Disusun Oleh:
Kelompok 3/6B
Nama NIM
202l
İ
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa atas segala rahmat, serta taufik dan
hidayah- Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Saiful Nurhidayat, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 yang telah memberikan tugasini kepada
kami.
Karena kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, mengingat tidak ada sesuattu yang
sepurna tanpa saran yang membangun. Oleh karena itukami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan dari harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi parapembaca, untuk kedepannnya dapat memperbaiki isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi dan sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata.
Penulis
İİ
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
@A@ l PENDAHULUAN.............................................................................................................. 6
İ
@A@ l
PENDAHULUAN
l.l Latar @ciagakm
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi
otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa
gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem
otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering
terjadi pada pederita epilepsy.
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak
dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap
munculnya bangkitan.Selain itu penyebab epilepsy cukup beragam; cedera otak,
keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak. Epilepsy dapat terjadi pada laki-
laki maupun
perempuan, umur berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsy meliputi 1-2%
dari populasi. Secara umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsy menunjukkan
pola bimodal: puncak insidensi terdapat pda golongan anak dan usia lanjut.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.Pengguna
narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin
mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan
terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara
131 orang mengidap epilepsi. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para
orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi
dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup.
Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan
kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir.
Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia
mengidap epilepsi (2004 Epilepsy.com).
6
2. Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Epilepsi?
6
l.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Penyakit Epilepsi
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Epilepsi
l.4 Manfaat
1. Menambah Pengetahuan Tentang Konsep Penyakit Epilepsi
2. Menambah Pengetahuan Tentang Asuhan Keperawatan Untuk Penyakit Epilepsi
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.l KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Epilepsi adalah istilah untuk cetusan langsung listriklokal pada subtansi
grisea otak yang terjadi sewaktu waktu, mendadak, dan sangat cepat.
Secara klinis epilepsi merupakan gangguan paroksimal dimana cetusan
neuronkorteks serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran,
perubahan fungsi motorik atau sensorik, perilaku atau emosional yang
intermiten dan stereotipik. Epilepsi adalah gangguan kronis pada otak yang
terdapat di seluruh dunia yang ditandai dengan kejang berulang. Di beberapa
bagian dunia, orang- orang yang menderita epilepsi dan keluarga mereka
menerima stigma yang buruk sehingga mengakibatkan terjadinya diskriminasi.
Epilepsi juga dapat diartikan adalah salah satu kelainan neurologi kronik
yang bisa terjadi pada segala usia terutama pada usia anak. Epilepsi merupakan
manifestasi gangguan fungsi otak dengan gejala yang khas yaitu kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan
paroksismal. Epilepsi ditandai dengan sedikitnya 2 kali atau lebih kejang tanpa
provokasi dengan interval waktu lebih dari 24 jam.
Keadaan ini tidak hanya berdampak pada segi medis tetapi juga
1
adalah penyakit otak yang didefinisikan oleh salah satu kondisi berikut
1
1. Minimal terdapat dua bangkitan tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan sama6
dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan tanpa provokasi/
bangkitan refleks.
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi. Bangkitan refleks adalah
bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus spesifik, seperti
stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan somatomotor. Epilepsi
dianggap terselesaikan bagi individu yang memiliki sindrom epilepsi
tergantung usia tetapi sekarang melewati usia yang berlaku atau mereka
yang telah bebas kejang selama 10 tahun terakhir, dengan tidak ada
menggunakan obat kejang selama 5 tahun terakhir.
2.1.2 Klasifikasi
Epilepsi diklasifikasikan menjadi dua pokok umum klasofikasi epilepsi
dengan sindrom epilepsi dan klasifikasi berdasarkan tipe kejang.
a) Klasifikasi epilepsi dan sindrom
epilepsi Berdasarkan penyebab
1. Epilepsi idiopatik : bila tidak diketahui penyebabnya, epilepsi pada
anak dengan paroksimal oksipital
2. Simtomatik : bila ada penyebabnya, letak fokus pada semua lobus otak
b) Klasifikasi tipe kejang epilepsi ( brown, 2008 )
1. Epilepsi kejang parsial (lokal fokal )
a. Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan
kesadaran tetap normal.
Dengan gejala motorik :
• Fokal motorik tidak menjalar : epilepsi pada satu bagian
tubuh saja
• Fokal motorik menjalar : epilepsi di mulai dari satu bagian
tubuh dan menjalar meluas kedaerah lain. Disebut juga
epilepsi jacson.
7
• Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh
• Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku
dalam sikap tertentu
• Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang
terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi bunyi tertentu.
Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial ( epilepsi
di sertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indra
dan bangkitan yang disertai vertigo )
• Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti di tusuk
tusuk jarum.
