Dosen Pembimbing :
Ns. Merry Yolanda, MM
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Riri Arika Putri (1710105065)
2. Rahma Elmunawarrah (17101050)
3. Cyntia Iswari (1710105045)
4. Somia Pratama (17101050 )
5. Wulan Agustin (17101050 )
6. Indah Mayang Sari (1710105052)
7. Silvia Aggraini (17101050 )
8. Dera Murni (1710105047)
9. Ronaldo (1710105067)
KELAS VI B
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang
dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah mempersoalkan garis
panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi tentang cara
penanganan syok hemoragik yang paling optimal (Hardiaman, 2014).
Berdasarkan paparan diatas maka kami ingin membahas tentang syok
yang hipovolemik, kardiogenik, distributif dan obstruktif agar bisa menambah
pengetahuan kita semua mengenai jenis syok ini.
1.2 Tujuan
3) Mengetahui
4) Mengetahui
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan
tidak adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan
(Purwadianto.A,2013).
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum
ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung
dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%. Syok hipovolemik terjadi apabila ada
defisit volume darah ≥15%, sehingga menimbulkan ketidakcukupan
pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa
metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat diakibatkan
oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya karena
oligemia, hemoragi, atau kebakaran (Hardiaman,2014).
B. Faktor Penyebab
6
karena: meningkatnya permeabilitas kapiler akibat cedera panas, reaksi
alergi, toksin bekteri.
7
yang bersifat asam. Perubahan ini mengakibatkan fungsi normal sel
menurun; sel membengkak dan membrannya menjadi lebih permeabel
sehingga memungkinkan elektrolit dan cairan untuk merembes dari
dan ke dalam sel yang pada akhirnya menyebabkan pompa kaliun-
natrium menjadi terganggu. Akibatnya, struktur sel (mitokondria dan
lisosom) menjadi rusak dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Respons Vaskular
Jumlah oksigen yang dikirimkan ke sel bergantung pada aliran
darah ke area spesifik dan pada konsentrasi oksigen (Gould, dalam
Smeltzer & Bare, 2002). Darah secara kontinu didaur ulang kembali
melalui paru-paru untuk di reoksigenasi. Otot jantung memberikan
pompa darah yang dioksigenasi keluar jaringan tubuh (proses sirkulasi
ini difasilitasi oleh arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler dimana
vaskulator tersebut dapat berdilatasi dan berkontriksi sesuai dengan
mekanisme pengatur pusat dan lokal). Mekanisme pengatur pusat
menyebabkan dilatasi dan kontriksi vaskulator untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat. Selain itu, ada juga mekanisme
pengaturan lokal, disebut sebagai otoregulasi, menyebabkan
vasodilatasi dan vasokontriksi dalam berespon terhadap bahan kimia
yang dilepaskan oleh sel-sel yang mengkomunikasikan kebutuhannya
akan oksigen dan nutrient (Niedringhaus, Smith-Collins, & Myers,
dalam Smeltzer & Bare, 2002).
8
dan hormonal yang akan mempengaruhi curah jantung dan resistensi
perifer.
9
Kehilangan cairan eksternal: Perpindahan cairan internal:
Trauma Hemoragi internal
Pembedahan Luka bakar
Muntah-muntah Asites
Diare peritonitis
Dieresis
Diabetes insipidus
Manifestasi klinis syok hivopolemik :
1.Kulit dingin, pucat, dan vena kulit
Syok Hipovolemik kolaps
2.Takhikardi: peningkatan laju jantung
dan kontraktilitas
3.Hipotensi
Tubuh kehilangan
4. Oliguria: produksi urin umumnya
Oksigen dan darah
akan berkurang pada syok hipovolemik.
TD
Hipoperfusi alveoli
Peningkatan
Tonus simpatik nadi
Nafas cepat Pola nafas tidak
efektif
Vasokonstriksi
Pembuluh darah
Kulit
Gangguan perfusi
Akral dingin
jaringan
Gangguan eliminasi Ginjal menahan air
urin lebih banyak
Angiotensin I
Pelepasan aldosteron
dari korteks adrenal Retensi Na+air Pelepasan ADH oleh
Angiotensin II kelenjar pituitari
Sumber : (Hardiaman,2014).
10
Terjadi bila kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
Terjadi kompensasi dimana biasanya cardiak output dan tekanan
darah masih dapat dipertahankan
b. Tahap II :
Terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
Tekanan darah turun, po2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
c. Tahap III
Bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
Terjadi penurunan : tekanan darah, cardiak output,po2, perfusi
jaringan secara cepat
F. Komplikasi
1. Kerusakan Ginjal
2. Kerusakan Otak
3. Gangren pada lengan atau tungkai hingga amputasi
4. Serangan Jantung
5. Syok yang berat dapat berujung pada kematian
G. Penatalaksanaan medis :
1. Pasang insfus 2 jalur
2. Berikan larutan kristaloid
3. Terapi obat medikamentosa seperti obat dopamine
H. PemeriksaanPenunjang
No JenisPemeriksaan Nilai pemeriksaan
1 Sel Darah Putih Ht mungkin meningkat pada status
11
hipovolemik karena hemokonsentrasi.
leukopenia (penurunan sel darah putih)
terjadi sebelumnya, dikuti oleh
pengulangan leukositosis (15.000-
30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang
mempublikasikan produksi sel darah
putih tak teratur dalam jumlah besar.
