NIM :B011201056
Pasal 107. :
Cara meniadakan dan mengubah susunan pemerintahan haruslah dilakukan dengan tidak
sah, jika dilakukan dengan jalan sah (menurut saluran-saluran yag ditentukan dalam
Undang-Undang) itu tidak dilarang.
Pasal 108.:
(1) Salah karena memberontak dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahu,yaitu :
1e. barangsiapa melawan dengan senjata kepada kekuasaan yang telah berdiri di Negara
Indonesia.
2e. barang siapa dengan niat menentang kepada kekuasaan yang telah berdiri di Negara
Indonesia, melawana atau menggabungkan diri pada gerombolan orang yang bersenjata
untuk melawn kekuasaan itu.
(2) Pemimpin atau pengatur pemberontakan, dihukum penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
Pasal ini dimuat dalam K.U.H.P tahun 1930 untuk menggantikan pasal 109 K.U.H.P yang
lama.
Unsur-unsur:
Pemberontakkan itu ada, bila perlawanan atau serangan dengan senjata tersebut
dilakukan dengan orang banyak dalam hubungan organisasi, bila hanya dilakukan oleh
satu dua orang saja dan tidak dalam hubungan organisasi terhadap pegawai pemegang
kekuasaan pemerintahan maka tidak masuk dalam pemberontakan akan tetapi adalah
suatu perlawan yang diancam hukuman dalam pasal 212.
Perlawan itu harus ditujukan kepada kekuasaan pemerintahan yang sah,ialah pemegang
kekuasaan pemerintahan di tempat.
Untuk dapat dihukum menurut pasal ini tidak perlu harus ada maksud atau tujuan untuk
mengganti atau meroboh pemerintahan yang lama dengan yang lain. Dengan maksud
melawan saja, sudah cukup. Misalnya, karena tidak puas dengan keadaan waktu itu.
Pasal 110:
(1) Pemufakatan akan melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal-pasal
104, 106,107. Dan 108 dihukum sama dengan kejahatan itu.
(2) Hukuman ini juga berlaku bagi orang yang dengan maksud akan menyediakan atau
memudahkan salah satu kejahatan yang diterangkan dalaam pasal 104, 106. 107 dan 108
1e. mencoba membujuk orang lain supaya ia melakukan menyuruh melakukan atau turut
melakukan kejahatan itu atau memberi bantuan atau kesempatan, ikthiar atau keterangan
untuk kejahatan itu;
2e. berikthiar akan mendapat atau akan memberikan bagi orang lain kesempatan, ikthiar
atau keterangan waktu untuk melakukan kejahatan itu;
3e. sedia barang yang diketahuinya, bahwa barang itu guna melakukan itu;
4e. menyiapkan atau mempunyai rencana untuk melakukan kejahatan itu, yang akan
diberitahukan kepada orang lain;
5e.berikthiar mencegah, menhalangi atau menggagalkan sesuatu daya upaya Pemerintah
untuk mencegah atau menekankan orang melakukan kejahatan itu.
(3) Barang yang dimaksudkan dalam ayat yang lalu sub. 3e. boleh dirampas.
(4) Tiada boleh dihukum barangsiapa masudnya ternyata hanya akan menyediakan atau
memudahkan perubahan ketata-negaraan dengan pengertian umumnya.
(5) Bila dalam, salah satu hal-hal yang dimaksudkan pada ayat ke-1 dan ke-2 dari pasal ini,
diikuti oleh kejahatan itu, hukumannya boleh dikecualikan.
Pasal 111.:
(1) Barangsiapa yang mengadakan perhubungan dengan Negara asing, maupun dengan raja
atau rakyat dengan niat hendak mengajak, membujuk mereka itu supaya bermusuh-
musuhan atau berperang dengan Negara, atau dengan niat hendak meneguhkan maksud
mereka tentang hal itu, atau dengan niat akan menjadikan pertolongan pada mereka atau
hendak memberi pertolongan waktu menyiapkan perbuatan itu, dihukum penjara
selamanya-lamanya lima belas tahun.
(2) Jika permusuhan itu dilakukan atau peperangan terbit, maka dijatuhkan hukuman mati
atau penjara seumur hidup atau penjara sementera selama-lamanya dua puluh tahun.
Pasal ini dan Pasal –pasal 111 bisa s/d 129 adalah mengandung ancaman
hukuman terhadap yang biasa dinamakan pengkhianatan kepada Negara dan
menjadi mata-mata atau kaki tangan di negara Asing.
