Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR CEREBRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Departemen Gawat


Darurat

NOVIANA RAMBU HAMMU


190614901263

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Tumor Otak
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain
disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
Tumor serebri adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal,
primer metastasik yang terjadi didalam otak dan stuktur penyokong. Tumor
otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati
ruang didalan tengkorak. Tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa
berbentuk bola juga dapat menyebar kejaringan.
2. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
3. Klasifikasi Tumor Otak
a. Berdasarkan Jenis Tumor
1) Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang
berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan
perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini
sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan
otak.
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
 Astrocytoma (grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia
yang paling bersifat kemosensitif.
 Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.
Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor
dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan
letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
 Glioma :
a) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi
di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum.
b) Astroscytoma
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma
tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya
dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
 Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%),
dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit
neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya
tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis
dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di
basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum
sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera
mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang
progresif
2) Tumor Infratentorial
 Schwanoma Akustikus
 Tumor Metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor
primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun
neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan
tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
a) Meningioma Meningioma merupakan tumor terpenting yang
berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan
penyambung araknoid dan dura.
b) Hemangioblastoma Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam
serebelum.
4. Manifestasi Klinik Tumor Otak
a. Menurut lokasi tumor :
1) Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau
tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2) Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3) Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4) Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5) Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
6) Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7) Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi
b. Tanda dan Gejala Umum :
1) Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk,
membungkuk
2) Kejang
3) Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur,
mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda
vital, afasia.
4) Perubahan kepribadian
5) Gangguan memori
6) Gangguan alam perasaan
c. Trias Klasik ;
1) Nyeri kepala
2) Papil oedema
3) Muntah

5. Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar
tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang
yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami,
namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan).
6. Pathway Tumor Otak

7. Komplikasi Tumor Otak


Adapun komplikasi umum yang dapat kita temukan pada pasien yang
menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologis
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Peningkatan Tekanan Darah
e. Kejang
f. Peningkatan TK
g. Perubahan dalam kesadaran
Komplikasi tumor serebri post operasi :
a. Edema cerebral
b. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
c. Hypovolemik syok
d. Hydrocephalus
e. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes
Insipidus)
f. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki
post operasi, ambulatif dini.
g. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapylococus auereus,
organism garam positif stapylococus mengakibatkan pernanahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka
dengan memperhatikan aseptic dan antiseptic. Kerusakan integritas kulit
sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.Dehisensi luka
merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya
organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau
eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan
8. Penatalaksanaan Tumor Otak
Pasien tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnahkan semua tumor, salah satu variasi pengobatan dapat
digunakan pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasi dan
kemungkinan untuk dicapai dengan mudah. Kombinasi ini dapat digunakan
sebagai modal.
a. Pendekatan Pembedahan Konvensional ( Kraniotomi)
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan
pertumbuhan atau abnormalitas didalam kranium ; terdiri atas
pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan
pencapaian pada struktur intrakranial.
Craniotomy adalah pengangkatan bagian dari tulang tengkorak
termasuk melakukan pembuatan lubang dengan bor. Pendekatan ini
digunakan untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik,
astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga,
tumor konginetal (kista dermoit, glanuloma). Untuk pasien –psien
dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan
pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan
yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nekrotik, dan
mengurangi bagian yang besar dari tumor.
b. Pendekatan Stereotaktik
Dapat digunakan Laser dan radiasi, radioisotop (131I) dapat
ditempelkan langsung kedalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi
pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada
jaringan otak disekitarnya.
c. Penggunaan Pisau Gamma U/ bedah Radio
Untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering
dilakukan sendiri. Keuntungan metode ini : tidak membutuhkan insisi
pembedahan, kerugiannya : waktu lambat diantara pengobatan dan
hasil yang diharapkan.
d. Kemoterapi dan Radiasi Eksternal
Hal ini bisa digunakan dengan satu model atau kombinasi. Terapi radiasi
merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang
mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

