi, trauma, fobia, dan kondisi lainnya yang berkaitan dengan
kejiwaan.

SUPER "Solusi Quipper"


BIAYA EGI
(Biologis– Budaya– Ekonomi- Psikologis)

B. Kriteria Kemiskinan
1. Pengertian
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemuas kebutuhan dasar
atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

2
Gambar 1. Potret kemiskinan

2. Kriteria Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan


a. Kriteria para ahli
Menurut Edi Suharto, ciri-ciri kemiskinan antara lain sebagai berikut.
1.) Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
2.) Rendahnya SDM dan keterbatasan SDA.
3.) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
4.) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin, serta kelompok
terpinggirkan dan terpencil).

Emil Salim, mengemukakan karakteristik penduduk yang tergolong miskin,


antara lain sebagai berikut.
1.) Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor-faktor produksi (tanah,
modal) sendiri.
2.) Di antara penduduk miskin terdapat kelompok usia muda yang tidak memiliki
keterampilan dan tingkat pendidikan yang memadai.

Frank Ellis, memaknai kemiskinan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang.
Parsudi Suparlan, mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah, yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar yang umum berlaku dalam
masyarakat. Rendahnya standar berpengaruh pada keadaan kesehatan, kehidupan
moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong miskin.

3
Sementara Syahrir menjabarkan kemiskinan sebagai suatu kondisi tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar, yakni:
1.) kebutuhan fisik dasar (basic physical needs), seperti bahan makanan, pakaian,
perumahan layak huni, dan layanan kesehatan;
2.) kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), seperti pendidikan, rekreasi, dan
jaminan sosial.

b. Kriteria Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)


Menurut Bappenas, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang
atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang lebih baik serta
bermartabat. Hak-hak dasar terdiri atas hak-hak yang dipahami masyarakat miskin
sebagai hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan bermartabat dan diakui dalam
perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui dalam perundang-undangan
antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan
hidup, rasa aman dari ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun laki-laki.

c. Kriteria BPS (Badan Pusat Statistik)


BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah jika memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita setiap bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan
penjumlahan dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan nonmakanan
(GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita setiap bulan di
bawah GK dikategorikan penduduk miskin. Dari data BPS periode 1 Juli 2013, rata-
rata penduduk miskin di Indonesia memiliki pendapatan Rp271.626,00 per kapita
per bulan (kurang lebih Rp9.054,00 per hari pendapatan penduduk miskin).

d. Kriteria Bank Dunia


Bank Dunia menyatakan bahwa kemiskinan adalah keadaan tidak tercapainya
kehidupan yang layak dengan penghasilan kurang dari US $ 1,25 per hari. Kriteria
kemiskinan antara lain:
1.) ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup mendasar;
2.) terbatasnya akses pada layanan dan fasilitas umum;

4
3.) rendahnya kepemilikan faktor produksi;
4.) ketiadaan jaminan masa depan;
5.) kesulitan meningkatkan taraf hidup.

3. Faktor Penyebab Kemiskinan


Berikut faktor penyebab kemiskinan.
a. Karakteristik wilayah.
b. Karakteristik masyarakat.
c. Karakteristik rumah tangga dan individu.

C. Bentuk Kemiskinan
Bentuk-bentuk kemiskinan diuraikan sebagai berikut.
1. Kemiskinan Berdasarkan Dimensinya
a. Kemiskinan akibat globalisasi
Globalisasi yang bercirikan persaingan bebas akan menghasilkan kelompok
pemenang dan kelompok yang mengalami kekalahan. Kelompok yang terkalahkan
inilah yang seringkali terpinggirkan hingga terjerat kemiskinan.

b. Kemiskinan terkait pembangunan


Kemiskinan terjadi karena belum meratanya pembangunan di sejumlah daerah,
kurangnya prioritas pembangunan yang menyentuh kawasan pedesaan, hingga
pesatnya laju pembangunan di perkotaan yang menyebabkan tersisihnya
segolongan warga yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.

c. Kemiskinan sosial
Mengacu pada kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak, dan kelompok
minoritas akibat diskriminasi dalam masyarakat.

d. Kemiskinan konsekuensial
Kemiskinan konsekuensial merupakan dampak dari konflik, bencana alam, kerusakan
lingkungan, ataupun ledakan populasi.

2. Kemiskinan Berdasarkan Jumlah Penyandangnya


a. Kemiskinan massa adalah kemiskinan yang dialami secara massal oleh penduduk
pada suatu wilayah atau kawasan tertentu. Hal ini berarti, terdapat banyak warga

5
yang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga
terpaksa hidup serba kekurangan serta mengalami kondisi hidup tidak layak bagi
harkat dan martabat kemanusiaan.
b. Kemiskinan nonmassa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir warga saja.

