Mengetahui,
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
perforatif dapat mengakibatkan aqueous humor keluar dari ruang anterior sehingga
menyebabkan kornea tampak datar, terdapat gelembung udara di bawah kornea,
atau pupil asimetris sebagai akibat dari iris yang menonjol melalui defek kornea.3
Sekitar 3% dari semua kunjungan gawat darurat disebabkan oleh cedera
mata.4 Cedera mata penetratif dapat terjadi pada individu dari segala usia, tetapi
data dari USEIR menunjukkan bahwa usia rata-rata pasien dengan cedera mata
adalah 29 tahun (usia median, 26 tahun), dengan hampir 60% lebih muda dari 30
tahun.5 Lebih dari 90% cedera mata dapat dicegah dengan penggunaan kacamata
pelindung.4
Manajemen yang tepat dapat mengurangi insidensi kehilangan penglihatan
dan membatasi kerusakan kornea. Keterlambatan diagnosis infeksi adalah salah
satu faktor yang berperan terhadap terapi awal yang tidak tepat. Kebanyakan
gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila di diagnosis
penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.5
4
BAB II
ISI
5
1. Lapisan epitel
- Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
berlapis; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal dapat terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
- Memiliki daya regenerasi baik
2. Membran Bowman
- Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi yang baik.
3. Jaringan Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
6
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
- Selapis sel yang berasal dari mesotelium yang bentuk heksagonal, besar 20-
40µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.
Secara fisiologis , kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela”
yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan
dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada
endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini,
endotel jauh lebih penting daripada epitel. Kerusakan kimiawi atau fisis pada
endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-
sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang
akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata
tersebut.10,12
Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma
kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi
kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel
utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui
kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea
ini cedera, stroma yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi
oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur. Faktor-
faktor yang sering menyebabkan kelainan pada kornea adalah dry eye, defisiensi
vitamin A, abnormalitas bentuk dan ukuran kornea, distrofi kornea, dan trauma
kornea7,8
7
Laserasi kornea merupakan cedera pada kornea, dapat berupa cedera parsial
maupun penuh pada kornea. Laserasi kornea merupakan cedera yang sangat serius
dan membutuhkan perhatian medis segera untuk menghindari kehilangan
penglihatan yang parah.3
8
2.5 DIAGNOSIS LASERASI KORNEA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
pemeriksaan mata. Pada saat melakukan anamnesis, penting untuk mendapatkan
riwayat menyeluruh dari pasien untuk membantu mengidentifikasi waktu cedera
dan mekanismenya. Dari hasil anamnesis sering didapatkan riwayat trauma, adanya
riwayat perubahan tajam penglihatan, maupun sensasi benda asing pada mata.
Walaupun tidak ada sensasi benda asing, evaluasi apakah ada kemungkinan benda
asing masuk ke mata perlu dilakukan. Penetrasi mata mungkin tidak terdeteksi oleh
pasien, terutama jika pecahan logam kecil pecah dan menembus mata, seperti saat
partikel keluar dari mesin berkecepatan tinggi. Selain itu, benda yang tampak
tumpul masih dapat menyebabkan robekan jika menyentuh kornea dengan arah
yang benar. Dalam kasus seperti itu, pasien mungkin datang untuk mendapatkan
perawatan setelah berkembangnya rasa sakit, penurunan penglihatan, atau infeksi.
9
Pada cedera yang lebih halus seperti laserasi lamellar, mungkin terdapat
gejala seperti nyeri hebat yang mendadak, lakrimasi berlebih, sensasi benda
asing, iritasi, mata kering, dan penglihatan kabur. Pasien dengan laserasi
tembus biasanya mengeluhkan nyeri atau penglihatan ganda. Kemerahan
parah, sensitivitas cahaya, dan sensasi benda asing juga merupakan gejala
cedera bola mata terbuka.
b. Tanda
c. Pemeriksaan Fisik
10
Dengan menggunakan direct ophthalmoscopy, dislokasi pada lensa dapat
dievaluasi, pastikan berpusat di pupil.