B. Kosep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll
b. Riwayat kesehatan :
 keluhan utama
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat Kesehatan lalu
 Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan fisik :
 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
 Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
 Jantung : bradikardi, hipertensi
 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
 Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
a) Riwayat keluarga denga tumor
b) Terpapar radiasi berlebih.
c) Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan
diplopia
d) Kecanduan Alkohol, perokok berat
e) Terjadi perasaan abnormal
f) Gangguan kepribadian / halusinasi
 Pola nutrisi metabolic
a) Riwayat epilepsy
b) Nafsu makan hilang
c) Adanya mual, muntah selama fase akut
d) Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
e) Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
 Pola eliminasi
a) Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
b) Bising usus negative
 Pola aktifitas dan latihan
a) Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran
b) Resiko trauma karena epilepsy
c) Hamiparase, ataksia
d) Gangguan penglihatan
e) Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
 Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
 Pola persepsi kognitif dan sensori
a) Pusing
b) Sakit kepala
c) Kelemahan
d) Tinitus
e) Afasia motoric
f) Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
g) Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
h) Penurunan memori, pemecahan masalah
i) Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
j) Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
k) Tidak mampu merekam gambar
l) Tidak mampu membedakan kanan/kiri
 Pola persepsi dan konsep diri
a) Perasaan tidak berdaya dan putus asa
b) Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
 Pola peran dan hubungan dengan sesame
a) Masalah bicara
b) Ketidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi
verbal/bicara pelo)
 Reproduksi dan seksualitas
a) Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
b) Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a) Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b) Mekanisme koping yang biasa digunakan
c) Perasaan tidak berdaya, putus asa
d) Respon emosional klien terhadap status saat ini
e) Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f) Mudah tersinggung
 Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol
terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam
nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
b. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan :
nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah
bila klien batuk, mengejan, membungkuk
c. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran
d. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
e. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
f. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
3. Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien meliputi :
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi Gangguan pertukaran gas dapat teratasi 1. Bebaskan jalan nafas
neuromuskuler (hilangnya kontrol
2. Pantau vital sign
terhadap otot pernafasan ), ditandai
dengan : perubahan kedalamam nafasn, 3. Monitor pola nafas, bunyi nafas
dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
4. Pantau AGD

5. Monitor penururnan gas darah

6. Kolaborasi O2
Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d Rasa nyeri berkurang 1. pantau skala nyeri
peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri
2. Berikan kompres dimana pada area yang sakit
kepala terutama pagi hari, klien merintih
kesakitan, nyeri bertambah bila klien 3. Monitor tanda vital
batuk, mengejan, membungkuk
4. Beri posisi yang nyaman

5. Lakukan Massage

6. Observasi tanda nyeri non verbal

7. Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang

8. Catat adanya pengaruh nyeri


9. Kompres dingin pada daerah kepala

10. Gunakan teknik sentuham yang terapeutik

11. Observasi mual, muntah

12. Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan,


prednison, antiemetik
Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot Tidak terjadi cidera 1. Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
sekunder terhadap depresi SSP, ditandai
2. Pantau tingkat kesadaran
dengan : kejang, disorientasi, gangguan
penglihatan, pendengaran 3. Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian

4. Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,

5. Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas


Perubahan proses pikir b.d perubahan Mempertahankan orientasi mental dan 1. kaji rentang perhatian
fisiologi, ditandai dengan disorientasi, realitas budaya
2. Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian
penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
sebelum mengalami trauma dengan respon klien
sekarang

3. Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf,


keberadaan staf sebanyak mungkin

4. Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis

5. Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif

6. Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal


yang diungkapkan klien/keluarga

7. Instruksikan untuk melakukan rileksasi

8. Hindari meninggalkan klien sendiri


Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia Gangguan perfusi jaringan 1. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jaringan, ditandai dengan peningkatan berkurang/hilang tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi
TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan dan potensial peningkatan TIK
jaringan otak, depresi SSP dan oedema
2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan
nilai standart

3. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

4. Pantau tekanan darah

5. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil,


ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur

6. Pantau suhu lingkungan

7. Pantau intake, output, turgor

8. Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,


untah

9. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang


tidak sesuai

10. Tinggikan kepala 15-45 derajat


Cemas b.d kurang informasi tentang Rasa cemas berkuang 1. kaji status mental dan tingkat cemas
prosedur 2. Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan
gejala

3. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian

4. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan


perasaan takut

5. Libatkan keluarga dalam perawatan


4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia
(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan
pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan,
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan
keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model
dokumentasi POR ( Promblem Oriented Record ) menggunakan SOAPIE
(subyek, obyek, analisa, planning, implementasi, evaluasi ). Dalam setiap
diagnosa keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan kemudian
penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan waktu
dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf oleh penulisan.
Daftar Pustaka

Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika


Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai