Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

LASERASI KORNEA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Mata

Oleh:
Elvi Nurul Hidayati

Pembimbing:
Dr Yulia Puspitasari Sp M

BAGIAN/SMF MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat izin dan
ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas persentase kasusyang
berjudul ”Laserasi Kornea”. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam
kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Tugas ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik
Senior pada bagian /SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas
persentase kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih tidak terhingga kepada dr. Yulia Puspitasari,
Sp.Myang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas persentase
kasus ini.

Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas


persentase kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu sumbangan gagasan, kritikan, saran dan masukan yang
membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan tugas
persentase kasus ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat
memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, April 2017

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

Trauma okular merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan.


Trauma paling banyakdisebabkan benda kecil yang terbawa anginatau alat seperti
debu, butiran logam danbutiran semen. Benda lain seperti kawat ataupaku dapat
menembus bola mata danmenyebabkan kehilangan penglihatan secarapermanen. (1)
Kornea merupakan salah satu komponen penting dalam sistem media refraksi
penglihatan. Trauma kornea dapat menyebabkan penurunan visusdanmeningkatkan
morbiditas okular yang signifikan. (1)Laserasi kornea disebabkan oleh objek tajam
(2)
yang memotong dan merusak jaringan kornea. Laserasi kornea merupakan
trauma okular yang menjadi memiliki nilai emergensi bagi oftalmologis. Laserasi
kornea dapat parsial ataupun dalam (full thickness) dan dapat diisolasi atau
dihubungkan dengan cedera okular signifikan lain dan struktur adneksa. (3)
Laserasi kornea mewakili 6,8% hingga 14,7% dalam kejadian luka trauma
okuli di bidang kegawatdaruratan medis. Laserasi kornea disebabkan olehtrauma
penetrasi dan melibatkan kehilangan jaringan kornea.Diagnosisdan manajemen
yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi ini.Laserasi kornea dapat terjadi
dengan kedalaman penuh atau parsial. (4)
Dampak laserasi kornea dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar
akibat hilangnya penglihatan, hilangnya waktu kerja, dan kerugian dalam hal
besarnya biaya yang dikeluarkan. Penanganan dini trauma okular secara tepat dapat
mencegah terjadinya kebutaan maupun penurunan fungsi penglihatan. Penanganan
trauma okular secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik. (1)
Pada laporan kasus ini dipaparkan seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun
yang datang dengan keluhan padangan kabur dan terasanya nyeri setelah terkena
paku. (1)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea merupakan suatu struktur yang kompleks yang memiliki peran
penting sistem refraksi mata, peran protektif, dan bertanggung jawab kira-kira 2/3–
3/4 kekuatan fungsi refraksi mata.Kornea merupakan jaringan avaskular.Pasokan
nutrisi dan hasil metabolisme dikeluarkan melalui humor akuos posterior dan air
mata anterior. Kornea merupakan jaringan tubuh dengan inervasi yang paling
padat, dimana pada kondisi seperti abrasi kornea dan bula keratopati, dihubungkan
dengan nyeri, fotofobia, dan refleks lakrimasi, yang mana persarafan subepitel
pleksus nervus stroma profunda keduanya disuplai oleh cabang pertama nervus
trigeminal. (5) (6) (7)
Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea.Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri.Apabila kornea
mengalami edema karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm secara vertikal dan 12 mm secara horizontal. (7)

Gambar 2.1. Anatomi Kornea

3
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam: (7) (8)
1. Lapisan epitel
 Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
 Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement
 Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.

4
5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. (9)

2.2 Definisi Laserasi Kornea


Laserasi kornea adalah luka akibat benda tajam maupun dari benda
berkecepatan tinggi dan bersifat proyektil. (4)Laserasi kornea disebabkan oleh objek
tajam yang memotong dan merusak jaringan kornea.Penyebab biasanya adalah
objek berupa potongan metal, kayu ataupun gelas. (2)

2.3 Etiologi Laserasi Kornea


Sebuah studi terhadap 36 anak dengan laserasi kornea dilaporkan bahwa
laserasi kornea terjadi akibat rudapaksa batu dan ketapel. Pada penelitian lain,
penyebab paling sering terjadi disebabkan oleh kaca atau pisau. Cedera yang
berhubungan dengan olahraga juga adalah mekanisme yang umum untuk laserasi
kornea. Laporan dari Pusat Kesehatan Mata Amerika Serikat yang memiliki total
9293 kasus cedera mata, penyebab laserasi mata dilaporkan adalah luka bisbol
yang kemudian diikuti dengan cedera saat memancing ikan. (4)

2.4 Diagnosis
Anamnesis sangat penting dalam diagnosis maupun pertimbangan
medikolegal.Informasi harus digali dari segi waktu dan tempat terjadinya trauma,
juga aktifitas yang sedang dilakukan, ada atau tidaknya penggunaan kacamata,
serta ada atau tidaknya pertolongan pertama. (2)
Laserasi superfisial dapat memiliki minimal gejala yang dialami
pasien.Pada laserasi berat, darah pada bilik anterior (COA) dan penurunan
kedalaman COA dapat diobservasi.Pupil bentuk tear-dropdapat terjadi sekunder

5
menuju prolapse iris. Abnormalitas bentuk pupil dan abnormalitas COA dapat
menjadi peringatan bagi pemeriksa terhadap terjadinya laserasi kornea atau globe
rupture.Untuk menunjukkan adanya laserasi, penempatan strip fluorescein di
kornea (tes Seidel) dapat berguna. Adanya kebocoran humor aquos menunjukkan
strip fluorescein menjadi hijau. Tonometri okular dikontraindikasikan pada
departemen emergensi dengan kejadian laserasi kornea, karena adanya
kemungkinan terjadi occult globe rupture. (10)
Gejala pada laserasi kornea pada umumnya adanya nyeri mata, luka pada
kornea, sensasi benda asing, fotofobia dan penurunan visus. Karena itu, evaluasi
yang diperlukan dalam kejadian ini adalah:
 Penilaian visus harus diukur dengan pinhole atau lensa koreksi
 Spekulum kelopak mata sangat berguna ketika terdapat kemosis dan
ekimosis yang signifikan
 Hindari tekanan eksternal atau manipulasi jika terdapat benda asing pada
lokasi laserasi.
 Lokasi, ukuran, kedalaman laserasi, perdarahandan prolapse jaringan
intraocular harus dinilai.
 Tes Seidel menggunakan fluorescein dengan cahaya kobalt biru dapat
berguna untuk mengidentifikasi occult leakage of aquos
 Pemeriksaan lanjutan seperti ada atau tidaknya laserasi kelopak, hifema,
iritis, iridodialisis, kerusakan kapsul lensa dan katarak juga harus
dievaluasi.
 Pada kasus curiga adanya benda asing intraocular, CT scan atau ultrasound
direkommendasikan. (2)

2.6 Tatalaksana Laserasi Kornea


2.6.1 Manajemen Medis
Laserasi kornea dapat diobati dengan antibiotik topikal, sedangkan luka yang
lebih besar dapat dibantu dengan Bandage Contact Lens (BCL).Kombinasi ini,
bersamaan dengan patch dan supresi aqueous dapat mengelola secara medis pada
laserasi kornea.Perekatan kornea dengan berbagai bahan biokompatibel dapat juga
digunakan dan berhasil menutup luka kornea.Lem Fibrin (Tisseel; Baxter

6
Healthcare, Deerfield, IL), sering bersamaan dengan BCL, bisa digunakan untuk
menutup laserasi kornea parsial. (4)
Perekat bisa mencegah invasi luka pada epitel kornea.Studi lain dilaporkan
bahwa laserasi dan perforasi kornea dengan diameter <2mm lebih berhasil diobati
dengan Tisseel Sealant fibrin daripada cedera yang lebih besar.Isobutil sianoasrilat
juga merupakan perekat jaringan yang biasa digunakan untuk memperbaiki laserasi
kornea kecil dan perforasi kornea. Dalam studi retrospektif perforasi kornea
<3mm,40,9% mata sembuh dengan aplikasi cyanoacrylate saja, dengan waktu
penyembuhan 33,4 hari. (4)
Bahan sintetis yang baru juga diuji pada cedera kornea.Perekat jaringan foto-
cross-linkableyangterbuat dari asam hialuronat telah digunakan untuk memperbaiki
luka kornea linier dan stellata. Perekatnya adalah dengan dibantu sinar laser argon
untuk menciptakan patch hidrogel polisakarida yang jelas. Dalam studi lain,
biodegradasi laser teraktivasi laser argon juga digunakan untuk memperbaiki
laserasi kornea mata manusia yang enukleasi. Juga ditemukan sebanding dengan
perbaikan jahitan dengan menahan peningkatan tekanan intraokular dan menjaga
integritas luka. (4)

2.6.2 Manajemen Bedah


Beragam teknik penutupan laserasi telah dilaporkan selama beberapa tahun
terakhir.
a) Transplantasi Membran Amniotik
Membran amniotik digunakan secara luas pada kerusakan permukaan okular
melalui perlindungan mekanis dengan membantu reepitelialisasi, dan mengurangi
peradangan.Hal ini telah digunakan untuk menutupi laserasi dan perforasi kornea
yang biasanya di kasus nontraumatik.Membran dapat dijahit di dan ditutup dengan
BCL untuk membantu melindungi daerah rawan.Transplantasi membran amnotik
juga telah digunakan bersamaan dengan lem fibrin.Lapisan membran amnion yang
dijahit telah berhasil digunakan untuk merekatkan laserasi kornea> 2mm. (4)

b) Substitusi Membran Biologik lain


Penggunaan gabungan Tutopatch (Perikardium bovine, dari Polandia) dengan
bekuan Plasma kaya platelet autologous telah digunakan untuk menambal laserasi

7
kornea. Bahan lain yang berhasil digunakan untuk menambal laserasi kornea
adalah Neuro-Patch (dari Jerman), yaitu berupa bahan poliuretan murni yang
digunakan terutama sebagai pengganti dura di bedah saraf. (4)

c) Jahitan Konvensional
Memperbaiki laserasi dengan nilon 10-0 dengan interrupted suture adalah
cara konvensional untuk mengobati laserasi kornea. Tujuan penjahitan adalah
menutup luka dengan tepi anterior dan posterior dengan tepat jahitan yang ketat di
dekat pinggiran dengan lebih banyak spasi jahitan membantu menjaga
kelengkungan alami kornea sehingga mengurangi kejadian astigmatisme setelah
perbaikan.Udara yang disuntikkan ke ruang anterior dapat digunakan sebagai
tamponade untuk mencegah kebocoran berair setelah jahitan. (4)

d) Autograft
Saat jaringan donor tidak tersedia, autografting bisa jadi digunakan dengan
sukses untuk menambal perforasi kornea.Metode unik dari reposisi autograft
kornea-sklera telah dilakukan dilaporkan berhasil menambal <2.0 mm laserasi
kornea. (4)

2.6.3 Rehabilitasi Visual


Trauma kornea jarang bisa mengakibatkan terbentuknya keloid.Jahitan
kornea dan jaringan parut berikutnya dari laserasi sebelumnya sering
menyebabkanastigmatisme yang tinggi.Video keratografi computer menunjukkan
penurunan distorsi topografi yang signifikan setelah jahitan kornea.Sumbu dekat
pusat lebih banyak cenderung memiliki> 2.00D untuk kasus astigmatisme.Sekuele
refraksi tak terduga dapat terjadi akibat trauma kornea sebelumnya. Penggunaan
lensa kontak, graft kornea, implantasi IOL maupun upaya rehabilitasi visual
pediatric dapat diberikan dalam usaha rehabilitasi visual akibat laserasi kornea.. (4)

8
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita


Nama : MA
No RM : 1-12-60-88
Umur : 65tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Aceh Besar
Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 21 April 2017

3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Mata kanan terkena pantulan paku

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan mata kanan terkena pantulan paku
saat sedang bekerja sejak 4 hari yang lalu. Pandangan kabur diawali dengan rasa
nyeri yang lama kelamaan disertai dengan hilang penglihatan.Pasien juga
mengeluhkan mata kanan seperti berawan.Keluhan mual dan muntah tidak
ada.Pasien juga mengeluhkan rasa panas seperti terbakar pada mata.Keluhan
pandangan menyempit tidak ada dikeluhkan oleh pasien.Halo tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat diabetes mellitus: disangkal
Riwayat hipertensi: disangkal
Riwayat alergi makanan atau obat: disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga mengeluhkan yang sama.

9
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.5 °C
Status Oftalmologi
OD OS
Visus 1/300 6/6
Kedudukan bola mata Simetris
Gerakan bola mata

Tekanan intraokular N/palpasi N/palpasi


Palpebra superior Hiperemis (+) ; edema (-) ; Hiperemis (-) ; edema (-) ;
nyeri tekan (-) ;benjolan (-) nyeri tekan(-);benjolan (-)

Palpebra inferior Hiperemis (+) ; edema (-) ; Hiperemis (-) ; edema (-) ;
nyeri tekan (-) ;benjolan (-) nyeri tekan(-);benjolan (-)

Konjungtiva tarsalis superior Hiperemis (+) ; papil (-) ; Hiperemis (-) ; papil (-) ;
folikel (-) ; sikatriks (-) ; folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-) sekret (-)

