Anda di halaman 1dari 19

Case Report Science

CORPUS ALIENUM

Disusun Oleh :

Nadia Elfika Putri 2210070200099

Pembimbing :
dr. Romi Yusardi, Sp.M (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF MATA RSAM


BUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


BAITURRAHMAH 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan case yang
berjudul “Glaukoma Sekunder” ini dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Romi Yusardi, Sp.M (K) yang
telah memberikan bimbingan serta arahan, sehingga case ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan tugas ilmiah ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga tugas ilmiah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dibidang ilmu kedokteran dan kesehatan dan juga bagi penulis sendiri.

Bukittinggi, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Tujuan Umum ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Khusus .............................................................................. 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 3

2.1 Kornea .......................................................................................... 3

2.1.1 Anatomi dan Histologi Kornea ................................................. 3

2.1.2 Fungsi Kornea ........................................................................... 5

2.2 Corpus Alinenum.......................................................................... 6

2.2.1 Definisi ...................................................................................... 6

2.2.2 Epidemiologi ............................................................................. 6

2.2.3 Patofisiologi .............................................................................. 6

2.2.4 Gambaran Klinis ....................................................................... 8

2.2.5 Diagnosis .................................................................................. 8

2.2.6 Penatalaksanaan ........................................................................ 9

2.2.7 Pencegahan ................................................. ............................. 10

2.2.8 Komplikasi ................................................. ............................. 10

BAB III LAPORAN KASUS ......................................................... 11

BAB IV PENUTUP......................................................................... 22

4.1 Kesimpulan............................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kornea merupakan organ pada mata yang sering terlibat trauma yang terjadi
pada mata. Kornea terlibat dalam 51% dari seluruh trauma okular. Prevalensi
kejadian trauma berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebesar 83% dan
perempuan 20%. Cedera spesifik pada kornea terdiri dari abrasi kornea, laserasi
kornea dan benda asing kornea. Corpus alienum atau benda asing pada kornea
merupaan trauma okular yang paling sering terjadi.1

Benda asing adalah suatu benda yang ada dalam tubuh yang seharusnya tidak
ada. Benda asing yang masuk ke mata biasanya berukuran kecil. Benda kecil
(serpihan logam atau kayu) sering melekat di daerah kornea, biasanya akan
tersapu sendiri oleh kejapan mata dan genangan air mata). Air mata akan keluar
sendiri bila mata terangsang oleh benda asing. Benda asing yang masuk ke mata
dengan kecepatan tinggi akan masuk ke bola mata dan biasanya tidak dapat keluar
sendiri. Adanya benda asing di mata akan mengalami gejala langsung seperti
perasaan tertekan atau tidak nyaman, sensasi benda asing di mata, nyeri pada
mata, adanya nyeri saat melihat cahaya, refleks berkedip berlebihan dan terdapat
kemerahan pada mata.2

Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari
ketiga perubahan berikut seperti Mechanical effect yaitu ketika benda asing
masuk ke dalam bola mata menembus kornea ataupun sklera. Setelah benda itu
menembus kornea maka beda akan ke dalam kamera okuli anterior dan
mengendap ke dasar. Jika ukuran benda sangat kecil benda dapat mengendap di
sudut bilik mata. Jika benda menembus lebih dalam lagi maka bisa
menggakibatkan katarak dan trauma. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus
vitreus. Bila benda melekat di retina, akan terlihat sebagai bagian yang dikelilingi
oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah merah.
Hingga akhirnya terjadi degenerasi retina.3

1
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi yang
mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan udem kelopak mata, konjungtiva, dan
kornea. Sel darah putih juga ikut berperan dalam reaksi inflamasi yang
mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infltrasi kornea.
Jika tidak dihilangkan benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis
jaringan.4

1.2 Tujuan Umum

Penulisan laporan kasus ini betujuan untuk melengkapi syarat


kepaniteraan klinik senior (KKS) bagian mata di RSUD DR. Achmad Mochtar
Bukittinggi.

1.3 Tujuan Khusus

Mengetahui hal-hal yang berhubungan mengenai Corpus Alienum mulai dari


Definisi sampai Penatalaksaan.

