KELAS D
Oleh :
ADELIA AZIS
B011201056
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Publik kerap kali dihadapkan dengan kasus pembunuhan. Seperti pada kasus
pembunuhan yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah. Kanti Utami adalah seorang ibu
yang tengah menjadi perbincangan di masyarakat karena tega membunuh anaknya
sendiri. Wanita yang berprofesi sebagai MUA (Makeup Artis) menganiaya tiga
anaknya yaitu, AR (7), KS (10), dan EM (5) di rumahnya di Dukuh Sokawera, Desa
Tonjong, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Aksi sadis tersebut
dilakukan Wanita berusia 35 Tahun itu di hari Minggu, 20 Maret 2022 sekitar pukul
04:00 WIB. Korban AR tewas di tempat kejadian akibat luka sayatan di leher,
sementara dua lainnya, KS dan EM mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah
sakit. Diduga, pembunuhan terhadap korban dilatarbelakangi oleh permasalahan
kondisi psikologis pelaku. Selain itu, di Klaten, Jawa Tengah, seorang ibu membakar
diri bersama anak-anaknya. Di Lumajang, Jawa Tengah, seorang ibu mengajak anak-
anaknya menenggak racun tikus. Ada banyak kejadian serupa: Surabaya pada 2012,
Bojongsoang pada 2012, Cakung 2013, Bandung pada 2014, Jakarta Barat pada 2017,
Ogan Komering Ulu dan Manado pada 2018, Jakarta Barat pada 2019, dan Surabaya
pada 2021.
Dewasa ini, pembunuhan marak terjadi karena adanya berbagai macam faktor,
seperti faktor ekonomi, percintaan, maupun psikologis. Diantara faktor tersebut, yang
paling mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembunuhan adalah faktor
psikologis. Seorang manusia menampilkan suatu perilaku selalu di dorong karena
adanya proses psikologis dalam diri manusia tersebut. Menurut Albert Bandura
(1973) perilaku kejahatan manusia merupakan hasil proses belajar psikologis,
mekanismenya diperoleh melalui pemaparan perilaku kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang disekitarnya dan kemudian terjadi pengulangan paparan yang disertai
dengan penguatan sehingga semakin mendukung orang untuk meniru perilaku
kejahatan yang mereka lihat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
permasalahan tertentu yang dialami oleh seorang individu dan didukung karena
adanya lingkungan seperti media yang selalu memaparkan tindak kriminalitas,
keimanan yang kurang stabil, pikiran yang tidak jernih, dan emosi yang tidak
terkontrol mengakibatkan sesorang nekat melakukan tindak pidana pembunuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan psikologi hukum terhadap kasus ibu bunuh anak di
Brebes?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psikologi Hukum
Psikologi dan hukum adalah suatu bidang ilmu yang relatif muda. Secara
konseptual memiliki cakupan luas, bidang ini mencakup pendekatan-pendekatan yang
berbeda-beda terhadap psikologi. Setiap subdevisi dari psikologi umum, telah
mendukung penelitian tentang berbagai isu hukum, mencakup masalah-masalah yang
bersifat :
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa hal dari sekian banyak ruang
lingkup psikologi yang mungkin berguna dalam kaitannya dengan ilmu hukum dan
yang lazim ditonjolkan dalam karya-karya psikologi seperti :
a. Kepribadian
b. Proses Belajar
Proses belajar seringkali dianggap sebagai topik utama dalam psikologi, oleh
karena proses tersebut menyangkut segala sesuatu yang dirasakan manusia,
mempengaruhi perilakunya dan mempunyai efek terhadap kepribadiannya.
c. Kondisi-kondisi Emosional
d. Kelainan-kelainan
1. Pengertian Pembunuhan
A. Filicide
1. Pengertian Filicide
Filicide sering dilihat sebagai tindakan yang jahat. Terry goldworthy, seorang
professor krimininologi di Bond University menemukan, satu atau lebih dari
tiga elemen yang diperlukan untuk menyebut pembunuhan anak oleh orang
tua sebagai tindakan yang jahat. Pertama ketidakberdayaan yang dirasakan
dari tindakan pembunuhan. Kedua, ketidakbersalahan korban. Ketiga,
keunikan dari tindakan pembunuhan. Sebaba, kasus filicide pasti mengandung
ketiganya.
