Anda di halaman 1dari 20

Case Report Session

EROSI KORNEA

Oleh :

Ilham Cifandri Putra


1510070100024

Pembimbing :

dr. Romi Yusardi, Sp. M

SMF MATA

RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus

ini dengan judul “Erosi Kornea” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan

klinik dari Bagian mata.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada

dr.Romi Yusardi, Sp.M selaku pembimbing sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan kasus ini tepat waktu demi memenuhi tugas

Kepaniteraan Klinik Senior.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata

sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca

untuk penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Bukittinggi, 18 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1 Anatomi Konjungtiva.............................................................................3

2.2 Erosi Kornea..........................................................................................4

1. Definisi..............................................................................................4

2. Epidemiologi.....................................................................................5

3. Etiologi..............................................................................................6

4. Patofisiologi......................................................................................6

5. Gambaran Klinis...............................................................................7

6. Diagnosis...........................................................................................8

7. Diagnosis Banding............................................................................10

8. Penatalaksanaan................................................................................11

9. Komplikasi........................................................................................12

10. Prognosis.........................................................................................12

BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................13

BAB IV PENUTUP..............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan

kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya,

kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan.

Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea kelainan kornea

mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea. lesi terletak dibagian sentral, lebih-

lebih  bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan erosi

di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan

kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari

apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (erosi), laserasi dan benda asing. Erosi

kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian

superfisial mata.

Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan mungkin salah satu

yang paling diabaikan. Erosi kornea biasanya sembuh dengan cepat, tanpa gejala sisa

yang serius. Akibatnya, hal ini hal ini sering dianggap kecil akibatnya. Namun,

keterlibatan kornea yang lebih dalam dapat menyebabkan pembentukan formasi

jaringan parut dalam epitel dan stroma. Erosi kornea terjadi pada keadaan yang

1
menyebabkan kompromi epitel seperti mata kering, cedera kornea superfisial atau

cedera mata misalnya disebabkan oleh benda asing, dan penggunaan lensa kontak1

2.1 Tujuan Penulisan

 Mampu mengerti dan Memahami tentang Erosi Kornea

 Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit

Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020

 Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian

Mata Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding

dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan kedalam sklera pada

limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.2

Kornea terdiri dari 5 lapis yaitu:2,3

1. Epitel

Epitel kornea merupakan lapisan paling luar kornea dengan tebal 50 μm. Daya

regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki

dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut

2. Membran Bowman

Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane

tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang

3
mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman

maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut

3. Stroma

Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan

kolagen. Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan

gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan

serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan

mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh

4. Membran Descement

Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur

dan bening, terletak di bawah stroma. Lapisan ini merupakan pelindung atau

barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah

5. Endotel

Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel

tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak

akan normal lagi.2,3

2.2 Erosi Kornea

2.2.1 Definisi

Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi

kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-

lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan

erosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu

mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk

4
mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (erosi), laserasi dan benda

asing. Erosi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena

trauma pada bagian superfisial mata.

Erosi kornea terjadi dalam pada keadaan yang menyebabkan kompromi

epitel seperti mata kering, cedera kornea superfisial atau cedera mata misalnya

disebabkan oleh benda asing, dan penggunaan lensa kontak. Erosi kornea

umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan

pelindung mata. Ada 2 kategori pada erosi kornea yaitu erosi superfisial, hanya

sebatas lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, erosi yang terjadi hingga pada

membran descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Erosi dapat

diakibatkan oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-

up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari.

2.2.2 Epidemiologi

Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan sangat umum di

kalangan orang-orang yang memakai lensa kontak . Meskipun erosi kornea

mencapai sekitar 10 % dari keadaan darurat mata terkait, kejadian diperkirakan

bervariasi menurut populasi dan tergantung pada bagaimana mereka

didefinisikan dan kegiatan yang terlibat dalam mekanisme cedera. Insiden cedera

tanpa penetrasi pada mata yang meliputi erosi kornea, 1.57 % per tahun. Insiden

erosi kornea lebih tinggi di antara orang usia kerja karena orang-orang muda

lebih aktif daripada orang tua; Namun, orang-orang dari segala usia dapat

memiliki resiko terkenaerosi kornea. Pekerja otomotif antara usia 20 dan 29

tahun memiliki insiden tertinggi cedera mata.

5
2.2.3 Etiologi

Potensi penyebab erosi kornea meliputi:

1. Cedera akibat benda tumpul

2. Hembusan debu, pasir

3. Lensa kontak dengan penggunaan lama

4. Benda asing pada kelopak mata bawah

5. Pasien tidak sadar, luka karena kecelakaan oleh pekerja perawatan

kesehatan

6. Benda asing kornea

7. Keratitis

8. Cedera margo kelopak mata dan avulsi

9. Laserasi pada kanalikuli dan pungtal

2.2.4 Patofisiologi

Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh

lingkungan, oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa

mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks

berkedip, fungsi antimikroba film air mats (lisosim), epitel hidrofobik yang

membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi

secara cepat dan lengkap.

