Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


“ LAPORAN PENDAHULUAN SYOK (HIPOVOLEMIK,
KARDIOGENIK, DISTRIBUTIF DAN OBSTRUKTIF)”

Dosen Pembimbing :
Ns. Merry Yolanda, MM

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Riri Arika Putri (1710105065)
2. Rahma Elmunawarrah (17101050)
3. Cyntia Iswari (1710105045)
4. Somia Pratama (17101050 )
5. Wulan Agustin (17101050 )
6. Indah Mayang Sari (1710105052)
7. Silvia Aggraini (17101050 )
8. Dera Murni (1710105047)
9. Ronaldo (1710105067)

KELAS VI B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Gawat Darurat. Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat
mengetahui gangguan gaya hidup dan menambah ilmu pengetahuan. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat dan teman-teman yang telah membantu penyusun sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang
dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.

Padang, April 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Defenisi syok............................................................................................

2.2 Jenis-jenis syok.........................................................................................


2.3 .................................................................................................................
2.4 .................................................................................................................

BAB III PENUTUP


1.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Syok merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan


tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi
yang tidak adekuat. Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat
(syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan
perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok
hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi
akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan
ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari
kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak.
Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah
gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal
ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan
dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara penanganannya
(Purwadianto, 2013).
Kebanyakan trauma berbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun
1900an telah memberi kesan yang angat signifikan pada perkembangan
prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik. Ketika Perang Dunia I, W.B.
Cannon merekomendasikan untuk memperlambat pemberian resusitasi cairan
sehingga penyebab utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan.
Pemberian kristalloid dan darah digunakan secara ekstensif ketika Perang
Dunia II untuk menangani pasien dengan keadaan yang tidak stabil.
Pengalaman yang di dapat semasa perang melawan Korea dan Vietnam
memperlihatkan bahawa resusitasi cairan dan intervensi pembedahan awal
merupakan langkah terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan trauma
yang menimbulkan syok hemoragik. Ini dan beberapa prisip lain membantu
dalam perkembangan garis panduan untuk penanganan syok hemoragik kaibat

4
trauma. Akan tetapi, peneliti-peneliti terbaru telah mempersoalkan garis
panduan ini, dan hari ini telah timbul pelbagai kontroversi tentang cara
penanganan syok hemoragik yang paling optimal (Hardiaman, 2014).
Berdasarkan paparan diatas maka kami ingin membahas tentang syok
yang hipovolemik, kardiogenik, distributif dan obstruktif agar bisa menambah
pengetahuan kita semua mengenai jenis syok ini.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui dan memahami konsep teori syok

2) Mengetahui apa saja jenis-jenis syok

3) Mengetahui

4) Mengetahui

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SYOK HIPOVOLEMIK

A. Pengertian
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan
tidak adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan
(Purwadianto.A,2013).
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum
ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung
dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%. Syok hipovolemik terjadi apabila ada
defisit volume darah ≥15%, sehingga menimbulkan ketidakcukupan
pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa
metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat diakibatkan
oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya karena
oligemia, hemoragi, atau kebakaran (Hardiaman,2014).
B. Faktor Penyebab

Pada umumnya syok hipovolemik disebabkan karena perdarahan,


sedang penyebab lain yang ekstrem adalah keluarnya garam (NaCL). 
Syok misalnya terjadi pada : patah tulang panjang, rupture spleen,
hematothorak, diseksi arteri, pangkreatitis berat. Sedang syok hipovolemik
yang terjadi karena berkumpulnya cairan di ruang interstisiil disebabkan

6
karena: meningkatnya permeabilitas kapiler akibat cedera panas, reaksi
alergi, toksin bekteri.

Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada


organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa
merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah
dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar
hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok
hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang
timbul seputar cara penanganannya.
Penyebab syok ada 2 macam yaitu:
1. Hemoragik/pendarahan (trauma, perdarahan)
2. Non hemoragik (dehidrasi, muntah, diare, luka bakar, asites, peritonitis,
ileus obstruktif, edema, dieresis yang berlebihan)
C. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara
mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem
kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin.system hematologi
berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh
darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk
sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan
menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk.
Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang
sempurna dan formasi matur.
1. Efek Syok Selular
Pada kondisi tubuh yang mengalami syok, sel-sel tidak mendapat
pasokan darah yang adekuat sehingga terjadi kekurangan oksigen dan
nutrien dalam sel, karenanya sel-sel melalui metabolisme anaerob
harus menghasilkan energi. Metabolisme ini menghasilkan tingkat
energi yang rendah dari sumber nutrien dan lingkungan intraseluler

7
yang bersifat asam. Perubahan ini mengakibatkan fungsi normal sel
menurun; sel membengkak dan membrannya menjadi lebih permeabel
sehingga memungkinkan elektrolit dan cairan untuk merembes dari
dan ke dalam sel yang pada akhirnya menyebabkan pompa kaliun-
natrium menjadi terganggu. Akibatnya, struktur sel (mitokondria dan
lisosom) menjadi rusak dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Respons Vaskular
Jumlah oksigen yang dikirimkan ke sel bergantung pada aliran
darah ke area spesifik dan pada konsentrasi oksigen (Gould, dalam
Smeltzer & Bare, 2002). Darah secara kontinu didaur ulang kembali
melalui paru-paru untuk di reoksigenasi. Otot jantung memberikan
pompa darah yang dioksigenasi keluar jaringan tubuh (proses sirkulasi
ini difasilitasi oleh arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler dimana
vaskulator tersebut dapat berdilatasi dan berkontriksi sesuai dengan
mekanisme pengatur pusat dan lokal). Mekanisme pengatur pusat
menyebabkan dilatasi dan kontriksi vaskulator untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat. Selain itu, ada juga mekanisme
pengaturan lokal, disebut sebagai otoregulasi, menyebabkan
vasodilatasi dan vasokontriksi dalam berespon terhadap bahan kimia
yang dilepaskan oleh sel-sel yang mengkomunikasikan kebutuhannya
akan oksigen dan nutrient (Niedringhaus, Smith-Collins, & Myers,
dalam Smeltzer & Bare, 2002).

3. Pengaturan Tekanan Darah


Ada 3 komponen utama sistem sirkulatori yaitu volume darah,
pompa jantung, dan vaskulator yang harus berspon terhadap kompleks
sistem umpan balik neural, kimiawi, dan hormonal untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat dan akhirnya
memberikan perfusi jaringan tubuh yang adekuat pula. Tekanan darah
diatur melalui interaksi kompleks sistem umpan balik neural, kimia,

8
dan hormonal yang akan mempengaruhi curah jantung dan resistensi
perifer.

Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup (jumlah darah


yang dikeluarkan jantung saat sistole) dan frekuensi jantung,
sedangkan resistensi perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Perfusi
jaringan dan organ ditentukan oleh tekanan rerata arterial (MAP).
MAP rata-rata 80-120 mmHg diperlukan untuk mendapat oksigen dan
nutrient untuk mengerahkan energy dalam jumlah yang cukup untuk
sel bertahan hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
Mekanisme utama yang mengatur tekanan darah melalui
baroreseptor (reseptor tekanan) terletak pada sinus karotis dan arkus
aorta. Reseptor tekanan ini menghantarkan impuls ke pusat saraf
simpatik yang terletak di medulla otak. Pada kejadian turunnya
tekanan darah, katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dilepaskan
dari medulla adrenal sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi
jantung dan vasokontriksi, dengan demikian memulihkan tekanan
darah. Kemoreseptor yang terletak di arkus aorta dan arteri karotis
mengtur tekanan darah dan frekuensi pernapasan menggunakan
mekanisme yang sama. Disamping itu, ginjal juga mengatur tekanan
darah yang disebabkan oleh pelepasa renin, yang menyebabkan
pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, yaitu vasokontriktor
yang poten. Efek ini secara tidak langsung menyebabkan pelepasan
aldosteron dari korteks adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan
air. Kadar natrium yang meningkat menstimulasi pelepasan ADH oleh
kelenjar pituitary. ADH juga menyebabkan ginajl menahan air lebih
banyak dalam upaya untuk meningkatkan volume darah (Smeltzer &
Bare, 2002).

