KATARAK
KELOMPOK :
IDA AYU DWINAYANTI 18E10013
I WAYAN EKA ANTARA 18E10014
I GEDE GANGGA KRISNU YOGA 18E10015
I KADEK GILANG DARMA YUDHA 18E10016
DESAK AYU PUTU INDAH PEBRIANI 18E10017
NI KOMANG MARLINTYA DEWI 18E10018
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk
mata kuliahkeperawatan medical bedah.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang
masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………………………i
Daftar isi………………………………………………………………………………………….ii
Bab I :pendahuluan……………………………………………………………………………….
…….1
BabII
pembahasan……………………………………………………………………………………....
2.3 etiologi………………………………………………………...……………………………..5
2,4 klasifikasi…………………………………………………………………………………….5
2.5 Patofisiologi………………….………………………………………………...…………….9
2.6 Pemeriksaan fisik……………………………………………………………………...……..13
2.7 Pemeriksaan diagnostic………………………………………………………………………13
2.8 Komplikasi…………………………………………………………………………………...16
2.9 Konsep asuhan keperawatan katarak……………………………………………..................16
Bab iii ;penutup
3.1 kesimpulan…………………………………………………………………………………...37
3.2 saran..………………………………………………………………………………………...37
3.3 daftar pustaka………………………………………………………………………………...38
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat
penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya
manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan
untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera kepada
setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor
khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang
terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan
eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh
darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai
perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen
menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk
mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk
eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera
ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya.
(4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti
mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima
indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca indera.
1.2 RumusanMasalah
1. apakah yang dimaksud dengan katarak ?
2. bagaimana konsep asuhan keperawatan pada katarak ?
1.3 tujuan
1. untuk mengetahui pengertian katarak
2. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada katarak
1.4 manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjelaskan konsep penyakit katarak dan mengetahui
Konsep asuhan keperawatan pada katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsepteoritispenyakitkatarak
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh
zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aquoeus, di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang
semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan
elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Masing-masing serat lamelar
mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer
lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul. Lensa ditahan di
tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula zinni), yang tersusun dari
banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Enam puluh
lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-
jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau
syaraf di lensa (Vaughan, 2000). Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar
untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi
lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf
otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh,
sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat. Lensa
adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari seratserat transparan. Kadang-kadang serta-serat ini
menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang
dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan
penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi (Sherwood,
2001).
2.1.2 Definisi
Definisi Katarak berasal dari bahasa Yunani ‘katarraktes‘ yang berarti air terjun karena pada
awalnya latarak dipikir sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa. Menurut WHO,
katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam
mata sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduaduanya ( Ilyas, 2009 ).
2.1.3 Etiologi
Penyebab katarak meliputi :
1. Degeneratif ( ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis dikarenakan proses
degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan besar
menjadi menurun penglihatanya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus pada mata
yang disebabkan oleh benda tajam/ tumpul, radiasi( terpapar oleh sinar –X atau benda-
benda radioaktif).
3. Penyakit mata lain, seperti uveitis.
4. Penyakit sistemik(diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak diabetika dikarenakan
gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga mengakibatkan kelainan
retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan
kerusakan pada retina.
5. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi virus prenatal)dan
katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek
kongenital. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis,
nutrisional, atau proses peradangan.
2.1.4 Klasifikasi
Macam-macam katarak :
1. Katarak senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar
saja. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa
karena proses penuaan.
Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium :
a. Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada
stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan
terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
b. Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai terserap cairan
mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi pembengkakan lensa yang
disebut sebagai katarak intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya mulai
berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini diakibatkan media penglihatan tertutup oleh
kekeruhan lensa yang menebal.
c. Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa. Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam penglihatan sangat menurun
dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.
d. Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
( katarak morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada
stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal, yang akan
mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata depan terbuka.
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan
terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital yang terjagi
sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak
ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa
akibat gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan. Pada
bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut
sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya difikirkan
diagnosis bandingan seperti retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik
viterus primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.
2.1.5 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih(bening), transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di ferifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukeus
mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke daerah di luar
lensa,misalnya,dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan menggangu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada
pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun menpunyai kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara
kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital
dan harus diidentifikasikan awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering menyebaban terjadinya katarak
meliputi sinar UV B,obat-obatan,alkhol,merokok,diabetes,dan asupan vitamin antioksi dan yang
kurang dalam waktu yang lama.
Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan
palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi
bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan
dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar(jelas terlihat ) tingkat tekanan
intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis,
biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu,
kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi.
Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea,
kamera anterior, iris, dan pupil.
Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat :
a. Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.
b. Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi
warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata.
c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda
asing.
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :
mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/
otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi: mengkaji intraorkuler (TIO)(NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup
glaukoma.
4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
5. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi lepeng optik,
papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak.
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.
2.1.7 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo,
1992).
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik
dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan
kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi
masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
berkerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila pandangan tajam mempengaruhi keamanan
atau kwalitas hidup, atau bila virsualisasi segmen posterior sangat perlu mengevalusi
perkembangan berbagi penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih
dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat
jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian
penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengamblian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.
Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena
sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang
dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan
klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak
bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau
psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
2.1.8 Pencegahan
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan, dan sebagai pendidik dan
praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal asuhan mata,
keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat dapat mencegah membantu orang
belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang atau penyebaran penyakit infeksi kepada orang
lain melalui praktek higiene yang baik. Perawat dapat mendorong pasien melakukan
pemeriksaan berkala dan dapat merekomendasikan cara mencegah cedera mata.
Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia pasien, faktor
resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler harus segera
menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak mengalami gejala tetapi yang berisiko
mengalami penyakit mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala. Pasien yang
menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti kortekosteroid, hidrokksikloroquin
sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur. Yang lainya harus
menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia 35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.
2.1.8 Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5. Komplikasi
yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
2. DiagnosaKeperawatan
a) Pre Operatif
1. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status
organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan-
kehilangan vitreus, pandangan kabur
3. Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
b) Post Operatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
2. Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan dengan fungsi
mata terpasang bebat
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan
informasi, keterbatasan kognitif.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedahpengangkatankatarak).
3.intervensi
a). pre-operatif
N Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
.
D
x
1 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam
1) Kaj iketajaman
1) Kebutuhan tiap individu dan
diharapkan dapat peng-lihatan, catat pilihan intervensi bervariasi
meningkatkan apakah satu atau sebab kehilangan penglihatan
ketajamanpenglihatandalamba dua mataterlibat. terjadilambat dan progresif.
tassituasiindividudenganKrite 2)
riaHasil : Memberikanpeningkatankenya
Mengenalgangguansensori
2) manan dan kekeluargaan,
dan Orientasikankliente menurun-kancemas dan
berkompensasiterhadapperuba hadaplingkungan. disorientasipascaoperasi.
han. 3) Terbangundalamlingkungan
yang tidak di kenal dan
Mengidentifikasi/memperbaik mengalamiketerbatasanpengliha
ipotensialbahayadalamlingkun tandapatmengakibatkankebingu
gan. nganterhadap orang tua .
4)
3) Observasitanda- Memberikanrangsangsensoritep
tandadisorientasi. atterhadapisolasi dan
menurunkanbingung.
5) Perubahanketajaman dan
kedalamanpersepsidapatmenyeb
abkanbingungpenglihatan dan
meningkatkanresikocederasamp
aipasienbelajaruntukmengkomp
ensasi.
6) Memungkinkan pasien melihat
4) Pendekatandarisisi objek lebih mudah dan
yang takdioperasi, memudahkan panggilan untuk
bicaradenganmenye pertolongan bila diperlukan.
ntuh.
5)
Ingatkanklienmeng
gunakankacamatak
atarak yang
tujuannyamemperb
esarkuranglebih 25
persen,
penglihatanperiferh
ilang dan
butatitikmungkinad
a.
6) Letakkanbarang
yang
dibutuhkan/posisi
bel
pemanggildalamjan
gkauan/posisi yang
tidakdioperasi.
2 Setelah Mandiri: Mandiri:
dilakukanasuhankeperawatans
1) Diskusikan apa
1) Membantu mengurangi rasa
elama 3x24jam yang terjadi pada takut dan meningkatkan kerja
diharapkantidakterjadicederad pascaoperasi sama dalam pembatasan yang
engan criteria hasil: tentang nyeri, diperlukan.
pembatasan 2) Menurunkan tekanan pada mata
Menyatakanpemahamanfaktor aktivitas, yang sakit, meminimalkan
yang penampilan, risiko perdarahan atau stress
terlibatdalamkemungkinanced balutan mata. pada jahitan/jahitan terbuka.
era. 2) Beri
3) Menurunkan stress pada area
pasienposisibersand operasi/menurunkan TIO.
Mengubahlingkungansesuaiin ar, kepalatinggi,
dikasiuntukmeningkatkankea atau miring kesisi
manan. yang 4) Memerlukan sedikit regangan
taksakitsesuaikeingi daripada penggunaan pispot,
nan. yang dapat meningkatkan TIO.
5) Meningkatkan relaksasi dan
koping, menurunkan TIO.
3)
Batasiaktivitasseper
timenggerakkankep
alatiba-tiba,
menggarukmata,
6) Digunakan untuk melindungi
membongkok.
dari cedera kecelakaan dan
4) Ambulasi dengan
menurunkan gerakan mata.
bantuan; berikan
7) Menunjukkan prolaps iris atau
kamar mandi
rupture luka disebabkan oleh
khusus bila sembuh
kerusakan jahitan atau tekanan
dengan anastesi.
mata.
5) Anjurkan
menggunakan
teknik manajemen Kolaborasi:
stres contoh,
8) Mual/muntah dapat
bimbingan meningkatkan TIO.
imajinasi, Memerlukan tindakan segera
visualisasi, nafas untuk mencegah cedera okuler.
dalam, dan latihan Diberikan untuk menurunkan
relaksasi. TIO bila terjadi peningkatan.
6) Membatasi kerja enzim pada
Pertahankanperlind produksi akueus humor
unganmatasesuaiin
dikasi.
7) Observasi
pembekakan luka,
bilik anterior
kempis, pupil
berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
8) Berikan obat sesuai
indikasi:
Antiemetic,
contohproklorperaz
in (Compazine),
Asetazolamid
c) Post-operatif
4.Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap pasien yang
mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang telah dirancang atau disusun
sebelumnya.
5. EvaluasiKeperawatan
Hasil AsuhanKeperawatan pada klien yang menderita katarak adalah sesuai dengan tujuan
yang pada intervensi. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang di harapkan atau perubahan
yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
dari makalah ini dapat di simpulkan bahwa Katarak adalah perubahan lensa mata
yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurutetiologinya yaitu katarak senile, kongenital,
traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata.Katarak hanya dapat diatasi melalui
prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi
tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Karena
kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak
diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.
3.2 saran
Katarak adalah suatu penyakit karana bertambahnya faktor usia.Jadi sebagai perawat
dapat memebrikan pendidikan dalam hal asuhan mata dan pencegahan penyakit mata
mencegah membantu orang belajar bagaimana mencegah infeksi pada mata. Kapan
dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia dan dilakukan
pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.4shared.com/office/YuTUhf_6/PATHWAY_KATARAK.htmldi akeses pada tanggal 19
desember 2019, pukul 16.00