• Visual : terlihat cahaya
• Auditoris : Terdengar sesuatu
• Gustoris : terkecap sesuatu
• Disertai vertigo
Dengan gejala atau tanda gangguan saraf atonom (sensasi
epigastrium, pucat , berkeringat, membera, pioreksi, dilatasi pupil)
Dengan gejala psikis ( gangguan fungsi luhur )
• Disfagia : gangguan bicara misalnya mengulag suatu suku
kataatau bagian kalimat
• Dimensia : gangguan proses ingatan seperti merasa sudah
mengalami, mendengar, melihat atau sebalinya. Mungkin
8
b. Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang ditandai gangguan
kesadaran.
Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran
mula mulai baik kemudian baru menurun
• Dengan gejala parsial sederhana A1-A4, gejala gejala pada
golongan A1-A4 diikuti dengan menurunya kesadaran
• Dengan Automatisme, gerak gerakan perilaku yaang timbul
dengan sendirinya, misal gerak menelan, mengunyah, raut
muka berubah seringkali seperti ketakutan, memegang
kancing baju, berjalan.
Dengan penurunan kesadaran sejak serangan: kesadaran
menurun sejak pemulaan kesadaran.
•
Hanya dengan penurunan kesadaran
•
Dengan automatisme
c. Epilepsi Parsia yang berkembang menjadi bangkitan umum (
tonik- klonik )
• Epilepsi parsial sederhana yang berkembang menjadi
bangkitan umum
• Epilepsi parsial kompleks yang berkembang yang menjadi
bangkitan umum
•
Kejang klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerak menyentak, repetitif,
tajam, dan tunggal multiple, di lengan tungkai atau torso.
Dijumpai sekali pada anak.
Kejang tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot otot
hanya menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas,
flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada
anak.
8
Kejang tonik-klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur diatas balita yang
terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan
aura, yaitu tanda tandayang mendahului epilepsi. Pasien mendadak
jatuh pingsan, otot otot seluruh badan kaku. Kejang kaku
berlangsung kira kira ¼-½ menit bangkitan ini biasanya berhenti
sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila
pembetuka ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi
berbusa karena hembusan nafas.mungkin pula pasien kencing
ketika mendapat serangan. Setelah berhenti pasien tidur berapa
lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang rendah, atau
langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal pegal, lelah,
nyeri kepala
Kejang Atonik
Pada keadaan ini otot otot seluruh badan mendadak
melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik
atau menurun sebentar. Epilepsi ini sering dijumpai pada anak.
c. Epilepsi Kejang tak tertolongkan
Ini termasuk golongan bangkitan pada bayi berupa gerak
bola mata yang ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenaang,
menggigil, atau pernapasan yang mendadak berhenti sebentar.
2.1.3 Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik), sering
terjadipada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera kepala, infeksi sistem saraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol
4. Demam, gangguan metabolic (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor otak
6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007)
8
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab
utama, ialah epilepsy idopatik, remote simtomatik epilepsy (RSE), epilepsy
simtomatik akut, dan epilepsy pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan
otakpada saat peri atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis
epilepsy menonjol, ialah epilepsy idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
prognosis yang baik dan yang buruk.
Dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan,
definisi neurologic dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai
prediksi sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi deficit neurologic maka dalam waktu
12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang. Apabila
deficit neurologic terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya
bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut
akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan petama dan 36 bulan pertama untuk
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukkan bangkitan
ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
2.1.4 Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta
neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain dinamakan
GABA (gama- amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran
aktivitas listrik saraf dalam sinaps. Bangkitan epilepsy dicetuskan oleh suatu
sumber gaya listrik di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini
8
aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neuron-neuron
disekitarnya dan demikian
8
listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadan demikian akan terlihat kejang yang
mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke anggota/bagian gerak yang
lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer
yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia
retikularis dan inti pada thalamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-
impuls ke belahan otak yang lain dengan demikian akan terlihat manifestasi
kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Selain itu, disebabkan oleh instabilitas memban sel saraf, sehinggal sel
lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya influx
natrium ke intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar membrane
sel itu masuk ke dalam membrane sel sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,
yang menggangu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron.
8
defisiensi asam gama-aminobutirat (GABA).
8
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa
atau elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron
sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. Gangguan
keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolic yang terjadi selama dan segera setelah
kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy akibat
hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolic secara drastic
meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saarf motorik dapat meningkat menjadi
1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan
glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan
setelah kejang. Asam glutamate mungkin mengalami deplesi (proses
berkurangnya cairan atau darah dalam tubuh terutama karena pendarahan; kondisi
yang diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh berlebihan) selama aktivitas
kejang.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari Epilepsi, yaitu :
1. Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak
atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena
halusinatorik, psikoilusi, atau emosionalkompleks. Pada kejang parsial
sederhana, kesadaran penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana,
tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan
otomatisme.
2. Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak
8
atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan
8
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai
amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau
halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan,
leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat.
Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat
dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata
8
2.1.6 Pathway
TrauTmr aulmahairla,
Faktor idiopatik KeruKsaekraunsan hcierd, ecreadkeerapala,
keaunron
demam,
gkaenpgalgau,adnemaemtab,
PenurunaPnenstuarb olic, tumor otak
uinliasnasi
membranstsaibnia KKeteidtiadkaksesiemimbabnagnagnan
lipssasi neurnoeturarontsrmanisttmeriter
Invlux Na ke
intraseluler
Invlux Na ke Depolarisasi asetilkolin (zat GABAGmABenAurmunenz
uartuinhziabtitif
PeniPngeknaintagnkaNt
GanggGuaanngpgaulanripsasliar(ihsiapsei r( hpiapl ae r i s a s i ) Kerusakan
andNalam intrasel berfikir
berlebihan
KetKideatkidsaekimseb GanggGuangPgeura
iamnbgangiaon snepsi
Niaon&NKa SenPseorsiepsi
&Ka
KeKtiedtaidkaksesimei
bmabnagnagnan Risiko Cedera
eleketrloeklitrol
it
Gangguan depolarisasi
Kejang Isolasi Sosial
(kelistrikan syaraf)
Kesadaran Napas
Akumul
menurun asi Tidak
Refleks menelan
Bersihan
menurun
Jalan
Gangguan peredaran Aktivitas otot
darah meningkat
CO menurun Metabolisme
meningkat
Permeabilitas kapiler
menurun
Risiko Perfusi
81
Serebral Tidak
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang di akibatkan oleh epilepsi adalah terjadinya gangguan
listrik di otak yang terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan kerusakan otak
akibat hypoksia bahkan bisa berakibat kematian.
Menurut Baticaca (2008), komplikasi penyakit epilepsy antara lain;
kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental, timbul depresi dan keadaan
cemas.
Purba (2008): Retradasi mental, IQ rendah, Kerusakan otak akibat hipoksia
jaringan otak (Hal ini akan menyebabkan efek samping pada penurunan prestasi
belajar terutama bagi penderita yang masih dalam masa belajar (penurunan fungsi
kognitif)).
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi.
a. Amati faktor pemicu.
b. Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya: stress, konsumsi kopi dan
alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
2. Farmakologi.
Menggunakan obat-obat antiepilepsi, yaitu :
a. Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivitasi kanal Na, meurunkan kemampuan syaraf untuk meghantarkan
muatan listrik. Contoh: Fenitoin, Karbamazepin, Lamotrigin, Okskarbazepin,
Valproat.
b. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitor GABAergik:
• Agonis reseptor GABA, meningkatkan transmisi inhibitori dengan
mengaktifkan kerja reseptor GABA. Contoh: Benzodiazepin, Barbiturat.
• Menghambat GABA transaminase, konsentrasi GABA meningkat.
Contoh: Vigabatrin.
• Menghambat GABA transporter, memperlama aksi GABA. Contoh:
Tiagabin.
• Meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal dengan
menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikularpool, contoh:
1
Gabapentin
1
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengakjian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku
bangsa, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
b) Keluhan Utama Klien
Pada anamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada
saat itu seperti yang sering menjadi alasan klien adalah terjadinya
kejang berulang dan penurunan tingkat kesadaran.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya seperti kapan mulai
1
beraktivitas yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang lain. Tanda
2
yaitu perubahan tonus, kekuatan otot, gerakan involunter, kontraksi
otot.
b) Sirkulasi
Gejala yaitu hipertensi, peningkatan nadi, sianosis.
c) Eliminasi
Gejala yaitu inkontinensia ditandai dengan peningkatan tekanan
kandung kemih, dan tonus sfingter.
d) Makanan dan Cairan
Gejala yaitu sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang. Ditandai dengan kerusakan
jaringan lunak dan gigi (cedera selama kejang)
e) Neurosensori
Gejala riwayat sakit kepala, kejang berulang, pingsan, pusing dan
1
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Klien
Pada pengkajian fisik secara umum sering didapatkan pada awal
pasca kejang klien mengalami konfusi dan sulit untuk bangun. Pada
kondisi yang lebih berat sering dijumpai adanya penurunan
kesadaran.
Pengkajian untuk peristiwa kejang perlu dikaji tentang bagaimana
kejang sering terjadi pada klien, tipe pergerakan atau aktivitas, berapa
lama kejang berlangsung, diskripsi aura yang menimbulkan peristiwa,
status poskial, lamanya waktu klien untuk kembali kejang, adanya
inkontinen selama kejang.
b) Selain itu juga dilakukan pemeriksaan 6B yaitu:
• B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas dan