• Tes Seidel
Aqueous humor yang bocor dari ruang anterior dapat diidentifikasi dengan
melakukan tes Seidel. Tes ini dilakukan dengan langsung mengoleskan
fluorescein ke lesi kornea yang dicurigai. Dibutuhkan 10% fluorescein.
Pasien harus diberitahu untuk tidak berkedip sehingga dokter yang
memeriksa dapat memvisualisasikan film air mata secara memadai tanpa
11
membuatnya bergerak. Visualisasi pewarna yang terencerkan atau mengalir
di bawah cahaya hitam (tes positif) menunjukkan adanya kebocoran dari
aquous humor. Tes Seidel negatif (tidak ada pengenceran fluorescein)
menunjukkan cedera dengan ketebalan parsial maupun lesi kecil atau lesi
yang menutup secara spontan.
12
Skor OTS berkisar dari 1 (cedera paling parah dan prognosis
terburuk pada 6 bulan setelah tindak lanjut) hingga 5 (cedera paling ringan
dengan prognosis paling baik pada 6 bulan). Setiap skor dikaitkan dengan
kisaran ketajaman visual pasca cedera yang diprediksi. Skor OTS memiliki
akurasi prediksi sekitar 80%, yang berarti bahwa OTS akan akurat 4 dari 5
kali pengukuran.
13
Tabel 2. Estimasi probabilitas kategori ketajaman visual tindak pada 6
bulan.
2) Dari skor mentah awal ini, kurangi poin untuk masing-masing faktor berikut
(dimulai dengan prognosis terburuk dan diakhiri dengan prognosis paling
tidak buruk): pecahnya bola mata, endophthalmitis, cedera perforasi
(dengan luka masuk dan keluar), ablasi retina, dan defek pupil aferen relatif
(RAPD): lihat B ke F pada Tabel 1.
14
namun tidak menembus kornea, sedangkan pada laserasi tembus perlukaan kornea
melibatkan seluruh ketebalan kornea. 15
Laserasi kornea tembus dibagi lagi menjadi tiga, yaitu penetrasi, benda
asing kornea, serta perforasi. Pada trauma penetrasi terdapat jejas masuk dari objek
penyebab laserasi, pada benda asing kornea ditemukan objek yang masih tertinggal
di dalam kornea, dan pada trauma perforasi terdapat jejas masuk dan keluar dari
objek penyebab laserasi kornea. 15
15
Gambar 6. Klasifikasi trauma mekanik mata berdasarkan objek
penyebabya menurut BETT.
Kotak dengan bintang menandakan trauma bola mata terbuka dan kotak dengan
tanda sisipan menandakan trauma bola mata tertutup.
16
Secara umum, analgesia dan antibiotik topikal harus dihindari jika dicurigai
atau dipastikan adanya laserasi kornea tembus. Gunakan analgesia dan antibiotik
sistemik. Anestesi topikal dapat digunakan, jika diperlukan, untuk memfasilitasi
pengujian ketajaman visual dan pemeriksaan slit lamp.
a. Laserasi lamelar
• Luka yang kecil, dapat menutup sendiri, dan bersih tidak perlu intervensi
lanjutan selain antibiotik profilaksis dan sikloplegik selama beberapa hari.
• Luka yang lebih besar pada kornea yang dapat sembuh sendiri cukup
ditangani dengan bandage contact lens (BCL) selama 3-6 minggu.16,17
Penggunaan BCL tersebut membuat kornea terfiksasi dan melindungi
kornea hingga area lesi dapat sembuh.18 Dapat juga digunakan lem
(cyanoacrylate, fibrin) untuk menutup luka parsial, bahkan luka tembus.
Lem Cyanoacrylate mencegah aktivitas kolagenase dan memiliki
kemampuan bakteriostatik. Sebelum mengoleskan lem, epitel harus
dilepas dan permukaannya dikeringkan. Jika jahitan dan lem digunakan,
keduanya tidak boleh bersentuhan satu sama lain. Aplikasi lem yang tepat
menghindari tetesan yang tidak disengaja, mencegah pertumbuhan epitel
ke bawah dan toksisitas endotel, dan memberikan permukaan yang halus.15
17
• Benda asing superfisial, sebaiknya disingkirkan dengan aplikator kapas,
setelah benda asing diekstraksi, jejasnya diperlakukan seperti abrasi
kornea.
