Anda di halaman 1dari 13

Referat

ABRASI KORNEA

Oleh:

Putri Fabiola Soetiman

210141010171

Masa KKM : 26 Desember 2022 – 05 Februari 2023

Dosen Pembimbing Utama:

dr. Iyone E. T. Siagian, M.Kes, Sp.KKLP

Dosen Pembimbing Pendamping:

dr. Frelly Kuhon, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Referat
Ilmu Kedokteran Komunitas

Dengan Judul:
ABRASI KORNEA

Oleh :
Putri Fabiola Soetiman
210141010171

Masa KKM : 26 Desember 2022 – 05 Februari 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

dr. Iyone E. T. Siagian, M.Kes, Sp.KKLP dr. Frelly Kuhon, M.Kes

Penguji I dr. Zwingly C. J. G. Purajow, M.Kes, Sp.KKLP

Penguji II dr. Windy M. V. Wariki, M.Sc, PhD

Penguji III dr. Ronald I. Ottay, M.Kes

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah salah satu organ manusia yang memiliki fungsi yang sangat

penting, terutama untuk melihat. Oleh karena itu, amat penting untuk melindungi

organ ini, karena apabila terjadi kelainan dapat menyebabkan kerusakan bahkan

sampai kebutaan. Salah satu kelainan yang terdapat pada mata adalah abrasi

kornea. Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan

dan avaskuler. Kornea memiliki fungsi untuk perlindungan dan merupakan salah

satu media refraksi serta berfungsi juga untuk filtrasi cahaya UV.

Abrasi kornea merupakan suatu keadaan dimana terkikisnya lapisan

kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial kornea mata.

Penegakkan diagnosis abrasi kornea pada anamnesis umumnya didapatkan adanya

riwayat trauma dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, sensitif terhadap

cahaya, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan,

kelopak mata bengkak dan visus yang menurun. Diagnosis ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan fisik terutama pada mata. Pemeriksaan penunjang lainnya

yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan

Fluorescent Test untuk mengetahui apabila ada kerusakan pada kornea mata.

Abrasi kornea dapat sembuh sendiri jika tidak terdapat penyulit. Untuk

tatalaksananya dapat diberikan antibiotik juga analgesik atau obat-obatan lainnya

yang sesuai dan berdasarkan keluhan dari penderita.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan

dan avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm

dan diameter vertikal 11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan

jari-jari kelengkungan belakang 7 mm tebal kornea pusat 0,6 mm dan tebal

bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:

lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara

sklera dan kornea disebut limbus kornea.

5
Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74

% atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata

manusia. Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik.

Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor

dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai tambahan, kornea

perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ

tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya

adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. Kornea dalam bahasa

latin “cornum” artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening mata, bagian

dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang

menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas. 1, 2

Gambar 3.1 Struktur Kornea

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong

kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel

gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel

polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

6
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan

barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat

kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian

depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamelar yang merupakan susunan kolagen yang sejajar

satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur

sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali

serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak

diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descemet

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,

mempunyai tebal 40 µm. 5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis

satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 µm.

5. Endotel

Melekat pada membran descemett melalui hemidosom dan zonula.

7
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan media yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema

kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila

sel-sel epitel telah beregenerasi.1 Kornea dipersarafi oleh banyak saraf

sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V.

Saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk kedalam stroma kornea,

menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus

Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantaranya. Sumber nutrisi kornea

adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aqueous humor, dan air mata.3

B. Definisi

Abrasi Kornea merupakan kondisi medis yang melibatkan hilangnya

atau rusaknya lapisan permukaan epitel kornea mata.4

C. Etiologi

Abrasi kornea umumnya disebabkan karena terjadinya trauma pada

permukaan mata; benda asing, tertusuknya mata oleh jari, alat-alat make-up,

kecelakaan kerja, trauma kimia, trauma termal. Ada 2 kategori pada abrasi

kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja dan abrasi

profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran descemet tanpa disertai

