LASERASI KORNEA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Mata
Oleh:
Elvi Nurul Hidayati
Pembimbing:
Dr Yulia Puspitasari Sp M
BAGIAN/SMF MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat izin dan
ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas persentase kasusyang
berjudul ”Laserasi Kornea”. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam
kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tugas ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik
Senior pada bagian /SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas
persentase kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih tidak terhingga kepada dr. Yulia Puspitasari,
Sp.Myang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas persentase
kasus ini.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam: (7) (8)
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.
4
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. (9)
2.4 Diagnosis
Anamnesis sangat penting dalam diagnosis maupun pertimbangan
medikolegal.Informasi harus digali dari segi waktu dan tempat terjadinya trauma,
juga aktifitas yang sedang dilakukan, ada atau tidaknya penggunaan kacamata,
serta ada atau tidaknya pertolongan pertama. (2)
Laserasi superfisial dapat memiliki minimal gejala yang dialami
pasien.Pada laserasi berat, darah pada bilik anterior (COA) dan penurunan
kedalaman COA dapat diobservasi.Pupil bentuk tear-dropdapat terjadi sekunder
5
menuju prolapse iris. Abnormalitas bentuk pupil dan abnormalitas COA dapat
menjadi peringatan bagi pemeriksa terhadap terjadinya laserasi kornea atau globe
rupture.Untuk menunjukkan adanya laserasi, penempatan strip fluorescein di
kornea (tes Seidel) dapat berguna. Adanya kebocoran humor aquos menunjukkan
strip fluorescein menjadi hijau. Tonometri okular dikontraindikasikan pada
departemen emergensi dengan kejadian laserasi kornea, karena adanya
kemungkinan terjadi occult globe rupture. (10)
Gejala pada laserasi kornea pada umumnya adanya nyeri mata, luka pada
kornea, sensasi benda asing, fotofobia dan penurunan visus. Karena itu, evaluasi
yang diperlukan dalam kejadian ini adalah:
Penilaian visus harus diukur dengan pinhole atau lensa koreksi
Spekulum kelopak mata sangat berguna ketika terdapat kemosis dan
ekimosis yang signifikan
Hindari tekanan eksternal atau manipulasi jika terdapat benda asing pada
lokasi laserasi.
Lokasi, ukuran, kedalaman laserasi, perdarahandan prolapse jaringan
intraocular harus dinilai.
Tes Seidel menggunakan fluorescein dengan cahaya kobalt biru dapat
berguna untuk mengidentifikasi occult leakage of aquos
Pemeriksaan lanjutan seperti ada atau tidaknya laserasi kelopak, hifema,
iritis, iridodialisis, kerusakan kapsul lensa dan katarak juga harus
dievaluasi.
Pada kasus curiga adanya benda asing intraocular, CT scan atau ultrasound
direkommendasikan. (2)
6
Healthcare, Deerfield, IL), sering bersamaan dengan BCL, bisa digunakan untuk
menutup laserasi kornea parsial. (4)
Perekat bisa mencegah invasi luka pada epitel kornea.Studi lain dilaporkan
bahwa laserasi dan perforasi kornea dengan diameter <2mm lebih berhasil diobati
dengan Tisseel Sealant fibrin daripada cedera yang lebih besar.Isobutil sianoasrilat
juga merupakan perekat jaringan yang biasa digunakan untuk memperbaiki laserasi
kornea kecil dan perforasi kornea. Dalam studi retrospektif perforasi kornea
<3mm,40,9% mata sembuh dengan aplikasi cyanoacrylate saja, dengan waktu
penyembuhan 33,4 hari. (4)
Bahan sintetis yang baru juga diuji pada cedera kornea.Perekat jaringan foto-
cross-linkableyangterbuat dari asam hialuronat telah digunakan untuk memperbaiki
luka kornea linier dan stellata. Perekatnya adalah dengan dibantu sinar laser argon
untuk menciptakan patch hidrogel polisakarida yang jelas. Dalam studi lain,
biodegradasi laser teraktivasi laser argon juga digunakan untuk memperbaiki
laserasi kornea mata manusia yang enukleasi. Juga ditemukan sebanding dengan
perbaikan jahitan dengan menahan peningkatan tekanan intraokular dan menjaga
integritas luka. (4)
7
kornea. Bahan lain yang berhasil digunakan untuk menambal laserasi kornea
adalah Neuro-Patch (dari Jerman), yaitu berupa bahan poliuretan murni yang
digunakan terutama sebagai pengganti dura di bedah saraf. (4)
c) Jahitan Konvensional
Memperbaiki laserasi dengan nilon 10-0 dengan interrupted suture adalah
cara konvensional untuk mengobati laserasi kornea. Tujuan penjahitan adalah
menutup luka dengan tepi anterior dan posterior dengan tepat jahitan yang ketat di
dekat pinggiran dengan lebih banyak spasi jahitan membantu menjaga
kelengkungan alami kornea sehingga mengurangi kejadian astigmatisme setelah
perbaikan.Udara yang disuntikkan ke ruang anterior dapat digunakan sebagai
tamponade untuk mencegah kebocoran berair setelah jahitan. (4)
d) Autograft
Saat jaringan donor tidak tersedia, autografting bisa jadi digunakan dengan
sukses untuk menambal perforasi kornea.Metode unik dari reposisi autograft
kornea-sklera telah dilakukan dilaporkan berhasil menambal <2.0 mm laserasi
kornea. (4)
8
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Mata kanan terkena pantulan paku
9
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
Palpebra inferior Hiperemis (+) ; edema (-) ; Hiperemis (-) ; edema (-) ;
nyeri tekan (-) ;benjolan (-) nyeri tekan(-);benjolan (-)
Konjungtiva tarsalis superior Hiperemis (+) ; papil (-) ; Hiperemis (-) ; papil (-) ;