2 Elektrolit serum berbagai ketidakseimbangan mungkin
terjadi dan menyebabkan asidosis,
perpindahan cairan, dan perubahan
fungsi ginjal.
3 Pemeriksaan Trombosit terjadi penurunan
pembekuan (trombositopenia) dapat terjadi karena
agregasi trombosit. PT/PTT mungkin
memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
4 Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,
disfungsi hati, syok.
5 Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi
menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai
respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme
6 Urinalisis adanya SDP/bakteri penyebab infeksi.
Sering kali muncul protein dan SDM.
7 Sinar X film yang mengindentifikasikan udara bebas
abdominal dan dada didalam abdomen dapat menunjukan
bagian bawah infeksi karena perforasi abdomen /
organ pelvis.
8 EKG dapat menunjukan perubahan segmen
ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
12
I. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian emergency nursing, secara umum terdiri dari : primary
survey, sekundery survey, dan tersier survey. Primery survey
meliputi: airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
Sekundery survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier
survey dilakukan selain pengkajian primery dan sekundery survey,
semisal riwayat penyakit keluarga.
a. Primary survey
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera
yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E.
Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk
memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan
menyusul bila keadaan penderita mengijinkan. Metode
pengkajian dalam primary survey ini yaitu: cepat, ermat, dan
tepat yang dilakukan dengan melihat (look), mendengar (listen),
dan Merasakan (feel).
Airway dan breathing : Prioritas pertama adalah menjamin
airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan
oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen lebih dari 95%.
Airway (jalan napas):
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen,
dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya
obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan
kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat
bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit
perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung,
posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah.
Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu
bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan
13
obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan
suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa
obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada tahap ini
perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung
pasien.
Breathing (bernapas):
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah
pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau
tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap
listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan
suara tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan
pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan
pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.
Cirkulasi (kontrol perdarahan)
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung,
peredaran darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau
tidak. Pada tahap look atau melihat, yang dilakukan yaitu
mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per
menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya
keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery reptile,
dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang
dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis,
dan carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada
tahapan lesson, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat
dilakukan pengukuran tekanan darah.
Disability ( pemeriksaan neurologi)
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale),
dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal
yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan
pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak,
14
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan
perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak
harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal
dari cidera intra kranial.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah
d. Gangguan eliminasi urineberhubungan dengan penyebab
multiple
3. Perencanaan keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Noc : setelah diberikan Nic : manajemen hipovolemi :
perawatan 1x24 jam monitor status hemodinamik,
keseimbangan cairan pada monitor asupan dan
tekanan darah, denyut nadi pengeluaran, berikan cairan IV
radial, turgor kulit skala 4 isotonic (ringer laktat), berikan
sedikit terganggu produk darah, monitor adanya
15
reaksi transfuse darah, lakukan
autotransfusi untuk kehilangan
darah.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Noc : setelah diberikan Nic : manajemen jalan
perawatan 1x24 jam statusa nafas:buka jalan nafas dengan
pernafasan membaik dibuktikn tehnik chin lift, posisikan pasien
dengan frekuensi memaksimalkan ventilasi,
pernafasan,kedalaman identifikasi kebutuhan
pernafasan, kepatenan jalan actual,masukkan alat
nafas skala 4 deviasi ringan nasopharyngeal,auskultasi suara
dari kisaran normal nafas dan catat area ventilasi
yang menurun, lakukan
penyedotan melalui endotrakeal,
kolaborasikan obat
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan vasokontriksi pembuluh darah
Noc : setelah diberikan Nic : perawatan sirkulasi
perawatan 1x24 jam perfusi insufisiensi arteri: lakukan
jaringan membaik dibuktikan pemeriksaan fisik system
dengan edema perifer, nyeri kardiovaskuler, tentunkan
diujung kaki dan tangan yang indeks brachial, evaluasi edema
terlokalisasi,nekrosis, mati dan denyut, inspeksi kulit
rasa,muka pucat, kelemahan adanya luka pada arteri,
dank ram otot skala 4 ringan monitor tingkat
ketidaknyamanan, tempatkan
ujung kaki dan tangan dalam
posisi tergantung, berikan obat
antiplatelet
16
perawatan 1x24 jam status katerisasi urin, bantuan
nutrisi kalori, protein, perawatan diri
karbohidrat dengan skala 3
cukup adekuat
a.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok sirkulasi dapat dibagi menjadi 4 kategori dasar, yakni; (1) syok
hipovolemik, adalah syok yang disebabkan oleh hilangnya volume darah atau
plasma, (2) syok kardiogenik, yakni syok yang dikaitkan dengan kegagalan
pompa miokard, (3) syok obstruktif, berupa kondisi syok yang disebabkan
karena adanya obstruksi aliran darah extrakardium, seperti yang terlihat
pada pemasangan tamponade jantung, dan (4) syok distributif, yakni syok
yang ditandai dengan adanya proses yang hiperdinamis, seperti vasodilatasi
vaskular. Masing-masing dari keempat tipe syok di atas memiliki potensi
untuk menimbulkan kematian, dan salah satu yang sering ditemukan dalam
dunia medis adalah syok distributif.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan
dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan
interstitial adalah kira-kira 3-4 x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik
terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga menimbulkan
ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan
sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat
diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya
karena oligemia, hemoragi, atau kebakaran.
3.1 Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19