10
Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (+) ; papil (-) ; Hiperemis (-) ; papil (-) ;
folikel (-) ; sikatriks (-) ; folikel (-) ; sikatriks (-) ;
sekret (-) sekret (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-) ; Injeksi konjungtiva (-) ;
injeksi siliar (+) ; injeksi siliar (-) ;
perdarahan (-) perdarahan (-) ;
Kornea Infiltrat (+) ; ulkus (-) ; Infiltrat (-) ; ulkus (-) ;
sikatriks (-) sikatriks (-)
Bilik mata depan Dalam, keruh Dalam, jernih

Iris Berwarna coklat, kripte Berwarna coklat, kripte


(+), sinekia anterior (-), (+), sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-) sinekia posterior (-)
Pupil Bulat, isokor, berada di Bulat, isokor, berada di
sentral, refleks cahaya (+), sentral, refleks cahaya (+),
diameter 3mm diameter 3mm
Lensa Keruh, shadow test (-) Jernih, shadow test (-)
Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3.4 Foto Klinis pasien

11
3.5 Diagnosis Kerja
Laserasi Kornea OD

3.6 Penatalaksanaan
3.6.1 TerapiMedikamentosa
 Drip Tramadol 1 amp
 Inj. Metilprednisolon 125 mg/12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1 gr /12 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
 Levocyn ED4 x 1 gtt OD
 Mydriatyl ED 4 x 1 gtt OD
 Noncort ED 4 x 1 gtt OD

3.6.2 Prognosis
Quo ad vitam :Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad sancationam : Dubia ad malam

12
BAB III
ANALISA KASUS

Penderita laki-laki, usia 65 tahun datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan


mata kanan terkena pantulan paku saat sedang bekerja sejak 4 hari yang lalu.
Pandangan kabur diawali dengan rasa nyeri yang lama kelamaan disertai dengan
hilang penglihatan.Penderita juga mengeluhkan mata kanan seperti berawan.Penderita
didiagnosa laserasi kornea OD.
Beberapa penelitian retrospektif melaporkan karakteristik umum dandemografi
penderita yang mengalami laserasi kornea.Sebuah studi di Cina dari 715 laserasi
kornea traumatik dilaporkan bahwa trauma paling banyak terjadi akibat luka tembus
yang diikutidengan luka ledakan.Penderita kebanyakan adalah petani dan pekerja
fisik. Sebagian besarpenelitian melaporkan kasus terbanyak terjadi pada pria dengan
rentang usia antara 15 dan 30 tahun. (4)
Pasien mengeluhkan pandangan mata kanan seperti berawan serta nyeri pada
mata. Berdasarkan teori telah dikatakan bahwa kornea merupakan salah satu media
dari sistem refraksi mata yang apabila mengalami cedera dapat mengganggu refraksi
cahaya yang masuk ke mata sehingga visus akan menurun dan pandangan kabur
dirasakan seperti berawan. Rusaknya sel-sel endotel dapat meneyababkan hilangnya
sifat transparansi kornea. Kornea juga merupakan salah satu organ dengan sistem
inervasi yang padat sehingga apabila terjadi cedera pada kornea maka pasien akan
merasa nyeri yang sangat hebat seperti perih dan terbakar pada mata yang mengalami
cedera. (5) (6) (7)
Dari pemeriksaan fisik generalisata, keadaan pasien tampak baik dengan tanda-
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan mata didapatkan palpebra superior
dan inferior OD hiperemis, konjungtiva tarsal superior dan inferior OD hiperemis,
konjungtiva bulbi OD terdapat injeksi siliar, infiltrat pada kornea OD dan COA OD
dalam dan keruh.
Pemeriksaan slitlamp harus ditampilkan pada kasus trauma mata untuk
(11)Ya
melihat ada atau tidaknya penetrasi okular. ng perlu dievaluasi adalah