Raja yang dimaksud di pasal ini ialah raja daerah istimewa yang masih ada di
dalam negara Republik Indonesia.
Rakyat maksudnya rakyat di Indonesia, sehingga perbuatan-perbuatan
pengkhianatan terhadap Negara dalam pasal ini, baik dilakukan dengan raja atau
rakyat di Indonesia, maupun dengan negara Asing dipandang sama beratnya.
Bermusuh-musuhan atau berperang lihat pasal 96. Dalam hubungan ini lihat pula
pasal 128 dan 165.
Mengadakan perhubungan misalnya mengajukan atau menerima usul. Negara
Asing = pemerintah atau delegasi dari negara Asing, jadi bukan sembarang orang
(misalnya pegawai biasa ) dari negara itu.
1e. barangsiapa mengadakan perhubungan dengan orang atau badan diluar Negara
Indonesia, dengan niat hendak membujuk orang atau badan itu supaya memberi bantuan
untuk menyiapkan. Memudahkan atau menggulingkan pemerintahan (omwentelling),
untuk meneguhkan niat orang atau badan tentang hal itu dengan niat hendak memberi
atau berjanji akan memberi bantuan dalam pada itu, atau untuk menyiapkan,
memudahkan atau merusakkan pemerintahan.
2e. barangsiapa memasukkan kedalam negeri sesuatu barang, yang dapat dipergunakan
untuk memberi bantuan lahir buat menyiapkan, memudahkan atau merusakkan
pemerintahan, jikalau diketahuinya atau ada alasan sangat untuk menyangka, bahwa
barang tadi sesungguhnya gunanya untuk itu;
3e. barangsiapa yang menyimpan atau menyediakan sesuatu barang yang dapat
dipergunakan untuk memberi bantuan lahir akan menyiapkan, memudahkan atau
merusakkan pemerintahan, jikalau diketahuinya atau ada alasan sangat untuk
menyangka, bahwa barang itu memang gunanya untuk itu dan bahwa barang itu atau
barang apa saja penggantinya dibawa masuk kedalam negeri untuk keperluan tadi atau
ditujukan untuk keperluan tadi oleh orang atau badan diluar Negeri Indonesia. Barang
yang dipakai untuk melakukan yang ada perhubungannya dengan kejahatan tersebut
dalam ayat diatas pada bab 2e dan 3e boleh dirampas.
Pasal ini gunanya untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang dilakukan dilaur negeri
yang bermaksud untuk menggulingkab (merobohkan, merusakkan) pemerintahan
Indonesia dan mengancam hukuman kepada mereka yang membujuk atau memberikan
bantuan guna mempersiapkan, memudahkan, atau menimbulkan penggulingan
pemerintahan itu.
Yang diartikan dengan “merusak” (menggulingkan atau merobohkan) pemerintahan, lihat
pasal 88 bis. Lihat pula pasal 128.
Sub 1: Hubungan itu harus diadakan dengan dua orang atau badan diluar Negeri,
misalnya seorang pemimpin, panitia atau komite, dan perkumpulan pergerakan
revolusioner yang berdiam diluar Negeri.
Sub 2: barang-barang yang dimasukkan ke dalam Neggeri itu misalnya senjata, bahan-
bahan peledak dan sebagainya yang dapat memberi bantuan untuk mempersiapkan
memudahkan atau menimbulkan penggulingan pemerintah.
Sub 3: pada sub 2 yang diancam hukuman ialah perbuatan : memasukkan barang sedang
pada sub 3 yang dilarang ialah: menyimpan atau menyediakan barang. Supaya dapat
dihukum orang harus mengetahui atau dapat mengira bahwa barang itu diperuntukkan
buat bantuan mempersiapkan, memudahkan atau menimbulkan penggulingan
pemerintahan.
Pasal 112.:
Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan, atau mengabarkan atau menyampaikan surat, kabar
dan keterangan tentang sesuatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya, bahwa surat,
kabar atau keterangan itu harus dirahasiakan karena kepentingan negara, maka ia dihukum
dengan hukuman penjara selamanya-lamanya tujuh tahun.
Pasal 113.:
Pasal 113 s/d 120 bermaksud mencegah atau memberantas perbuatan mata-mata.
