Anda di halaman 1dari 5

HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Siti Wahyuni
NPM : 2106774692

1. Kendala pelaksanaan terapi bermain


a. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman perawat terhadapa terapi bermain
Untuk dapat terlaksananya terapi bermain didasari oleh adanya pengetahuan tentang
kegiatan bermain yang akan dilakukan dan kemudian akan membentuk sikap sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal lain yang ikut berperan adalah adanya faktor
pendukung berupa fasilitas atau sarana dan juga faktor motivasi dari perawat itu sendiri
(Darni, 2000).
Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007).
b. Kurangnya sikap perawat yang disebabkan karena motivasinya masih rendah
Meskipun perawat memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi sering ditemukan bahwa
perawat belum memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan terapi bermain. Penelitian
yang pernah dilakukan oleh Ika Agustin, tahun 2000 berasumsi, hal ini mungkin
disebabkan kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan terapi bermain. Padahal
untuk dapat terlaksananya terapi bermain, faktor yang paling berperan adalah perawat itu
sendiri (Darni, 2000). Selain itu pelaksanaan terapi bermain lebih banyak dijalankan oleh
mahasiswa yang sedang menjalankan praktek belajar lapangan di ruangan, sehingga sikap
responden terhadap terapi bermain masih kurang (Agustina, 2012)
c. Tidak adanya protap
Tidak adanya protap terapi bermain menunjukkan belum diperhatikannya terapi bermain
menjadi salah satu kegiatan terapi di rumah sakit. Adanya protap yaitu prosedur kegiatan
yang telah di tetapkan sebagai acuan perawat dalam melaksanakan kegiatan bermain. Dan
perlunya kebijakan yaitu ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan aktifitas bermain (Wong et al, 2008). Dengan demikian, hal ini menunjukan
dengan bekurangnya faktor pendukung dalam pelaksanaan terapi bermain akan sejalan
dengan sikap perawat yang kurang dalam melaksanakan terapi bermain tersebut
d. Kurangnya sarana dan prasarana melaksanakan terapi bermain
Wong et al (2008) menyatakan untuk terwujudnya sikap perawat agar menjadi tindakan
di perlukan faktor pendukung di rumah sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas
antara lain, ruangan bermain yang diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
untuk dilaksanakan aktifitas bermain pada anak, alat-alat bermain yang sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak Hal ini sesuai dengan
pernyataan, bahwa
e. Kurangnya jumlah perawat dibanding jumlah pekerjaan / beban kerja perawat tinggi
(Fakultas et al., 2000)
Beban kerja yang tinggi menyebabkan perawat tidak cukup waktu untuk melakukan
mengelola terapi bermain. Faktor lainnya adalah waktu khusus untuk terapi bermain.
Whaley & Wong (2004) menyebutkan tehnik bermain untuk anak yang dirawat di rumah
sakit adalah dengan menyediakan alat mainan yang merangsang anak bermain dan
memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain dan menghindari interupsi
dengan apa yang dilakukan anak.
f. Model praktik keperawatan yang tidak melibatkan orang tua dalam perawatan
Keterlibatan orang tua dalam perawatan (Family Centered Care FCC) yang belum
diterapkan dalam praktik keperawatan akan menjadi kendala pelaksanaan terapi bermain
di rumah sakit. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan
diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai
dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan
orang tua anak lainnya.