1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan acuan dalam mempelajari, memahami, dan
mengembangkan teori mengenai Corpus Alienum.
b. Bagi Institut Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan
yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan Corpus Alienum.
c. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai Corpus Alienum
serta cara pencegahannya.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kornea
2.1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 2. 1 Anatomi Kornea

Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak


mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea
berbentuk kubah berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola
mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu5:

1. Epitel kornea

Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung
kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini
mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di
permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di
bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.5

2. Membran Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat
kolagen tipe 1.5

3. Stroma kornea

3
Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen
tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas
terletak di antara serat-serat kolagen.5

4. Membran Descement

Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.5

5. Endotel kornea

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin
diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai
banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan
mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion
klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma
akan diserap oleh endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan
sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas refraksi kornea. Kornea bersifat avaskular (tak
berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh
darah perifer di dalam limbus dan dari humor aquos di bagian tengah. Kornea
menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di
stroma.5,6

Gambar 2. 2 Lapisan kornea

4
2.1.2. Fungsi Kornea

Fungsi kornea diantaranya yaitu6:

 Kornea mempunyai kemampuan membiaskan cahaya yang paling kuat


dibanding dengan sistem optik retraktif lainnya.
 Kubah kornea akan membiaskan sinar kelubang pupil didepan lensa.
Kubah kornea yang semakin cembung akan memiliki daya bias yang kuat.
 Peran kornea sangat penting dalam menghantarkan cahaya masuk kedalam
mata untuk menghasilkan penglihatan yang tajam, maka kornea
memerlukan kejernihan, kehalusan dan kelengkungan yang tertentu.6
2.2. Corpus Alienum
2.2.1. Definisi

Corpus alienum adalah benda asing, dimana merupakan salah satu


penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan
konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa
berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka
akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata.
Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya
di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.7,8

Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu8:

1. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga


2. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3. Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan
porselin
4. Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari8:

5
a. Besarnya corpus alienum
b. Kecepatan masuknya
c. Ada atau tidaknya proses infeksi
d. Jenis bendanya.

2.2.2. Epidemiologi

Pada corpus alienum kornea mirip dengan cedera traumatis lainnya,


kejadian pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak
ditemukan dalam dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih muda
dari 40 tahun.7,8

2.2.3. Patofisiologi

Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata


ringan. Benda asing dapat menetap di epitel kornea atau stroma bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing
dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi,mengakibatkan dilatasi pembuluh
darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan
kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat
menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.8

Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari
ketiga perubahan berikut8:

1. Mechanical effect

Benda yang masuk ke dalam bola mata dapat melalui kornea ataupun sclera.
Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi
anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam
sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau
mengenai lensa mata akan terjadi katarak traumatik. Benda ini bisa juga tinggal di
dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai

6
bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan
sel–sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.

2. Permulaan terjadinya proses infeksi

Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata, maka kemungkinan besar
akan timbul infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi. Corpus vitreus dan
lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga
sering timbul infeksi supuratif dan bisa juga terjadi iridocyclitis, endoftalmitis
bahkan panoftalmitis. Jika sudah terjadi panoftalmitis akan menunjukkan gejala
kemunduran tajam penglihatan, rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refleks putih
didalam fundus dan okuli sehingga dapat berahir dengan kebutaan pada mata.

3. Terjadi perubahan–perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses


kimiawi (reaction of ocular tissue)

Reaksi bola mata terhadap corpus alienum bermacam-macam dan ini


ditentukan oleh sifat kimia dari benda tersebut. Non organized-material dapat
menimbulkan proliferasi dan infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi.
Benda asing yang masuk ke dalam corpus vitreus akan mengendap kedasar dan
menimbulkan perubahan-perubahan degenerasi sehingga corpus vitreus akan
menjadi encer. Apabila corpus alienum adalah besi, maka akan terjadi dissosiasi
elektrolit dengan corpus vitreus, dimana besi akan disebarkan ke dalam jaringan
dan akan bereaksi dengan protein sel, mematikan sel dan terjadi atropi. Keadaan
ini disebut siderosis dan jika disebabkan karena tembaga disebut kalkosis.
Pengeluaran corpus alienum dari corpus vitreus dapat dilakukan dengan ekstraksi.
Apabila sudah terjadi iridocyclitis dan visus yang sangat jelek maka tidak
dilakukan lagi pengeluaran corpus alienum dengan ekstraksi tapi harus dilakukan
enukleasi.8