Pasal ini mengancam orang yang dengan sengaja mengumumkan memberitahukan atau
menyampaikan kepada orang yang tidak berhak mengetahui: barang-barang yang tersebut
dalam pasal ini.
Dalam hubungan ini lihat pula pasal 164 dan 165.
Pasal 114.:
Barangsiapa, karena kesalahannya, menyebabkan surat atau benda rahasia, yang dimaksudkan
dalam pasal 113, yang mana ia wajib menjaga atau menyimpan, atau bentuknya atau caranya
membuat segenapnya atau sebagian, menjadi diketahui oleh orang banyak atau diperoleh atau
diketahui oleh orang lain, yang tidak berhak mengetahui, maka ia dihukum dengan hukuman
penjara selama-selamanya satu tahun enam bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya satu
tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4500,---.
Pasal ini melarang perbuatan yang sama pada pasal 113, akan tetapi dilakukan dengan
bukan dengan sengaja, melainkan karena kesalahannya, jadi pasal 113, delik dolus,
sedangkan pasal 114, delik culpa.
Pasal 115.:
Barangsiapa dapat melihat atau mengetahui surat atau benda rahasia, yang dimaksudkan dalam
pasal 113, segenapnya atau sebagian, yang disadarinya atau yang patut dapat disangka, bahwa
surat atau benda rahasia itu tidak boleh diketahuinya, membuat atau suruh membuat salinan atau
petikan dengan huruf atau bahasa apapun juga, atau membuat atau menyurh mebuat gambar atau
tiruan dari surat atau benda itu, atau barangsiapa tidak menyampaikan suarat atau benda itu
kepada pegawai yustisi atau polisi, atau Pamongpraja, jika surat atau benda itu diperolehnya,
maka ia dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga tahun.
Pasal 116.:
(1) Permufakatan akan melakukan salah satu dari kejahatan-kejahatan yang diterangkan dalam
pasal-pasal 113 dan 115 dihukum dengan hukuman penajra selamanya-lamanya satu tahun.
Pasal 117:
Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamya enam bulai atau denda sebanyak-banyak Rp
4.500, --- barangsiapa dengan sengaja tidak dengan berkuasa:
1e. mendekati sesuatu pekerjaan pertahanan dalam jarak kurang dari lima ratus meter. Kecuali
pada jalan besar untuk lalu-lintas.
2e. memasuki sebuah bangunan Angkatan Darat atau Laut atau sebuah alat-pelayar perang
melalui jalan lain dari pada tempat masuk yang biasnya;
3e. berada dengan alat-pemotret dalam sesuatu bagian lapangan yang terlarang oleh atas nama
Presiden, diluar jalan untuk lalu lintas kendaraan, jalan kereta-api atau tram;
4e.mempunyai hasil pemotretan atau sesuatu gambar dari pekerjaan untuk pertanahan atau
sebagiannya atau dari lapangan yang dimaksudkan pada 3e atau sebagian darinya.
Pasal 118:
Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua , tahun atau denda sebanyak-banyaknya
RP 900,---barangsiapa tak berkuasa dengan sengaja membuat, pengukuran atau gambar, lukisan
atau uraian, tentang sesuatu hal yang penting bagi ketentaraan.
Pasal 119:
1e. barangsiapa memberi tempat menumpang orang, sedang ia mengetahui, bahwa orang itu
dengan tak berkuasa berniat atau mencoba hendak mengetahui surat dan benda rahasia, yang
dimaksudkan dalam pasal 113, atau hendak mengetahui letak, bangun, aturan susunan
perlengkapan senjata, perbekalan perlengkapan mesiu ataau kekuatan orang dari bangunan
pertahanan atau sesuatu hal yang penting bagi ketentaraan;
2e. barangsiapa menyembunyikan benda ,yang diketahuinya bahwa benda itu akan dipakai
bagaimanapun juga untuk melakukan niat yang dimaksudkan pada 1e.
Pasal ini mengancam hukuman kepada orang yang memberi tempat menumpang kepada
orang lain yang diketahuinya, bahwa orang itu melakukan perbuatan matamata atu
mencoba akan melakukan perbuatan mata-mata dan pula menyembunyikan barang-
barang yang diketahuinya , bahwa barang itu akan dipergunakan untuk perbuatan mata-
mata.
Barang-barang yang dapat digunakan utuk melakukan perbuatan mata-mata ialah
misalnya alat-alat pemotret, keker dan sebaginya.
Lihat pula pasal 120,128,165.