2. Faktor yang mempengaruhi


Menurut Green, 2010, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pelaksanaan terapi bermain
di rumah sakit yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah hal-hal yang menjadi rasional atau motivasi berperilaku
diantaranya
1) Pengetahuan ( Cognitif)
Aktifitas bermain yang dilakukan oleh perawat untuk meminimalkan dampak
hospitalisasi dimulai dari domain kognitif.
Perawat perlu mengetahui : arti, fungsi, klasifikasi, tipe, karakteristik bermain pada
anak, faktor-faktor yang mempengaruhi bermain, prinsip dan fungsi bermain di
rumah sakit dan alat mainan yang diperbolehkan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang aktifitas bermain pada
anak maka akan semakin optimal pula perawat dalam melaksanakan tindakan
yang di berikannya tersebut.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila
individu di hadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap ialah sikap perawat,
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang di anggap penting, media massa,
institusi serta faktor emosi dalam diri individu. Suatu sikap yang positif belum
terwujud dalam suatu tindakan.
b. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan sesuatu yang memfasilitasi seseorang atau kelompok
untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti
1) Sarana atau fasilitas kesehatan dan kemampuan sumber- sumber masyarakat serta
program-program yang mendukung untuk terbentuknya suatu tindakan.
2) Sikap perawat agar menjadi tindakan di perlukan faktor pendukung di rumah
sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas antara lain, ruangan bermain yang
diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan aktifitas
bermain pada anak dan alat-alat bermain yang sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) SPO s e b a g a i p e d o m a n
4) kebijakan yaitu ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan aktifitas bermain.
5) Kondisi lingkungan : ketersediaan waktu, budaya kerja
6) Kondisi lingkungan : beban kerja yang berat,
c. Faktor Pendorong
Faktor pendorong merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan
seseorang atau kelompok untuk memerima umpan balik yang positif atau negatif
yang meliputi support sosial, pengaruh teman, nasehat dan umpan balik oleh
pemberi pelayanan kesehatan atau pembuat keputusan, adanya keuntungan sosial
seperti penghargaan, keuntungan fisik seperti kenyamanan, hadiah yang nyata,
pemberian pujian kepada seseorang yang mendemonstrasikan tindakannya.
Sumber pendorong tergantung pada objek, tipe program dan tempat.
Faktor pendorong di rumah sakit, bisa berasal dari perawat, dokter dan
keluarga (Green, 2010). Misal : sikap atasan, misalnya memberikan reward,
insentif atau nilai angka kredit, pengaruh teman, adanya dorongan atau ajakan
dari perawat lain akan memberikan dorongan kepada perawat untuk melakukan
terapi bermain secara bersama- sama atau bergantian(Saputro & Fazrin, 2017).
3. Strategi terapi bermain di rumah sakit.
a. Pendekatan kepada manajemen dirumah sakit, melalui komite keperawatan atau bidang
keperawatan dengan mengemukakan bukti ilmiah/ nursing based praktice untuk
meningkatkan kulitas asuhan keperawatan
b. Meningkatkan pengetahuan perawat khususnya tentang terapi bermain melalui pelatihan
atau workshop : Pain Manajement, Quality of care
c. Meningkatkan pendidikan perawat
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk
lebih mudah menerima ide-ide baru. Selain itu, secara umum seseorang dengan
pendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Menurut Gilles (1996) bahwa perawat
yang perpendidikan tinggi mempunyai kemampuan bekerja yang lebih tinggi. Namun
demikian tidaklah mutlak bahwa tingkat pendidikan perawat yang tinggi menjamin
perawat tersebut menerapkan konsep terapi bermain saat bertugas (Saragih, 2017).
d. Mengembangkan asuhan keperawatan anak berdasar Family Centered Care
Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit seringkali fasilitas di rumah sakit tidak
cukup mendukung dilakukan kegiatan bermain di rumah sakit. Sehingga seringkali
periode adaptasi hospitalisasi memanjang. Periode adaptasi bagi anak sakit yang sedang
dirawat dirumah sakit dapat diperpendek dengan beberapa teknik, antara lain: family
centered care, atraumatik care, dan terapi bermain (Rohmah, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I. (2012). Faktor - faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan terapi bermain.


Rohmah, N. (2018). Terapi Bermain (cetakan pe). LPPM Universitas Muhammadiyah.
http://repository.unmuhjember.ac.id/2285/1/buku terapi bermain lengkap_nikmatur.pdf
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Penerapan Terapi
Bermain Anak Sakit.
Saragih, D. (2017). Faktor - faktor yang Mempengaruhi Konsep Terapi Bermain terhadap
Penerapannya di Ruang Anak RS Husada Jakarta. JHK, 1 nomor 2, 118–137.
file:///C:/Users/banu/Downloads/63-Article Text-247-1-10-20191128.pdf

Anda mungkin juga menyukai