13
konjungtiva, sklera dan kornea.Injeksi siliar terjadi akibat melebarnya pembuluh
darah perikornea (a. siliar anterior) akibat radang kornea. (8)
Infiltrat dan COA yang keruh menandakan laserasi kornea yang dalam hingga
merusak lapisan endotel kornea. Infiltrat dan kekeruhan kornea dan COA
menyebabkan refraksi terganggu sehingga terjadi penurunan visus yang signifikan
sesuai dengan derajat laserasi. (5)
Terjadinya infiltrat dihubungkan karena kornea yang avaskuler, sehingga
pertahanan pada waktu peradangan dan trauma tidak segera datang, seperti pada
jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering
cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di
limbus yang tampak sebagai injeksi siliar. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-
sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu dan keruh. (7)
Pada pemeriksaan visus didapatkan OD 1/300.Berdasarkan teori, kornea
merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
(9)
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Pembiasan sinar
terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 D dari 50 D pembiasan sinar dilakukan
oleh kornea. Oleh karena itu, ketika terjadi trauma kornea, visus akan menurun. (8)
Bilik mata depan OD didapatkan dalam. Berdasarkan teori, bilik mata depan
yang dangkal menunjukkan adanya luka bocor aktif (active leaking wound) maupun
luka bocor tertutup yang dimaksud dengan laserasi kornea dalam (Full Thickness
Corneal Laceration). (11)
Pada kasus ini, penderita mendapatkan terapi drip tramadol 100mg, injeksi
metilprednisolon 125mg/12 jam, injeksi ceftriaxone 1gr /12 jam, injeksiranitidin
50mg/12 jam, levocyn tetes mata 4 x 1 gtt OD, midriatil tetes mata 4 x 1 gtt OD,
noncort tetes mata 4 x 1 gtt OD.
Tujuan tatalaksana laserasi kornea adalah untuk memastikan baiknya keadaan
sudut bilik mata depan dalam mencegah hipotonus dan infeksi, mengembalikan

14
kembali kornea seanatomis mungkin serta memulihkan fungsi visual semaksimal
mungkin. (4)
Pada manajemen medis, laserasi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik
topikal. Antibiotik yang sering diberikan adalah golongan polymixin B dalam bentuk
salp basitrasin; atau fluorokuinolon tetes. (11)Antibiotik topikal dan sistemik diberikan
untuk mencegah infeksi oportunistik karena mikroorganisme dan fungi dapat masuk
ke dalam organ mata melalui luka terbuka pada kornea dan menyebabkan komplikasi
lebih jauh.. (5) (7)
Penderita juga diberikan antinyeri sistemik dan eye drop.Kornea mempunyai
banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun
profunda dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya
gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai
sembuh.Karena itu, analgetik merupakan terapi simtomatis untuk mengurangi nyeri
mata. (9)Midriatil diberikan untuk mencegah terjadinya perlekatan iris (sinekia) pada
kornea akibat cedera pada kornea Kortikosteroid digunakan sebagai agen
antiinflamasi untuk mencegah kerusakan kornea yang lebih jauh lagi. (5)
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena cedera kornea
tidak mengancam jiwa pasien ini, quo ad fungsionam adalah dubia ad malam karena
penurunan visus mata kanan pasien adalah 1/300 dimana pasien hanya mampu
melihat lambaian tangan, dan quo ad sancationam adalah dubia ad malam karena
kornea merupakan organ dengan inervasi yang apabila terjadi kerusakan yang sangat
dalam sulit untuk mengembalikan fungsi korna ke keadaan semula. (6)

15
BAB IV
KESIMPULAN

1. Laserasi kornea adalah luka yang mewakili persentase signifikan dari kasus
trauma okular.
2. Manajemen laserasi kornea memerlukan diagnosis yang cepat sesuai ukuran
cedera.
3. Manajemen medis dan bedah diperlukan secepatnya sebagai upaya pemulihan
semaksimal mungkin juga agar dapat memberikan kesempatan penderita
terbaik untuk mendapatkan kembali fungsi visual yang optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Yogatama MP. Laki-Laki Usia 17 Tahun dengan Ruptur Kornea dan Katarak
Traumatik. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2013;: p. 1-5.

2. Fraunfelder FT. Roy and Fraunfelder's Current Ocular Therapy USA: Saunders
Elsevier; 2008.

3. MD GSS. Around the eye in 365 Days United States of America: SLACK
incorporated; 2009.

4. Gargi K. Vora M, MD RH, MD, MPH JC. Management of Corneal Laceration


and Perforation. International Ophtalmology Clinics. 2013;: p. 1-10.

5. Bowling. Cornea: Elsevier; 2015.

6. Gandhi S, Jain S. The Anatomy and Physiology of Cornea. In Cortina MS.


Keratoprostheses and Artificial Corneas: Fundamental and Surgical Applications.
Berlin: Springer-Verlag; 2015. p. 19.

7. Paul R, PW V, A. Oftalmologi Umum Jakarta: EGC; 2012.

8. Sidarta I, Yuliantini R. Ilmu Penyakit Mata Jakarta: FK UI; 2014.

9. Coaster J. Fundamental of Clinical Ophtalmology Cornea London: BMJ; 2005.

10. Greenberg MI. Text-Atlas of Emergency Medicine Philadelpia: Lippincott


Williams & Wilkins; 2005.

11. Gerstenblith AT, Rabinowitz MP. The Wills Eye Manual Philadelpia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2012.

17

Anda mungkin juga menyukai