1) Filicide Altruistik
filicide altruistik yang mana terjadi karena orangtua tidak ingin
melihat anaknya menderita. Mereka meyakini bahwa kematian akan
mengurangi beban hidup, dibandingkan harus hidup dengan berbagai
macam penderitaan seperti penyakit, permasalahan ekonomi, dan
lainnya.
2) Psikotik Akut
Pada faktor psikotik akut, yakni membunuh sang buah hati tanpa
memiliki alasan yang jelas atau komprehensif. Bisa jadi orangtua yang
melakukan tindakan keji ini berada di bawah pengaruh halusinasi,
perintah, epilepsi, atau delirium.
3) Anak yang Tidak Diinginkan
Faktor ketiga yaitu adalah anak yang tidak diinginkan. Pada faktor ini,
umumnya terjadi ketika orangtua merasa tak lagi menginginkan
anaknya atau bahkan menganggap anaknya sebagai penghalang
hidupnya.
4) Penganiayaan Anak
Pembunuhan pada faktor ini terjadi karena penyiksaan anak yang
dilakukan oleh orang tuanya. Penyiksaannya tentu saja tidak hanya
sekali atau dua kali, melainkan terus terjadi hingga membuat nyawa
sang anak melayang. Ini adalah salah satu-satunya dari lima kategori
di mana kematian anak mungkin tidak disengaja
5) Balas Dendam
Faktor terakhir yaitu balas dendam. Orangtua yang melakukan filicide
pada kategori ini adalah sebagai ajang balas dendam kepada pasangan
mereka, atau ingin melihat pasangan mereka menderita. Pemicu
umumnya biasanya perselingkuhan, perceraian, serta perselisihan hak
asuh.
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus ibu bunuh anak di Brebes merupakan salah satu dari sekian kasus
filisida (filicide) atau pembunuhan anak di Indonesia. Ini bukan kejadian baru. Meski
Indonesia belum punya data komprehensif tentang filisida, tetapi kasusnya berulang
terjadi. Tahun 2020, di Nias, Sumatera Utara, seorang ibu juga menggorok tiga
anaknya hingga tewas. Kasus tersebut memberikan gambaran nyata bahwa sosok
orang tua tidak selalu dapat mengayomi, memberi kasih sayang serta kehangatan di
dalam suatu keluarga.
Menurut teori yang dikemukakan Mark Constanzo, hampir setiap bidang ilmu
psikologi (yaitu perkembangan, sosial, klinis, dan kognitif) relevan dengan aspek
hukum tertentu. Yang salah satu contohnya ialah terhadap psikologi sosial. Dimana
psikologi sosial ini melihat bagaimana polisi yang melaksanakan introgasi
menggunakan prinsip-prinsip koersi dan persuasi untuk membuat tersangka mengakui
tindak kejahatannya.
Saat dirinya digelandang polisi dari TKP, Kanti meminta agar dirinya jangan
dipukul, ekspresinyapun tidak memperlihatkan raut kesedihan terhadap perbuatan
yang dilakukannya, sehingga mendorong Kapolres Brebes mendalami kasus tersebut,
termasuk melakukan tes kejiwaan terhadap pelaku yang pada proses penyidikan yang
bersangkutan masih belum stabil atau ngelantur saat dimintai keterangan oleh
penyidik mulai dari alasan ekonomi hingga alasan mistis seperti bisikan gaib yang
diungkapkan pelaku sebagai dasar tega melakukan pembunuhan terhadap ketiga
anaknya.
Sementara faktor lainnya adalah pelaku berusia muda, rusaknya relasi antara
orang tua, dan perselisihan dalam pengasuhan setelah berpisah. Faktor-faktor itu juga
dapat didorong oleh konsumsi alkohol, obat-obatan, kecenderungan bunuh diri dan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Acapkali, orang tua melihat anak sebagai
sosok jahat yanag menggangu hingga muncul dorongan untuk mengorbankan nyawa
anak dan dianaggap memperbaiki kondisi hidup.