• Untuk benda asing yang dalam, dievaluasi apakah protrusi ke COA. Pasien
diminta untuk duduk di depan slit lamp, dan kepalanya difiksasi oleh
asisten. Komplikasi dari benda asing kornea yang terdorong ke COA
cukup parah. Jika beresiko tinggi, pengambilan benda asing harus
dilakukan di ruang operasi. Forsep berujung halus, probe kecil, atau IOM
yang kuat dapat digunakan jika benda asing tersebut adalah besi.15
c. Laserasi tembus
18
melibatkan struktur bola mata yang lebih dalam seperti lensa, retina, dan jaringan
uveal mungkin memiliki prognosis yang lebih buruk.3
19
BAB III
RINGKASAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
2. Hierro Zarzuelo A del. External Disease and Cornea. Arch Soc Esp Oftalmol.
2008;83(7):455–455.
3. Adesina A. Corneal Laceration: Background, Epidemiology, Prognosis
[Internet]. [cited 2021 Jan 13]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/798005-overview#a5
4. Owens PL, Mutter R. Emergency Department Visits Related to Eye Injuries,
2008: Statistical Brief #112 [Internet]. Healthcare Cost and Utilization
Project (HCUP) Statistical Briefs. Agency for Healthcare Research and
Quality (US); 2006 [cited 2021 Jan 13]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21735567
5. Eye Trauma: Epidemiology and Prevention. United States Eye Injury
Registry. [Internet]. Available from:
http://www.useironline.org/Prevention.htm.
6. Paul R.E JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 19th ed. New
York: Mc Graw Hill Education; 2016. 634 p.
7. Radjiman T. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: Airlangga; 1984.
8. L. S. Human Physiology. In: Eye:Vision. United States of America:
Thomson Higher Education; 2007. p. 190–208.
9. Penetrating eye globe injury from trauma with a metallic nail: a case report.
[Internet]. [cited 2021 Jan 13]. Available from:
https://reference.medscape.com/medline/abstract/23882992
10. Kim UR, Sivaraman KR. Penetrating orbital injuries from plant material
during pond and river diving. Indian J Ophthalmol [Internet]. 2013 Feb [cited
2021 Jan 13];61(2):76–7. Available from:
/pmc/articles/PMC3638331/?report=abstract
11. Six-year clinical study of firework-related eye injuries in North China.
21
[Internet]. [cited 2021 Jan 13]. Available from:
https://reference.medscape.com/medline/abstract/25583736
12. Vinuthinee N, Azreen-Redzal A, Juanarita J, Zunaina E. Corneal laceration
caused by river crab. Clin Ophthalmol [Internet]. 2015 Jan 29 [cited 2021
Jan 13];9:203–6. Available from:
/pmc/articles/PMC4322881/?report=abstract
13. Ocular penetrating and perforating injuries - EyeWiki [Internet]. [cited 2021
Jan 17]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Ocular_penetrating_and_perforating_injuries
14. Scott R. The ocular trauma score. Community Eye Heal J [Internet]. 2015
[cited 2021 Jan 17];28(91):44–5. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4790158/
15. Kuhn F. Ocular traumatology. Ocular Traumatology. 2008. 1–538 p.
16. MB. H. Corneal and Scleral Trauma. Ophthalmol Clin North Am.
2002;15:185–94.
17. Volume 6, Chapter 39. Surgical Management of Anterior Segment Trauma
[Internet]. [cited 2021 Jan 13]. Available from:
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v6/v6c039.h
tml
18. Hori Y, Wantanabe H MN. Medical treatment of operative corneal
perforation caused by laser in situ keratomileusis. Arch Ophthalmol.
1999;117:1422–3.
19. Corneal Emergencies. [Internet]. [cited 2021 Jan 13]. Available from:
https://reference.medscape.com/medline/abstract/26494498
22