Pathway (mulai etiologi, tanda dan gejala, sampai penatalaksanaan


medis)

9
Kehilangan cairan eksternal: Perpindahan cairan internal:
Trauma Hemoragi internal
Pembedahan Luka bakar
Muntah-muntah Asites
Diare peritonitis
Dieresis
Diabetes insipidus
Manifestasi klinis syok hivopolemik :
1.Kulit dingin, pucat, dan vena kulit
Syok Hipovolemik kolaps
2.Takhikardi: peningkatan laju jantung
dan kontraktilitas
3.Hipotensi
Tubuh kehilangan
4. Oliguria: produksi urin umumnya
Oksigen dan darah
akan berkurang pada syok hipovolemik.

Hipovolemia Defisit volume Metabolisme anaerob


cairan

menghasilkan energi tingkat


Cardiac filling
rendah (bersifat asam)

Cardiac output oksigen menurun dan karbondioksida


meningkat

TD
Hipoperfusi alveoli
Peningkatan
Tonus simpatik nadi
Nafas cepat Pola nafas tidak
efektif
Vasokonstriksi
Pembuluh darah

Kulit

Gangguan perfusi
Akral dingin
jaringan
Gangguan eliminasi Ginjal menahan air
urin lebih banyak
Angiotensin I
Pelepasan aldosteron
dari korteks adrenal Retensi Na+air Pelepasan ADH oleh
Angiotensin II kelenjar pituitari

Sumber : (Hardiaman,2014).

D. Tahap Syok Hipovolemik


a. Tahap I :

10
 Terjadi bila kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
 Terjadi kompensasi dimana biasanya cardiak output dan tekanan
darah masih dapat dipertahankan
b. Tahap II :
 Terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
 Tekanan darah turun, po2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
c. Tahap III
 Bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
 Terjadi penurunan : tekanan darah, cardiak output,po2, perfusi
jaringan secara cepat

E. Manifestasi klinis syok hivopolemik :


1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas
3. Hipotensi
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik.

F. Komplikasi
1. Kerusakan Ginjal
2. Kerusakan Otak
3. Gangren pada lengan atau tungkai hingga amputasi
4. Serangan Jantung
5. Syok yang berat dapat berujung pada kematian
G. Penatalaksanaan medis :
1. Pasang insfus 2 jalur
2. Berikan larutan kristaloid
3. Terapi obat medikamentosa seperti obat dopamine
H. PemeriksaanPenunjang
No JenisPemeriksaan Nilai pemeriksaan
1 Sel Darah Putih Ht mungkin meningkat pada status

11
hipovolemik karena hemokonsentrasi.
leukopenia (penurunan sel darah putih)
terjadi sebelumnya, dikuti oleh
pengulangan leukositosis (15.000-
30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang
mempublikasikan produksi sel darah
putih tak teratur dalam jumlah besar.
2 Elektrolit serum berbagai ketidakseimbangan mungkin
terjadi dan menyebabkan asidosis,
perpindahan cairan, dan perubahan
fungsi ginjal.
3 Pemeriksaan Trombosit terjadi penurunan
pembekuan (trombositopenia) dapat terjadi karena
agregasi trombosit. PT/PTT mungkin
memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
4 Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,
disfungsi hati, syok.
5 Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi
menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai
respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme
6 Urinalisis adanya SDP/bakteri penyebab infeksi.
Sering kali muncul protein dan SDM.
7 Sinar X film yang mengindentifikasikan udara bebas
abdominal dan dada didalam abdomen dapat menunjukan
bagian bawah infeksi karena perforasi abdomen /
organ pelvis.
8 EKG dapat menunjukan perubahan segmen
ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.

12
I. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian emergency nursing, secara umum terdiri dari : primary
survey, sekundery survey, dan tersier survey. Primery survey
meliputi: airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
Sekundery survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier
survey dilakukan selain pengkajian primery dan sekundery survey,
semisal riwayat penyakit keluarga.
a. Primary survey
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera
yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E.
Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk
memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan
menyusul bila keadaan penderita mengijinkan. Metode
pengkajian dalam primary survey ini yaitu: cepat, ermat, dan
tepat yang dilakukan dengan melihat (look), mendengar (listen),
dan Merasakan (feel).
Airway dan breathing : Prioritas pertama adalah menjamin
airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan
oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen lebih dari 95%.
Airway (jalan napas):
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen,
dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya
obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan
kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat
bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit
perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung,
posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah.
Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu
bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan

13
obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan
suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa
obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada tahap ini
perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung
pasien.
Breathing (bernapas):
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah
pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau
tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap
listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan
suara tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan
pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan
pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.
Cirkulasi (kontrol perdarahan)
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung,
peredaran darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau
tidak. Pada tahap look atau melihat, yang dilakukan yaitu
mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per
menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya
keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery reptile,
dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang
dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis,
dan carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada
tahapan lesson, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat
dilakukan pengukuran tekanan darah.
Disability ( pemeriksaan neurologi)
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale),
dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal
yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan
pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak,

14
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan
perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak
harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal
dari cidera intra kranial.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah
d. Gangguan eliminasi urineberhubungan dengan penyebab
multiple

3. Perencanaan keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Noc : setelah diberikan Nic : manajemen hipovolemi :
perawatan 1x24 jam monitor status hemodinamik,
keseimbangan cairan pada monitor asupan dan
tekanan darah, denyut nadi pengeluaran, berikan cairan IV
radial, turgor kulit skala 4 isotonic (ringer laktat), berikan
sedikit terganggu produk darah, monitor adanya

15
reaksi transfuse darah, lakukan
autotransfusi untuk kehilangan
darah.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Noc : setelah diberikan Nic : manajemen jalan
perawatan 1x24 jam statusa nafas:buka jalan nafas dengan
pernafasan membaik dibuktikn tehnik chin lift, posisikan pasien
dengan frekuensi memaksimalkan ventilasi,
pernafasan,kedalaman identifikasi kebutuhan
pernafasan, kepatenan jalan actual,masukkan alat
nafas skala 4 deviasi ringan nasopharyngeal,auskultasi suara
dari kisaran normal nafas dan catat area ventilasi
yang menurun, lakukan
penyedotan melalui endotrakeal,
kolaborasikan obat
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan vasokontriksi pembuluh darah
Noc : setelah diberikan Nic : perawatan sirkulasi
perawatan 1x24 jam perfusi insufisiensi arteri: lakukan
jaringan membaik dibuktikan pemeriksaan fisik system
dengan edema perifer, nyeri kardiovaskuler, tentunkan
diujung kaki dan tangan yang indeks brachial, evaluasi edema
terlokalisasi,nekrosis, mati dan denyut, inspeksi kulit
rasa,muka pucat, kelemahan adanya luka pada arteri,
dank ram otot skala 4 ringan monitor tingkat
ketidaknyamanan, tempatkan
ujung kaki dan tangan dalam
posisi tergantung, berikan obat
antiplatelet

d. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran


kemih
Noc : setelah diberikan Nic : manajemen cairan,

16
perawatan 1x24 jam status katerisasi urin, bantuan
nutrisi kalori, protein, perawatan diri
karbohidrat dengan skala 3
cukup adekuat

a.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syok sirkulasi dapat dibagi menjadi 4 kategori dasar, yakni; (1) syok
hipovolemik, adalah syok yang disebabkan oleh hilangnya volume darah atau
plasma, (2) syok kardiogenik, yakni syok yang dikaitkan dengan kegagalan
pompa miokard, (3) syok obstruktif, berupa kondisi syok yang disebabkan
karena adanya obstruksi  aliran darah extrakardium, seperti yang terlihat
pada pemasangan tamponade jantung, dan (4) syok distributif, yakni syok
yang ditandai dengan adanya proses yang hiperdinamis, seperti vasodilatasi
vaskular. Masing-masing dari keempat tipe syok di atas memiliki potensi
untuk menimbulkan kematian, dan salah satu yang sering ditemukan dalam
dunia medis adalah syok distributif.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan
dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan
interstitial adalah kira-kira 3-4 x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik
terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga menimbulkan
ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan
sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat
diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya
karena oligemia, hemoragi, atau kebakaran.

3.1 Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hardiaman (2014). Buku Gawat Darurat Medis Praktik. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Muslihah (2010). Buku Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha


Medika

Moorhead,S.et all. (2015 - 2017). Buku Diagnosis Keperawatan Nanda Noc


Nic. edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC

Purwadianto.A (2013). Buku Kedaruratan Medic. Edisi Revisi. Tanggerang


Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

19

Anda mungkin juga menyukai