3. Bentuk Kemiskinan
a. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang tidak memadai
untuk menopang kehidupan manusia secara layak. Daerah yang mengalami
kemiskinan alamiah antara lain daerah yang tandus, tidak memiliki potensi tambang,
dan seandainya terdapat perairan, sumberdayanya tidak berlimpah.

b. Kemiskinan struktural
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan lemahnya sistem atau
struktur sosial di dalam masyarakat. Masyarakat miskin dibuat tidak berdaya akibat
adanya pola kebijakan dan aturan dari pemerintah yang tidak berpihak dan tidak
memperhatikan kondisi masyarakat miskin. Kondisi ini dapat dilihat dari terbatasnya
akses masyarakat miskin terhadap lapangan pekerjaan dan sulitnya memperoleh
pendidikan berkualitas.

c. Kemiskinan kultural
Kemiskinan kultural berasal dari merosotnya moral dan mentalitas akibat kebudayaan
yang diyakini dan dianut oleh masyarakat. Fenomena kemiskinan kultural tampak
dari dipertahankannya sifat-sifat tertentu, seperti malas, tidak mau bekerja keras,
selalu menggantungkan hidupnya kepada belas kasihan orang lain, serta pasrah
pada nasib tanpa ada kemauan untuk berusaha dan bekerja.

4. Kemiskinan di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya


Pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta jiwa dari
total 250 juta jiwa penduduk (11,37%). Persentase penduduk miskin terbesar ada di Pulau
Maluku dan Papua (23,97%). Sementara persentase terendah adalah Pulau Kalimantan
(6,73%).

6
Gambar 2. Program Jamkesmas

Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah


adalah sebagai berikut.
a. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada ibu hamil/balita dan anak usia
sekolah SD/SMP (6–15 tahun).

b. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)


Program ini diberikan kepada siswa dari keluarga kurang mampu agar dapat belajar
di sekolah. Program ini memberi peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.

c. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)


Program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan
hampir miskin.

d. Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin)


Program subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya
pemerintah meningkatkan ketahanan pangan dan memberi perlindungan pada
keluarga miskin. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat miskin
dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

e. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri


Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja
masyarakat miskin secara mandiri.

7
Gambar 3. BLT sebagai upaya penanggulangan kemiskinan

D. Kriminalitas dan Teori Tentang Penyebabnya


1. Pengertian
Para ahli mendefinisikan kriminalitas sebagai berikut.
a. Emile Durkheim
Kriminalitas atau kejahatan adalah suatu perbuatan yang dianggap sebagai kejahatan
melanggar hukum yang berlaku dalam masyarakat.
b. Hugh D. Barlow
Kriminalitas merupakan tindakan manusia yang melanggar hukum negara.
c. Paul W. Tappan
Kriminalitas adalah suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan atau diterima dan
dinyatakan sebagai pelanggaran hukum.
d. W. A. Bonger
Kriminalitas adalah perbuatan antisosial yang secara sadar mendapat reaksi dari
negara berupa pemberian hukuman.

Gambar 4. Kriminalitas

8
Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan kriminalitas adalah tindakan pelanggaran
hukum yang tidak bisa diterima oleh masyarakat dan lazimnya mendapat reaksi tegas dari
lembaga penegakan hukum.

2. Teori Kriminalitas
a. Teori biologi-kriminal
Cesare Lombroso mengemukakan pokok-pokok kriminalitas, antara lain:
1.) penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat;
2.) bakat jahat diperoleh karena kelahiran yaitu diwariskan dari nenek moyang;
3.) bakat jahat tersebut dilihat dari ciri biologi tertentu, di antaranya wajah tidak
simetris, bibir tebal, dan hidung pesek;
4.) bakat jahat tidak dapat diubah atau dipengaruhi.

Enrico Ferri menambahkan pengaruh lingkungan dalam penyebab kejahatan.

Kejahatan = Individual + Sosial + Fisik

b. Teori psikologi-kriminal
Yochelson mengemukakan bahwa para penjahat umumnya memiliki pola
berpikir abnormal sehingga membuat mereka memutuskan untuk melakukan
kejahatan. Sementara itu, Joan McCord menyimpulkan beberapa variabel yang
melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan kejahatan, yaitu:
1.) kurangnya kasih sayang serta pengawasan dari sosok ibu;
2.) kekerasan yang dilakukan ayah;
3.) konflik orang tua.

c. Teori sosiologi-kriminal
Secara sosiologis, kriminalitas atau kejahatan merupakan bagian dari perilaku
menyimpang. Ada beberapa ragam teori penyimpangan.
1.) Teori anomi
Teori yang dikemukakan oleh Robert K. Merton dan Emile Durkheim,
menyatakan bahwa individu melakukan penyimpangan karena desakan
keterpaksaan. Struktur sosial menghasilkan tekanan ke arah anomi dan
penyimpangan.