Pasal 120.:
Kalau satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 115,117, 118 dan 119 dilakukan beserta
dengan mempergunakan akal tipu daya seperti memperdayakan, menyamar diri, memakai nama
atau keadaan palsu dengan memberi atau menerima membayang-bayangkan atau menjajikan
hadiah, keuntungan atau upah, meski bagaiamana jugapun rupanya, atau dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, maka hukuman kemerdekaan boleh dilipat dua. (K.U.H.P 89,128,165).
Pasal 121.:
Barangsiapa yang diwajibkan oleh Pemerintah untuk berunding dengan Negeri asing, Rajaa atau
rakyat dalam perundingan itu dengan sengajanmerugikan negara, dihukum penjara selama-
lamanya dua belas tahun. (K.U.H.P. 52,124,128,165).
Tidak hanya pegawai negeri yang diancam hukum dalam pasal ini, tetapi juga orang
partkulir. Yang terpenting orang itu adalah oleh Pemerintah diwajibkan untuk
mengadakan perundingan dengan negara Asing, raja dari daerah istimewa yang masih
ada di Indoensia atau dengan rakyat Indonesia.
Kewajibannya untuk berunding harus semata-mata ditugaskan pada kepada orang itu.
Jadi tugas yang istimewa diberikan, misalnya sebagai seorang delegasi untuk
mengadakan perundingan,berbeda dengan duta.
Unsur yang penting dalam hal ini ialah sengaja merugikan pemerintah, jadi jika
perundingan itu tidak merugikan, orang tidak dapat dikenakan pasal ini.
Pasal 122.:
1e. barangsiapa pada waktu perang yang tidak bersangkutan dengan negara Indonesia, dengan
sengaja melakukan suatu perbuatan yang mebahayakan kenetralan negara atau dengan sengaja
melanggar suatu peraturan Pemerintah Istimewa yang sudah diumumkan, untuk menjaga
kenetralan negara.
2e. barangsiapa dalam tempo perang dengan sengaja melanggar sesuatu peraturan yang diadakan
dan diumumkan oleh Pemerintah untuk menjaga keselamatan negara.
Kedua perbuatan ini harus dilakukan pada waktu perang yang tidak bersangkutan dengan
negara Indonesia, jadi Indonesia tidak ikut perang. Perbuatan mana yang dapat
membahayakan kenetralan negara, itu harus ditinjau sesuai dengan hukum antar-negara.
Yang dilarang pada sub 2 ialah: sengaja melanggar suatu peratura yang diadakan dan
diumumkan oleh Pemerintah untuk menjaga keselamatan negara dalam waktu perang.
Tentang maksud, waktu perang lihat pasal 96 (b)
Jadi dalam hal ini Indonesia ikut serta dalam perang.
Lihat pula pasal 128 dan 165.
Pasal 123.:
Warga negara Indonesia yang dengan suka rela masuk tentara negara asing, sedang diketahuinya,
bahwa negara itu berperang dengan Indonesia atau dengan penghargaan negara itu tak lama lagi
akan berperang dengan Indonesia, dalam hal terakhir, jika terjadi perang itu pecah, dihukum
dengan hukuman penjara selamanya-lamanya lima belas tahun.
Masuknya menjadi tentara negara Asing itu harus secara “sukarela”. Bila karena paksaan,
maka tidak bisa dihukum. Supaya dapat dihukum orang itu haruslah tentara, jika sebagai
pegawai sipil saja tidak dapat masuk dalam pasal ini, tetapi dapat dihukum menurut pasal
124.
Warga negara Indonesia yang masuk menjadi tentara negara Asing itu apabila masuknya
itu dengan pengetahuan bahwa negara itu berperang atau akan berperang dengan
Indonesia, maka ia dapat dihukum menurut pasal ini.
Warga negara Indonesia yang pada waktu damai sudah terlanjur masuk tentara negara
Asing, di kemudian hari negara ini berperang dengan Indonesia, itu tidak diancam
hukuman, meskipun ia tetap menjadi tentara Asing.
Pasal 124.:
(1) Dihukum dengan hukuman lima belas tahun barang siapa dalam tempo perang dengan
sengaja memberi pertolongan kepada musuh atau merugikan negara bagi kepentingan
musuh itu.