Epitel adalah merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya

mikroorganisme ke dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma

yang avaskuler dan lapisan Bowman menjadi mudah untuk mengalami infeksi

6
dengan organisme yang bervariasi, termasuk bakteri, amoeba dan jamur.

Streptococcus pneumoniae adalah merupakan patogen kornea bakterial;

pathogen-patogen yang lain membutuhkan inokulasi yang berat atau pada host

yang immunocompromised untuk dapat menghasilkan sebuah infeksi di kornea.4

Ketika patogen telah menginvasi jaringan melalui lesi kornea superficial,

beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi:

 Lesi pada kornea

 Patogen akan menginvasi dan mengkolonisasi stroma kornea

 Antibodi akan menginfiltrasi lokasi invasi patogen

 Hasilnya, akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi

patogen akan membuka lebih luas dan memberikan gambaran infiltrat kornea

 Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umumnya berupa pus yang

akan berakumulasi pada lantai dari bilik mata depan)

 Patogen akan menginvestasi seluruh kornea

 Hasilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat pada membrana

Descement yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele, yang di

mana hanya membrana Descement yang intak.

 Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari membarana Descement

terjadi dan humor aquous akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea perforata

dan merupakan indikasi bagi intervensi bedah secepatnya. Pasien akan

menunjukkan gejala penurunan virus progresif dan bola mata akan menjadi

lunak.

2.2.5 Gambaran Klinis

7
Pada erosi kornea, yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan

gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa mengganjal,

blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang menurun.

Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel

bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang

berat harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga. Dengan tes

fluoresensi, daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang berwarna

hijau. Riwayat pasien biasanya meliputi trauma pada mata baik karena benda

asing atau lensa kontak. Gejala biasanya dimulai segera setelah trauma terjadi

dan dapat berlangsung menit ke hari, tergantung pada ukuran dari erosinya.

Gambaran klinis biasanya unilateral ketika erosi kornea berhubungan dengan

trauma. Mungkin bilateral jika dikaitkan dengan penyakit diwariskan atau

distrofi.

Ketajaman visual harus dinilai. Jika erosi mempengaruhi sumbu visual,

mungkin ada defisit dalam ketajaman yang harus jelas bila dibandingkan dengan

mata terluka.Jika pemeriksaan dibatasi oleh rasa sakit, anestesi topikal seperti

tetrakain atau proparacaine dapatdigunakan. Jumlah anastesi yang digunakan

harus minimal, karena agen ini biasanya akan memperlambat penyembuhan

luka.5

2.2.6 Diagnosis

Pada erosi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan

anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan dengan tes fluoresensi. Erosi

8
kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera sesudah trauma atau

masuknya benda asing, penderita akan merasa sakit sekali, akibat erosi merusak

kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan

penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Dapat pula disertai dengan

blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka. Pada penderita

ini didapatkan riwayat trauma mata disertai dengan keluhan sakit, mata merah,

dan pandangan kabur.

Gambar 3. Erosi Kornea

Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-

gejala2,3 :

a. rasa nyeri pada mata

b. fotopobia

c. rasa mengganjal

d. blefarospasme

e. pengeluaran air mata berlebihan

f. visus yang menurun

Pada pemeriksaan fisik :

9
Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel

bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang

berat harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga.

Pemeriksaan penunjang :

Dengan tes fluoresensi, daerah defek/erosi dapat dilihat pada daerah yang

berwarna hijau.

Gambar 4 Defek pada epitel kornea ketika diperiksa dengan lampu biru setelah

diteteskan flourescein

2.2.7 Diagnosis Banding

1. Keratitis

Keluhan yang timbul yaitu fotofobia, mata berair, lesi dikornea , serta

penglihatan berkurang

10
2. Uveitis

Keluhan yang timbul yaitu mata sakit, fotofobia, mata merah, visus turun dengan

hiperlakrimasi,

2.2.8 Penatalaksanaan

Medikamentosa4

1. Siklopegik aksi pendek : Tropikamida.

Untuk mengurangi rasa sakit dan mengistirahatkan mata. 

2. Antibiotik topical berupa tetes mata: Neosporin, Kloramfenikol dan

Sulfasetamid, Floxa.

Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, mata ditutup, agar

pertumbuhan epitel tidak terganggu oleh kedipan, mencari kemungkinan adanya

benda asing yang masih terdapat di mata dengan membalik palpebra superior ke

arah atas.