9
2.) Teori differential association
Teori yang dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland, memandang penyimpangan
bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui
proses alih budaya. Melalui proses belajar, seseorang mempelajari suatu
subkebudayaan menyimpang
3.) Teori kontrol
Travis Hirschi mengemukakan bahwa ide utama teori ini merupakan hasil dari
kekosongan atau tidak adanya pengendalian sosial. Teori kontrol dibangun
atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh
pada norma dan memiliki dorongan melakukan pelanggaran. Oleh karena itu,
pengendalian sosial mutlak diperlukan sepanjang waktu. Pengendalian sosial
dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
4.) Teori labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, seseorang melakukan penyimpangan
karena proses labelling (pemberian julukan, cap, etiket) negatif yang dilekatkan
masyarakat kepadanya.

3. Bentuk Kriminalitas
Menurut Light, Keller, dan Calhoun, terdapat tipe kriminalitas atau kejahatan sebagai
berikut.
a. Kejahatan tanpa korban.
b. Kejahatan terorganisasi.
c. Kejahatan transnasional.
d. Kejahatan kerah putih.
e. Kejahatan perusahaan.
f. Kejahatan yang disertai tindak kekerasan.

Gambar 5. Kekerasan pada anak merupakan tindakan kriminalitas

10
4. Kesenjangan dan Ketidakadilan Sosial
a. Kesenjangan
Kesenjangan sosial mengacu pada kondisi ketimpangan atau ketidakseimbangan
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat akibat perbedaan status sosial dan
ekonomi. Kesenjangan sosial menjadi masalah karena akan menimbulkan jurang
pemisah dalam masyarakat. Faktor penyebab ketimpangan sosial/kesenjangan
sosial antara lain sebagai berikut.
1.) Kondisi demografis.
2.) Kondisi pendidikan.
3.) Kondisi kesehatan.
4.) Kondisi ekonomi.

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kesenjangan


sosial, di antaranya sebagai berikut.
1.) Melakukan berbagai program untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan warga
miskin, seperti program Raskin untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan
pangan dan program pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa).
2.) Memberdayakan Usaha Mikro Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), seperti
pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3.) Menerapkan kebijakan yang bertujuan mengikis jarak sosial antarwarga,
melalui pelaksanaan pesta rakyat yang bertujuan agar warga dari berbagai
kelompok berbaur dan berinteraksi dengan bebas sehingga perlahan mampu
mengikis jarak sosial, pembangunan taman kota, pembangunan rumah sakit
tanpa kelas.
4.) Memberantas korupsi, melakukan upaya pencegahan, dan penanggulangan
tindak pidana korupsi.

Gambar 6. Potret kesenjangan sosial

11
b. Ketidakadilan
Ketidakadilan merupakan suatu kondisi di mana pinsip-prinsip keadilan tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Berikut realitas ketidakadilan di Indonesia.
1.) Masih banyak warga yang belum memiliki hak untuk sejahtera. Lebih kurang
28,07 juta penduduk Indonesia masih miskin (BPS, Maret 2013). 14,9 juta
pengangguran (data nasional penduduk usia kerja, Kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, 2013). 3,1 juta anak termasuk kategori terlantar dan 7,2 juta
anak dikategorikan hampir terlantar, 5,5 juta tidak memiliki rumah layak huni
dan 8,97 juta hampir tidak memiliki rumah layak huni (profil penyandang
masalah kesejahteraan sosial, Kementrian Sosial, 2011), dan lain sebagainya.
2.) Sebagian buruh harus bekerja dalam kondisi tidak layak dan menerima upah tak
sesuai ketentuan (data Kementrian Perindustrian, 2013).
3.) Dalam berbagai kasus, kesamaan perlakukan hukum masih belum terwujud
menjadi kenyataan. Contoh, kasus nenek Minah (November, 2009) di Dusun
Sidoharjo, Desa Dramakradenan, Kecamatan Ajibarang, Bantumas, Jawa Tengah
yang mencuri 3 buah kakao lalu dipenjara 15 hari (masa percobaan 3 bulan).
Sementara beberapa koruptor yang telah merugikan uang negara, bebas dari
jeratan hukum formal.
4.) Dalam berbagai kasus, pelaku kejahatan dapat menghindari hukuman.
5.) Adanya kesewenang-wenangan oknum pejabat yang tampak dari
penyalahgunaan wewenang untuk memperkaya diri dengan menerima suap
dari orang yang sedang tersangkut hukum.

Upaya penanggulangan ketidakadilan antara lain dengan peningkatan


efektivitas pengawasan dan pengendalian antarlembaga. Hal tersebut tampak pada
hal-hal berikut.
1.) Presiden melakukan pengawasan dan memberi arahan pada para menterinya
guna mempercepat pelaksanaan program yang ditujukan untuk pengentasan
kemiskinan dan memastikan warga memiliki hak untuk sejahtera.
2.) DPR, DPRD, dan DPD melakukan pengawasan dalam jalannya pemerintahan
terutama mengawasi kebijakan yang dijalankan pemerintah.
3.) Memastikan penegakan hukum berlangsung konsisten dan tidak diskriminatif
agar penegakan hukum dapat dijalankan dengan asas keadilan.
4.) Untuk mencegah kesewenang-wenangan oknum pejabat, pengawasan dapat
dilakukan oleh lembaga terkait.

12

Anda mungkin juga menyukai