folikel (-) ; sikatriks (-) ; folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-) sekret (-)
10
Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (+) ; papil (-) ; Hiperemis (-) ; papil (-) ;
folikel (-) ; sikatriks (-) ; folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-) sekret (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-) ; Injeksi konjungtiva (-) ;
injeksi siliar (+) ; injeksi siliar (-) ;
perdarahan (-) perdarahan (-) ;
Kornea Infiltrat (+) ; ulkus (-) ; Infiltrat (-) ; ulkus (-) ;
sikatriks (-) sikatriks (-)
Bilik mata depan Dalam, keruh Dalam, jernih
11
3.5 Diagnosis Kerja
Laserasi Kornea OD
3.6 Penatalaksanaan
3.6.1 TerapiMedikamentosa
Drip Tramadol 1 amp
Inj. Metilprednisolon 125 mg/12 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr /12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Levocyn ED4 x 1 gtt OD
Mydriatyl ED 4 x 1 gtt OD
Noncort ED 4 x 1 gtt OD
3.6.2 Prognosis
Quo ad vitam :Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad sancationam : Dubia ad malam
12
BAB III
ANALISA KASUS
13
konjungtiva, sklera dan kornea.Injeksi siliar terjadi akibat melebarnya pembuluh
darah perikornea (a. siliar anterior) akibat radang kornea. (8)
Infiltrat dan COA yang keruh menandakan laserasi kornea yang dalam hingga
merusak lapisan endotel kornea. Infiltrat dan kekeruhan kornea dan COA
menyebabkan refraksi terganggu sehingga terjadi penurunan visus yang signifikan
sesuai dengan derajat laserasi. (5)
Terjadinya infiltrat dihubungkan karena kornea yang avaskuler, sehingga
pertahanan pada waktu peradangan dan trauma tidak segera datang, seperti pada
jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering
cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di
limbus yang tampak sebagai injeksi siliar. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-
sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu dan keruh. (7)
Pada pemeriksaan visus didapatkan OD 1/300.Berdasarkan teori, kornea
merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
(9)
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Pembiasan sinar
terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 D dari 50 D pembiasan sinar dilakukan
oleh kornea. Oleh karena itu, ketika terjadi trauma kornea, visus akan menurun. (8)
Bilik mata depan OD didapatkan dalam. Berdasarkan teori, bilik mata depan
yang dangkal menunjukkan adanya luka bocor aktif (active leaking wound) maupun
luka bocor tertutup yang dimaksud dengan laserasi kornea dalam (Full Thickness
Corneal Laceration). (11)
Pada kasus ini, penderita mendapatkan terapi drip tramadol 100mg, injeksi
metilprednisolon 125mg/12 jam, injeksi ceftriaxone 1gr /12 jam, injeksiranitidin
50mg/12 jam, levocyn tetes mata 4 x 1 gtt OD, midriatil tetes mata 4 x 1 gtt OD,
noncort tetes mata 4 x 1 gtt OD.
Tujuan tatalaksana laserasi kornea adalah untuk memastikan baiknya keadaan
sudut bilik mata depan dalam mencegah hipotonus dan infeksi, mengembalikan
14
kembali kornea seanatomis mungkin serta memulihkan fungsi visual semaksimal
mungkin. (4)
Pada manajemen medis, laserasi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik
topikal. Antibiotik yang sering diberikan adalah golongan polymixin B dalam bentuk
salp basitrasin; atau fluorokuinolon tetes. (11)Antibiotik topikal dan sistemik diberikan
untuk mencegah infeksi oportunistik karena mikroorganisme dan fungi dapat masuk
ke dalam organ mata melalui luka terbuka pada kornea dan menyebabkan komplikasi
lebih jauh.. (5) (7)
Penderita juga diberikan antinyeri sistemik dan eye drop.Kornea mempunyai
banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun
profunda dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya
gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai
sembuh.Karena itu, analgetik merupakan terapi simtomatis untuk mengurangi nyeri
mata. (9)Midriatil diberikan untuk mencegah terjadinya perlekatan iris (sinekia) pada
kornea akibat cedera pada kornea Kortikosteroid digunakan sebagai agen
antiinflamasi untuk mencegah kerusakan kornea yang lebih jauh lagi. (5)
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena cedera kornea
tidak mengancam jiwa pasien ini, quo ad fungsionam adalah dubia ad malam karena
penurunan visus mata kanan pasien adalah 1/300 dimana pasien hanya mampu
melihat lambaian tangan, dan quo ad sancationam adalah dubia ad malam karena
kornea merupakan organ dengan inervasi yang apabila terjadi kerusakan yang sangat
dalam sulit untuk mengembalikan fungsi korna ke keadaan semula. (6)
15
BAB IV
KESIMPULAN
1. Laserasi kornea adalah luka yang mewakili persentase signifikan dari kasus
trauma okular.
2. Manajemen laserasi kornea memerlukan diagnosis yang cepat sesuai ukuran
cedera.
3. Manajemen medis dan bedah diperlukan secepatnya sebagai upaya pemulihan
semaksimal mungkin juga agar dapat memberikan kesempatan penderita
terbaik untuk mendapatkan kembali fungsi visual yang optimal.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Yogatama MP. Laki-Laki Usia 17 Tahun dengan Ruptur Kornea dan Katarak
Traumatik. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2013;: p. 1-5.
2. Fraunfelder FT. Roy and Fraunfelder's Current Ocular Therapy USA: Saunders
Elsevier; 2008.
3. MD GSS. Around the eye in 365 Days United States of America: SLACK
incorporated; 2009.
11. Gerstenblith AT, Rabinowitz MP. The Wills Eye Manual Philadelpia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2012.
17