7
2.2.4. Gambaran Klinis

Korpus alienum kornea merupakan kejadian trauma tumpul yang mengenai


kornea. Adapun gejala klinis yang ditimbulkan bergantung pula dengan
mekanisme trauma yang terjadi. Berikut ini adalah tiga hal yang dapat terjadi
apabila terjadi trauma tumpul pada kornea :

1. Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat dapat mengakibatkan edema pada
kornea bahkan sampai mengakibatkan ruftur pada membran descement.
Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihat
seperti pelangi disekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.10,11
2. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang disebabkan
karena gesekan keras pada permukaan kornea. Pada erosi epitel pasien akan
mengeluhkan nyeri sekali karena akibat erosi merusak kornea yang memiliki
banyak serat sensibel, keluhan mata berair, blefarospasme, lakrimasi,
fotofobia dan penglihatan akan terganggu dengan media kornea yang keruh.
Pada erosi kornea hasil uji fluoreseins akan berwarna hijau. Untuk kasus erosi,
perlu diperhatikan tanda-tanda infeksi yang timbul Kemudian.10,11
3. Erosi kornea rekuren
Keadaan terjadinya erosi yang berulang akibat epitel tidak dapat bertahan
pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel untuk menutup permukaan kornea
karena terjadinya pelepasan membrane basal epitel. Membran basal epitel
yang rusak akan kembali dalam waktu 6 minggu.10,11

2.2.5. Diagnosis
1. Anamnesis

Aktivitas pasien sewaktu trauma penting diketahui untuk menduga jenis


benda asing yangmasuk ke dalam kornea. Gejala klinis yang dikeluhkan pasien
seperti adanya sensasi mengganjal di mata, nyeri, fotofobia, mata merah dengan
air mata yang mengalir terus.10,9

8
2. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Visus
Tajam penglihatan yang di dapatkan adalah normal atau menurun terutama
bila benda asing berlokasi di sentral kornea.
 Slit lamp
Dengan menggunakan slit lamp dapat melihat benda dengan ukuran lebih
besar daripada ukuran aslinya. Untuk hasil yang sempurna, saat
pemeriksaan slitlamp dianjurkan di dalam ruangan yang digelapkan. Pada
slit lamp akan tampak benda asing pada kornea, injeksi konjungtiva,
injekasi silier dan rush ring (terutama jika logam yang sudah tertanam
beberapa hari).10,9
 Uji Fluoresens
Uji fluoresens bertujuan untuk melihat adanya defek pada kornea. Caranya
dengan kertas fluoresens yang sebelumnya dibasahi terlebih dahulu dengan
garam fisiologis kemudian diletakan pada sakus konjungtiva inferior.
Pasien diminta untuk menurup matanya selama 20 detik, beberapa saat
kemudian kertas tersebut diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan
garam fisiologis. Kemudian dilihat pada permukaan kornea, apabila
terdapat warna hijau dengan sinar biru menandakan adanya kerusakan
epitel kornea. Defek kornea akan selalu terlihat berwarna hijau karena
pada setiap defek kornea bagian tersebut akan bersifat basa dan
memberikan warna hijau. Pada keadaan seperti ini disebut uji fluoresens
positif.10,9

2.2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut


dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva,
kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal.
Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau
tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka

9
dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal,
siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.6

Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik
benda asing, bila idak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang
mengandung benda asing tersebut.6 Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata
depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di
lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika
tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk
usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.6,7
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan
giant magnit setelah insisi dari sklera.Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan
operasi vitrektomi.6

Gambar 2. 3 Ekstraksi Corpus Alienum Kornea

2.2.7. Pencegahan

Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja
atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.8