ruptur pada membran tersebut.5

D. Patofisiologi

Abrasi kornea terbagi menjadi dua yaitu abrasi kornea superficial

(abrasi yang tidak melibatkan membran Bowman) dan abrasi kornea profunda

(abrasi yang dalam tetapi tidak menembus membran Bowman). Abrasi kornea

8
disebabkan karena terjadinya trauma pada permukaan mata. Kornea memiliki

sifat penyembuhan yang luar biasa. Lesi yang mengenai epitel sering sembuh

dengan cepat dan sempurna tanpa jaringan parut. Sedangkan Lesi yang

mengenai sampai ke membran Bowman lebih cenderung meninggalkan bekas

luka permanen. Proses penyembuhan epitel dimulai ketika sel-sel epitel basal

mengalami mitosis, memproduksi sel-sel baru yang menempati luka. Setiap

gangguan produksi sel basal akan membuat mata lebih rentan terhadap erosi

berulang.5

E. Diagnosis

Diagnosis abrasi kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut4:

1. Anamnesis

Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma dengan gejala-

gejala seperti rasa nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya, rasa

mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus

yang menurun.

2. Pemeriksaan oftalmologi

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan visus dan segmen anterior serta

posterior dari mata untuk melihat apakah ada kelainan yang terjadi.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan slit lamp pada area yang sama dengan cahaya biru setelah

mata ditetesi fluorescein dilakukan untuk mengetahui area yang terkena

abrasi (akan berwarna hijau).

F. Tatalaksana

9
Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri,

dimana pengobatan yang diberikan bertujuan untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut. Abrasi kornea merupakan suatu defek yang terasa nyeri tetapi

penyembuhannya cepat, terbatas pada epitel permukaan kornea, meskipun

lapisan Bowman dan stroma superfisial bias juga terkena. Meskipun demikian,

penyembuhan yang lengkap termasuk restorasi ketebalan epitel dan reformasi

fibril membutuhkan waktu 4-6 minggu.5

Pasien dapat diberikan obat topikal antibiotik yang terdiri dari polytrim,

gentamycin dan tobramycin ataupun obat antibiotik tetes. Selain itu, pasien

dianjurkan untuk istirahat total dan diharapkan tidak adanya pergerakkan

pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, dapat diberikan pengobatan

anti nyeri.5

G. Komplikasi

Apabila segera ditangani dengan baik, komplikasi jarang terjadi.

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah komplikasi infeksi atau alergi

terhadap medikamentosa yang diberikan. Apabila penyembuhan epitel tidak

terjadi secara baik kerusakan dapat terjadi hingga pada daerah membrane

descemet. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada

lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosion (RCE).5

H. Prognosis

Prognosis umumnya baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat

terjadi dalam beberapa hari (dengan kecepatan 1 sampai 2 mm per hari) dan

tidak menyebabkan kerusakan penglihatan secara permanen.5

10
11
BAB III

PENUTUP

Abrasi kornea umumnya terjadi karena trauma pada permukaan mata yang

dapat disebabkan oleh masuknya benda asing ke dalam mata, tertusuknya mata

oleh jari, alat-alat make-up, kecelakaan kerja, trauma kimia, dan trauma termal.

Abrasi kornea dapat terjadi superfisial saja, dimana hanya epitel yang terlibat dan

abrasi kornea profunda saat ada keterlibatan membran descement. Sel epitel

kornea dapat menyembuhkan diri sendiri, sehingga apabila ditangani dengan baik

maka komplikasi dapat dihindari dan prognosis menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 8. Jakarta: EGC;

2018. p.160

2. Heller JL. Eye. A.D.A.M. MedlinePlus: May 2015. Available from:

www.nlm.nih.gov.

3. Patek GC, Bates A, Zanaboni A. Ocular Burns. In: StatPearls [Internet].

StatPearls Publishing; 2022

4. Soleimani M, Naderan M. Management Strategies of Ocular Chemical

Burns: Current Perspectives. Clin Ophthalmol. 2020;14:2687-2699.

5. Oussen AM, Poulaki V, Mitsiades N, Stechschulte SU, Kirchhof B, Dartt

DA, Fong GH, Rudge J, Wiegand SJ, Yancopoulos GD, Adamis AP.

VEGF-dependent conjunctivalization of the corneal surface. Invest

Ophthalmol Vis Sci. 2003 Jan;44(1):117-23.

13

Anda mungkin juga menyukai