Pada erosi kornea, tidak boleh diberikan steroid, karena steroid dapat

menghambat penyembuhan epitel, menambah aktifnya kolagenase, selain itu

juga dapat memudahkan terjadinya infeksi jamur maupun virus karena daya

tahan kornea menurun akibat steroid.

3. Analgetik berupa Asam Mefenamat

4. Vitamin C dan B komplek untuk memacu sintesis kolagen.

Non Medikamentosa

11
1. Pemberian salep mata Gentamicin dan tutup mata dengan kasa steril

2. Rujuk ke bagian spesialis mata

Edukasi

1. Pembersihan secret dengan baik

2. Kompres hangat pada mata

3. Tutup mata dengan kasa steril dan hindari untuk terpapar air

2.2.9 Komplikasi

a. Ulkus Kornea

Erosi kornea yang tidak diobati secara sempurna dapat menjadi ulkus kornea.

Pada dasarnya semua ulkus kornea dimulai dengan erosi. Erosi kornea yang

terkait dengan lensa kontak dapat menjadi infeksi pseudomonas atau keratitis

amoebic dan menyebabkan kerusakan mata lebih lanjut (termasuk perforasi atau

jaringan parut kornea) jika tidak segera diobati.3

b. Erosi kornea rekuren

Biasanya terjadi akibat erosi kornea berulang akibat epitel tidak bertahan pada

defek epitel kornea. Dan sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh

terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal

epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal setelah

6 minggu.3

2.2.10 Prognosis

Prognosis biasanya baik jika tidak terjadi jaringan parut atau vaskularisasi

pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan

12
meninggalkan gejala sisa. Pada pengobatan topikal umumnya dengan prognosis

yang baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa

hari.5

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. H

Usia : 39 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

3.2 Anamnesis

1. Keluhan utama

Mata kiri terasa ada yang mengganjal sejak 2 hari yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Mata kiri terasa ada yang mengganjal, nyeri sejak 2 hari yang lalu, pandangan

terganggu pada mata kiri,

3. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya tidak ada, riwayat alergi sebelumnya

tidak ada

4. Riwayat penyakit keluarga

13
Tidak ada

5. Riwayat pemakaian kacamata

Tidak ada

6. Riwayat pengobatan

Hari minggu dan senin dibawa ke bidan dan disirami dengan air mengalir

3.3 Status Generalisata

Kesadaran : Composmentis cooperative

3.4 Status Oftalmologis

OD OS
Palpebra superior Normal Normal

Palpebra inferior Normal Normal

Konjungtiva Normal Hiperemis


Kornea Jernih Jernih, Tampak gores
di bagian epitel kornea
arah jam 6
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat,sentral, RC(+) Bulat,sentral, RC(+)
Lensa Jernih Jernih
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Visus 20/20 20/40

14
3.5 Diagnosis

Erosi Kornea OS

3.6 Terapi

Non medikamentosa : eye patch

3.7 Prognosis

- Quo ad vitam : Bonam

- Quo ad functionam : Bonam

- Quo ad sanam : Bonam

- Quo ad cosmesticam : Bonam

15
BAB IV

PENUTUP

Seorang pasien 39 tahun yang bekerja sebagai wiraswasta datang dengan

keluhan utama mata kiri terasa ada yang mengganjal sejak 2 hari yang lalu. Pasien

tidak memiliki keluhan serupa sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga disangkal.

Berdasarkan pemeriksaan didapatkan konjungtiva hiperemis pada mata kiri. Visus

mata kanan normal dan kiri sam yaitu 20/40. Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan

erosi pada epitel kornea arah jam 6 pada mata kiri. Prognosis pada penyakit pasien

ini baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Galloway NR, Amoaku. Basic Anatomy and Physiology of the Eye. In:
Common Eye Disease and their Management. Springer; 2006.p7-15.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5 ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014
3. Murphy J. More details on Dua's Layer of the Cornea. Jobson Medical
Information LLC; 2013 [updated 2013; cited 2014 May 05]; Available from:
http://www.revoptom.com.
4. Ophthalmology Academy of Ophthalmology. Clinical Approach to Immune-
Related Disorder of the External Eye. In: Ophthalmology Academy of
Ophthalmology, editor. Basic and Clinical Science Cources: External Disease
and Cornea. Singapore: Lifelong Education Ophthalmologist; 2011-2012.
5. Smallman E. Dua Layer: Previously undetected part of the eye spotted for first
time. Metro News; 2013 [updated 2013; cited 2014 May 02]; Available from:
http://metro.co.uk/2013/06/13/dua-layer-previously-undetected-part-of-the-
eye-spotted-for-first-time-3840767/.

17

Anda mungkin juga menyukai