2.2.8. Komplikasi

Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek
dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi
visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai

10
kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa
timbul jika menembus cukup dalam.6,7,8 Bila ukuran corpus alienum tidak besar,
dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta
tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi
pasien adalah baik.6,7,8

11
12
BAB 3
LAPORAN KASUS

1.1. Identitas pasien


Nama : Tn.O
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tukang Bengkel
Rawat Jalan di Poliklinik : Rabu,07 Juni 2023
1.2. Anamnesis
1.2.1. Keluhan Utama
Mata kiri terasa mengganjal sejak 1 hari yang lalu
1.2.2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik RSAM dengan keluhan mata kiri terasa
mengganjal seperti terdapat benda asing sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
muncul setelah pasien terkena percikan gram sewaktu bekerja. Keluhan
disertai dengan mata kiri merah dan berair yang dirasakan semakin lama
semakin berat disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu,
penglihatan pasien juga menjadi agak kabur selama 1 hari ini. Pasien belum
menggunakan obat apapun untuk mengurangi keluhan-keluhan di atas.
1.2.3. Riwayat penyakit dahulu (-)
1.2.4. Riwayat penyakit keluarga (-)
1.2.5. Riwayat pemakaian kacamata (-)
1.2.6. Riwayat pengobatan (-)

1.3. Status Oftalmologis

OD Pemeriksaan OS
20/25 Visus 20/50
Injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar(+), Injeksi
konjungtiva (+)
Jernih Kornea Corpal parasentral arah
jam 8, 1 mm dari limbus
(+)

1.4. Pemeriksaan Anjuran

13
 Slit Lamp
 Test Fluorescein

1.5. Diagnosis Kerja

Korpus Alienum Kornea Okuli Sinistra

1.6. Penatalaksanaan
 Ekstraksi Korpus Alienum dengan anestesi lokal (panthocain)
 Polydex 4x1 tetes OS
1.7. Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

14
BAB IV
PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Korpus alienum di mata adalah sesuatu yang masuk ke mata dari luar tubuh
dapat berupa dari partikel debu hingga pecahan logam. Korpus alienum adalah
salah satu penyebab paling sering ditemukan pada kasus kegawatdaruratan mata.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau tidaknya proses infeksi,
dan jenis bendanya. Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda
asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di kornea maka
dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.
Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Pencegahan agar tidak masuknya benda
asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu
menggunakan kaca mata pelindung.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi MN, Djuars D, Indriyanti RA. 2021.Gambaran karakteristik pasien


Corpus Alienum kornea pada pekerja di RSUD Al-Ihsan periode tahun 2018-
2019. Prosiding Kedokteran, 7(1)
2. Putra ACA, Victor AA, Elvioza E, Djatikusumo A, Andayani GL, &
Ramayundanta A. 2015. Management of Penetrating Eye Injury with
Intraocular Foreign Body.Ophthalmologica Indonesiana, 41(1).
3. Akbar M, Helijanti N, Munir MA, & Sofyan A. 2019. Conjunctival laceration
of the tarsalis palpebra inferior et causing by a fishing hook. JURNAL
MEDICAL PROFESSION, 1(2), 151– 166.
4. Chirapapaisan C, Prabhasawat P, Srivannaboon S, Roongpoovapatr V, &
Chitsuthipakorn P. 2018. Ocular injury due to potassium permanganate
granules. Case Reports in Ophthalmology, 9(1), 138–143.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009.
3.
6. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi
Umum edisi 17. Jakarta : EGC
7. Anonim,2008.Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/ 3.
8. Bashour M, 2008.Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
9. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,
Jakarta, 1993 pp : 190-196.
10. Bushhour, mounir. 2018. Corneal Foreign Body Work Up. McGill
University Faculty of Medicine Canada : Medscape.
(https://emedicine.medscape.com/article/1195581-workup)
11. Fraenke A, Lee LR, Lee GA. Managing corneal foreign bodies in office-
based general practice. Aus Fam Physician. 2017;46(3):89-93.

16

Anda mungkin juga menyukai