(2) Hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama –lamanya dua puluh
tahun dikenakan, apabila sipembuat:
1e. memberikan atau menyampaikan sesuatu peta, rencana gambar atau lukisan pekerjaan-
pekerjaan kemiliteran, atau sesuatu sesuatu keterangan tentang gerak atau rencana tentara
kepada musuh;
2e. bekerja pada mush sebagai mata-mata atau memberi tumpangan, menyembunyikan atau
membantu mata-mata musuh;
(3) Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua
puluh tahun dikenakan, apabila si pembuat:
Perbuatan yang diancam hukuman dalam pasal ini dapat dibagi atas dua macam ialah:
a. sengaja merugikan negara bagi kepentingan musuh;
b. sengaja memberikan pertolongan kepada musuh. Yang dimaksudkan dengan
memberikan pertolongan kepada musuh diterangkan dalam ayat (2) pasal ini.
Kedua perbuatan itu harus dilakukan dalam waktu perang. Tentang waktu perang
lihat pasal 96.
Pasal 125.:
Permufakatan akan melakukan salah satu kejahatan yang diterngkan dalam pasal 124, dihukum
dengan hukum penjara selama-lamanya enam tahun.
Tentang permufakatan lihat pasal 88. Lihat pula pasal 128 dan 164.
Pasal 126.:
Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, barangsiapa dalam tempo
perang tidak demgan maksud akan menolong mush atau akan merugikan negara yang
menguntungkan musuh dengan sengaja:
2e. menyebabkan atau memudahkan prajurit, yang dalam jebatan negeri melarikan diri.
Yang dapat dikenakan pasal ini antara lain ialah orang yang dalam waktu perang
memberikan tempat menumpang kepada seseorang mata-mata musuh atau memudahkan
salah seorang keluarganya menjadi prajurit untuk melarikan diri (desersi), oleh karena
semata-mata hanya khawatir jiwanya dalam bahaya . Dalam hal ini tidak ada maksud sama
sekali untuk menolong musuh atau merugikan negara bagi keuntungan musuh yang tidak
dapat dikenakan pasal 124.
Tentang waktu perang lihat pasal 96. Lihat pula pasal 129,165 dan 236.
Pasal 127.:
(1) Barangsiapa dalam tempo perang, melakukan perbuatan menipu waktu menyampaikan
keperluan angkatan laut atau angkatan darat, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya dua belas tahun.
(2) Barang siapa yang disuruh mngawasi penyerahan keperluan itu, dengan sengaja
membiarkan perbuatan menipu itu, dihukum dengan hukuman itu juga.
Perbuatan menipu misalnya leveransir yang masukkan barang-barang atau bahan-
bahan yang jumlah berat atau keadaannya kurang dari pada pembayaran atau
perjanjian yang telah diterima. Supaya bisa dikenakan pasal ini, memasukkannya
itu harus pada waktu perang atau gelagat akan berperanng. Tentang waktu perang
lihat pasal 96.
Jika tidak pada waktu perang, akan tetapi membahayakan keamanan negara, kalau
perang akan terjadi, maka leveransir yang berbuat kecurangan itu dapat dikenakan
pasal 338.
Lihat pula pasal 128,129,165,383,386,435 dan 486.
Pasal 128.:
(1) Jika dihukum karena kejahatan yang diterangkan dalam pasal 104 atau 105 boleh
dijatuhkan pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 No. 1-5
(2) Pada waktu menjatuhkan hukuman sebab salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 106-108, 110-125, maka dapat dijatuhkan pula hukuman mencabut hak tesebut
dalam pasal 35 No. 1-3
(3) Pada waktu menjatuhkan hukuman sebab kejahatan yang diterangkan dalam pasal 127,
maka si tersalah dapat dipecat dari jabatan yang dijalankannya waktu melakukan
kejahatan itu, dan dari hak yang tersebut dalam pasal 35 No. 1-4, dan dapat pula
diperintahkan supaya keputusan hakim diumumkan. (K.U.H.P. 43,165)
Pasal 129.:
Hukuman yang ditentukan untuk perbuatan yang diterangkan dalam pasal 124-127, berlaku
juga, jika salah satu perbuatan itu dilakukan terhadap atau bersangkutan dengan kawan
negara dalam perang yang dilakukan bersama-sama (K.U.H.P. 96).
Perbuatan-perbuatan dalam pasal 124 s/d 127 itu dihukum pula meskipun tidak
ditujukan kepada negara Indonesia, tetapi ditujukan kepada negara kawan
(bondgenoot) peperangan dari Indonesia.