Dalam Pertanggung jawaban pidana, pada prinsipnya ibu bunuh anak sebagaimana
dinyatakan atau pelaku pembunuhan secara umum dapat dijerat dengan pasal
pembunuhan. Adapun hukuman pidana bagi pelaku tertuang dalam ketentuan pasal
338 KUHP. Meski unsur-unsur dalam rumusan pasal terpenuhi belum tentu orang
yang melakukan tidak pidan tersebut dipidana, sebab orang hanya akan dipidana jika
ia mempunya pertanggungjawaban pidana. Salah satu kondisi yang mengakibatkan
sesorang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana adalah jiwanya cacat
dalam pertumbuhan atau karena penyakit sebagaimana dalam pasal 44 ayat (1)
KUHP:
Dalam hal ini, hasil pemeriksaan kejiwaan Kanti Utami, terduga pelaku pembunuhan
dan penganiayaan kepada tiga anak kandungnya sendiri mengalami gangguan jiwa
berat, setelah diperiksa oleh dokter yang berwenang selama satu bulan di RSUD
Soeselo Slawi. Maka terhadapnya pelaku tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana dan konsekuensinya, ia terlepas dari tuntutan hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus ibu bunuh anak di Brebes merupakan salah satu dari sekian kasus
filisida (filicide) atau pembunuhan anak di Indonesia. Filisidia merupakan
pembunuhan anak yang umumnya terjadi karena masalah Kesehatan mental. pada
kasus Kanti Utami dapat digolongkan sebagai filicide altruistic. Artinya, terdapat
gangguan kejiwaan yang dialami orang tua sehingga menimbulkan dorongan untuk
mengakhiri nyawa anak kandungnya sebagai suatu bentuk rasa cintanya pada anak.
Kanti Utami, terduga pelaku pembunuhan dan penganiayaan kepada tiga anak
kandungnya sendiri mengalami gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa ini akibat pelaku
sering mendapatkan kekerasan saat ia masih kecil dan dipendam hingga dewasa. Apa
yang dilakukan Kanti Utami adalah perilaku kejahatan yang muncul sebagai interaksi
antar faktor personal dan faktor lingkungan. Yang bersangkutan mengalami depresi,
pola pengasuhan traumatis, dan lingkungan yang tidak mendukung dirinya sehingga
membuatnya lebih mudah melakukan kejahatan. Selain itu, kemiskinan berkontribusi
besar pada kasus filisida. Kanti mewakili wajah perempuan yang terjerembab dalam
kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang dialami oleh kelompok sosial tertentu
karena faktor struktur sosial, ekonomi, dan politik. Karena kondisi pelaku, maka
terhadapnya tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana dan konsekuensinya, ia
lepas dari tuntutan hukum.
B. Saran
Apa yang telah dilakukan oleh Kanti Utami memang sama sekali tidak dapat
dibenarkan. Apapun alasannya, entah itu untuk melindungi atau menghindarkan
anaknya dari penderitaan, hal itu tetaplah salah. Saran penulis ialah ke depannya
perlu peran lebih dari lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan kepada orang-
orang yang memiliki masalah, seperti apa yang terjadi pada Kanti Utami. Dengan
memberikan pendampingan atau rehabilitasi psikologis, serta mencoba membangun
kepekaan atau menyediakan ruang bagi mereka bercerita tanpa menghakimi mereka
bisa menjadi salah satu caranya. Masyarakat harus diberikan pengetahuan dan
pemahaman agar ke depannya tidak abai lagi terhadap hal-hal seperti ini. Begitu juga
dengan aturan hukum yang mesti disusun sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aurelia Gracia. 2022. Yang tak dibicarakan dari “Filicide”, Tragedi Orang Tua
Bunuh Anaknya. https://magdalene.co. Diakses pada 12 Oktober 2022.
Dasar Hukum